21.2 - (Ngidam?)

763 34 0
                                    

Ini adalah part terpendek sejauh ini yang author tulis, hanya 898 kata, tapi semoga kalian menikmati.

Biasakan menekan ⭐ sebelum membaca, selamat makan!!!

•●●•

     Azka dengan pakaian hitam, kacamata hitam, topi hitam dan masker, mengajak Luna mencari makanan keinginan perempuan itu. Setelah berkeliling daerah kompleks, mereka memutuskan untuk makan di salah satu warung pinggir jalan yang tidak terlalu ramai karena keinginan Luna.

"Bang 2 porsi ya, tapi satunya gak pake mie" teriak Azka.

"Siap mas"

Luna merapatkan jaketnya, ia duduk canggung disebelah Azka yang terlihat sibuk dengan hpnya. Hingga pesanan tiba tidak ada percakapan diantara mereka.

"Makasih bang" kata Luna lembut dan dibalas senyum oleh abang tukang baksonya.

"Eh neng, kalau boleh tahu, ini siapanya ya?" Tanya bang tukang bakso.

"Eh su-suami saya bang, kenapa ya?"

Bang tukang bakso menggeleng "gak neng, serem aja" jawabnya membuat Luna tertawa dan Azka menahan kesal. Dengan jengkel, Azka menarik Luna merapat padanya lalu menyuruh si tukang bakso pergi.

"Udah bang, jangan ganggu istri saya, di lagi hamil!" Tekan Azka pada kata hamil. Dengan jengkel abang tukang bakso itu pergi.

"Posesif amat mas" seru si abang tukang bakso. Luna tahu, saat ini pipinya pasti memerah. Kalimat Azka yang menyatakan kepemilikan atas dirinya membuat Luna malu.

"Jangan kasar sama yang lebih tua Azka, tidak baik" seru Luna bijak yang hanya diacuhkan Azka. Meski begitu tangan kiri laki-laki itu tetap bertengger di pinggang Luna.

Mendapat perlakuan seperti itu, Luna tidak bisa makan dengan tenang. Jantungnya sudah berdetak tidak karuan, bagaimana ia bisa makan kalau tangan Azka tidak segera berpindah.

Ditengah-tengah makan siang mereka yang diam, muncul dua sosok yang penampilannya tidak jauh berbeda dengan Azka. Luna sudah bersikap awas, terlihat berhati-hati siapa tahu kedua orang berbeda jenis kelamin ini adalah orang jahat. Lain Luna, lain pula Azka yang terlihat santai saja.

Azka mengangkat kepalanya, menatap bergantian dua orang tersebut "Mau apa kalian?" Tanyanya dengan raut wajah datar.

Luna tahu Azka tidak nyaman dengan kehadiran dua orang itu. Entah karena apa, tapi cengkarman dipinggangnya sudah menjelaskan banyak hal. Laki-laki itu marah.

"Hanya mau mengucapkan selamat atas pernikahan kalian!" Kata perempuan yang duduk didepan Luna.

"Selamat kakak ipar" seru si lelaki mengedipkan matanya kearah Luna. Seketika saja, hal itu membuat cengkraman Azka semakin kencang dipinggang Luna.

"Luna cepat habiskan makananmu, setelah itu, kita pergi dari sini!" Seru Azka, namun pandangannya tidak teralih sedikitpun dari dua orang itu.

Laki-laki itu menahan lengan Azka saat pasangan pangantin baru tersebut akan segera pergi.

"Ada yang ingin kukatakan padamu ka" seru si perempuan. Luna menatap perempuan itu, mengira-ngira dimana kiranya ia pernah mendengar suara ini. Lalu dari mana pula orang ini tahu, bahwa sekarang ia sedang bersama Azka.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan!" Jawab Azka ketus. Ia segera membayar bakso mereka kepada abang tukang bakso lalu menarik Luna pergi dari tempat itu.

"Azka aku mohon..."seru perempuan itu lagi, dengan berani ia bahkan melepaskan genggaman tangan Azka pada Luna dan menarik laki-laki itu menjauh.

Luna yang hendak pergi mengejar langkah Azka, terhenti. Tangannya ditarik seseorang. Luna lupa bahwa masih ada satu orang lagi.

"Biar gue yang antar lo pulang. Biarkan saja mereka" kata laki-laki itu tidak memberikan Luna kesempatan untuk menyela.

Ia menurunkan maskernya, lalu menatap Luna yang terkejut "Dion" tunjuk Luna.

"Kenapa bisa? Apa yang kau lakukan disini?"

Dion menyuruh Luna diam dengan isyarat jari, bagaimanapun dia adalah seorang artis, bisa saja disekitar mereka ada reporter yang tidak sengaja melintas dan memotret mereka. Hal itu bisa menjadi masalah untuk Dion maupun Luna.

"Ayo gue antar pulang kakak ipar" tawar Dion sekali lagi.

"Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri!" Jawabnya jengkel.

Dion mengejar langkah Luna "hey tidak baik perempuan hamil berkeliaran malam-malam. Ayolah, sekali ini saja jadi perempuan penurut" bujuknya yang hanya berakhir sia-sia. Luna terus berjalan, dia tidak peduli semua perkataan Dion. Hingga mereka sampai di depan gerbang apartemen, Luna tetap acuh pada Dion.

"Luna!" seru Dion keras membuat langkah Luna terhenti.

"Gue tahu ini salah, seharusnya gue gak ngejelekkin sepupu gue sendiri, tapi jangan terlalu percaya pada Azka!"

Luna menatap Dion sengit. Hal yang tidak pernah Luna lakukan pada orang lain, tapi terpujilah hormon kehamilan yang mengubah Luna dari perempuan lemah lembut menjadi terlalu frontal.

"Maksud kamu apa? Luna tidak mengerti!" seru Luna dengan berani.

"Apa lo tahu, bahwa yang tadi menarik Azka adalah mantan kekasihnya, Livia Laurents, bahkan menurut informasi, tidak pernah ada kata putus diantara mereka. Lo juga tahukan kalau Azka itu cukup terkenal playboy dikalangan selebritas" sahut Dion dengan wajah yang terlalu meyakinkan membuat Luna takut untuk mendengar perkataan laki-laki itu selanjutnya.

Pertanyaan Luna terjawab sudah, mengenai identitas perempuan itu. Pantas saja Luna seolah mengenal suara itu, ternyata benar dia mantan kekasih Azka yang pernah Luna lihat wawancaranya di TV.

Perasaan itu datang lagi. Hanya saja kali ini bukan perasaan bahagia atau berdebar. Kali ini ada perasaan lain yang membuat dada Luna sakit. Perasaan yang sama yang ia rasakan saat mendapati dirinya hamil untuk pertama kali. Tapi sakitnya lebih parah. Apa benar, bahwa Luna sudah mulai mencintai laki-laki itu? Sudah mulai mulai mencintai Azka, suaminya?

Kenapa perasaan tibak bisa ditebak kapan datangnya. Luna harap rasa ini hanyalah perasaan biasa saja, tapi melihat Azka lebih memilih mengikuti mantan pacarnya membuat Luna merasakan sakit didadanya. Ini adalah perasaan yang sedari awal seharusnya tidak pernah ia rasakan.

●●●




TBC

See you in the next part 👐

#bijaklahdalamembaca

17/01/2018
T U P A I K E C I L

What a Beautiful Disaster [Book #1 Dirwanaka Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang