36

389 26 0
                                    

••●••

     Luna melihat berita di TV. Ia menonton semua berita yang ada. Seharian kemarin Azka melakukan quality time di antara mereka berdua. Mereka berbagi, bercerita banyak hal. Salah satunya mengenai Livi, perempuan cantik yang sempat singgah dalam kehidupan Azka. Perempuan yang membuat Azka menjadi laki-laki yang sangat lembut, namun pada akhirnya membuat laki-laki itu menjadi buruk pula ketika perempuan tersebut meninggalkan Azka. Positifnya, tidak akan mungkin Azka berakhir dengan Luna jika Livi tidak pernah singgah dalam kehidupan laki-laki itu.

Akan selalu ada yang singgah didalam kehidupan ini, tidak menetap hanya memberi pelajaran hidup yang berharga hingga tiba waktunya bagi mereka yang menetap datang untuk membuka lembaran baru yang lebih baik.

      Azka juga sempat mendapatkan telpon dari Livi kemarin sore. Perempuan itu meminta  maaf sempat mengganggu kehidupan Azka dan Luna, juga sekedar bertanya terkait permasalahan berita yang terjadi tak lupa menyelipkan salam rindu untuk Azka. Luna cemburu tentu saja. Untunglah realita tidak bisa dipungkiri, ia tetaplah istri sah Azka.

"Jadi bagaimana? A-aku takut..." Luna duduk dengan gelisah. Berita di TV memperlihatkan fans Azka yang marah-marah tidak terima.

"Aku sudah telpon mbak Riri dan besok ada confrency pers. Aku tidak mau masalah ini terus menerus berlanjut, sebentar lagi kamu melahirkan dan aku mau kehidupan kita dan bayi kecil ini bahagia kedepannya," ujar Azka tak lupa mengusap perut Luna.

"Semoga besok baik-baik saja," Luna tertunduk lesu. Pikirannya terasa berat, ditutup bayang-bayang menakutkan. Fans Azka menggila. Mengetahui artis mereka menikah, bahkan di kabarkan menghamili seorang perempuan biasa membuat suasana semakin tidak terkendali. Keadaan yang diluar kendali ini di perparah dengan beberapa rumah produksi yang tiba-tiba membatalkan kontrak filmnya dengan Azka. Belum lagi nama perusahaan papa Azka yang tercoreng. Memang tidak berdampak terlalu besar namun setidaknya mampu membuat Levi cukup geram karenanya. Mereka harus menutupi berita yang beredar dan disaat bersamaan memastikan tidak ada satu pihak pun yang akan di rugikan dan di untungkan dari berita yang ada.

"Sebenarnya siapa yang menyebarkan berita ini!?" Azka berseru nyaris frustasi, ia melemparkan dirinya ke atas sofa. Ini sudah kesekian kalinya ia menghela napas.

"Ini gara-gara Luna kan?" Suara itu memecah konsentrasi Azka. Luna sudah mulai terisak di sebelahnya.

"Hey jangan menangis. Kita akan menghadapinya sama-sama. Tidak ada yang salah di sini, bukan kamu oke, bukan kamu Luna," Azka menarik Luna kedalam pelukannya. Berbagi rasa hangat dan saling menguatkan.

"Ya, tidak ada kamu atau aku, hanya dan akan selalu ada kita." Lanjut Azka mengecup puncak kepala Luna dengan sayang.

●●●

     Lampu kilat terlihat menyilaukan. Ruangan putih itu terlihat ramai, penuh sesak. Ada beberapa wartawan yang terpaksa berdiri karena tempat duduk terlampau penuh. Sejauh mata memandang flash kamera tidak berhenti di bidikkan kepada satu area titik yang terlihat kosong didepan sana. Seolah tidak mau kehilangan setiap momentnya, semua pergerakan sekecil apapun berusaha untuk di abadikan.

Di ruangan yang lain, terlihat dua pasang anak manusia saling bergandengan tangan dan saling menguatkan satu dengan yang lainnya.

"Apa kamu yakin? Kehamilan mu sudah sangat besar Luna, aku tidak ingin terjadi apapun dengan mu,"

Luna menatap tautan tangan mereka. Perkataan Azka membuatnya bahagia. Tidak perlu banyak tindakan ketika perkataan tulus itu mampu membuat hatinya berdebar sekali lagi. Betapa sungguh baiknya Tuhan yang menciptakan laki-laki yang nyaris sempurna ini menjadi suaminya.

What a Beautiful Disaster [Book #1 Dirwanaka Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang