16.1 - Apartment 17

834 46 0
                                    

     Sudah satu bulan sejak kotak biru itu dibuka. Kini, Luna tengah mengandung tiga bulan. Perutnya yang awalnya rata sudah semakin membesar dan lama kelamaan mungkin tidak akan dapat ditutupi dengan terusan yang setiap hari ia gunakan. Selama satu bulan berlalu ini Luna hanya menghabiskan waktunya dirumah, terkadang ia iri dengan Tasya yang terlihat sibuk mengurusi tugas kuliahnya. Mondar-mandir kesana kemari. Luna merindukan saat-saat seperti itu. Tapi apa boleh buat mungkin kuliah saat ini bukan jalan baginya. Sampai sekarang pula, kedua orang tua Luna tidak tahu kondisinya sekarang ini. Hal itu membuat Luna semakin merasa bersalah setiap hari.

Seringkali ibu atau ayahnya menelpon dan ia hanya menjawab aku baik-baik saja. Tidak usah khawatir... nyatanya. Semuanya bertolak belakang dengan keadaan Luna sekarang. Hamil tanpa suami. Entah apa yang bisa ia katakan nanti kepada orang tuanya jika mengetahui keadaannya yang seperti ini.

Hari ini Luna berencana berjalan-jalan bersama Tasya. Kata orang ibu hamil itu tidak boleh bermalas-malasan. Maka kini disinilah Luna dan Tasya disalah satu taman kota.

"Cuacanya bagus sekali hari ini" Luna tersenyum kecil. Ia mengusap perutnya memberi kehangatan pada bayi didalam perutnya. "Aku sudah tidak sabar ingin melihatmu.." ujarnya kecil diikuti kekehan kecil.

"Semoga ia menjadi anak yang membanggakan dan bisa menjaga ibunya dengan baik" kata Tasya. Gadis itu berpakaian santai hari ini. Kaos berwarna babyblue pas badan yang ujungnya dimasukkan kedalam rok putih yang ia pakai.

"Ya aku juga berharap begitu, meskipun tanpa ayahnya nanti..." ucapan Luna terdengar kecil diakhir kalimat. Membayangkan bayinya yang lucu tumbuh dan berkembang tanpa sosok laki-laki dewasa yang nantinya akan anak itu panggil ayah membuat ia sedih sendiri.

Tasya menepuk bahu Luna. "Sudahlah, jangan pikirkan itu setidaknya nanti dia akan memiliki tante yang hebat sepertiku hehehehe" Luna tertular senyum itu. Ya, ia tidak boleh bersedih dan harus semangat.

●●●

Sudah satu jam Luna dan Tasya berkeliling taman. Melihat anak-anak kecil bermain. Memberi makan beberapa merpati yang hinggap didepan air mancur. Dan es krim. Sudah tiga buah es krim yang Luna habiskan selama satu jam ini.

"Sepertinya kamu ngidam deh Lun" kata Tasya sembari membawa dua buah es krim ditangan. Dan semuanya adalah milik Luna.

"Benarkah? Padahal aku merasa biasa saja, hanya ingin memakan semua es krim ini. Sepertinya aku tidak ngidam" seru Luna melanjutkan lagi kegiatannya memakan semua es krim tersebut.

"Dasar anak kecil yang tidak sengaja mengandung anak kecil. Itu berarti kau ngidam tahu. Meski kau bilang biasa saja, tapi yang menginginkan es krim itu bukan dirimu tapi bayi dalam perutmu" dumel Tasya.

"Iya, iya orang berpendidikan ngomong. Berasa tersinggung banget aku!"

Luna merasa kesal, ia berjalan cepat meninggalkan Luna dibelakangnya.

"Eh Luna, jalannya pelan-pelan dong, kamu lagi hamil!"

Seruan Tasya tidak ia hiraukan. "Kamu nyebelin sih Sya.." Luna terus melanjutkan langkahnya. Memang dasarnya ia adalah gadis yang ceroboh sehingga hampir saja ia terjatuh, jika Tasya tidak segera memeganginya. "Kan, aku bilang juga apa. Jalannya pelan-pelan"

Luna menarik tangannya dari Tasya. Ia masih sedikit kesal pada sahabatnya itu. "Iya, maaf. Aku bakal pelan-pelan" kata Luna masih mempertahankan wajah cemberutnya. "Kamu hampir aja celaka nak, maafin mama ya.." bisik Luna kecil pada perutnya.

Mereka kembali berjalan menyusuri pinggir taman. Tiba-tiba dari arah belakang mereka terdapat kerumunan orang yang sedang bergerak. Tepatnya berlari kencang kearah mereka.

What a Beautiful Disaster [Book #1 Dirwanaka Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang