22 - Angry

761 40 0
                                    


     "Apa lo tahu, bahwa yang tadi menarik Azka adalah mantan kekasihnya, Livia Laurents, bahkan menurut informasi, tidak pernah ada kata putus diantara mereka. Lo juga tahukan kalau Azka itu cukup terkenal playboy dikalangan selebritas"

•●●•

      "Gue tahu lo mulai suka sama dia, mulai mencintai Azka, benarkan?" lanjut Dion, saat melihat Luna yang sudah berdiri kaku ditempatnya.

Sedari tadi Luna bersusah payah menahan laju air matanya. Kenapa Dion bisa menebaknya dengan benar. Kenapa ia merasa mulai mencintai suaminya. Kenapa orang lain mudah membaca dirinya.

Luna membalikkan tubuhnya, ia menatap Dion sembari berusaha menahan air mata yang sebentar lagi akan tumpah.

"Kamu salah, aku tidak pernah menyukai apalagi mencintai Azka, tidak mungkin seorang perempuan menyukai laki-laki yang sudah merusak hidupnya!" Tegas Luna, yang ia sendiri tahu pasti hal itu bertolak belakang dengan suara hatinya.

Dion tersenyum kecil, senyum yang tidak sampai dimatanya seakan meremehkan perkataan Luna.

"Ada yang bilang cinta tumbuh karena terbiasa...." serunya berjalan mendekati Luna, "kalau lo gak cinta sama dia, buat apa lo nikah sama dia? Kan lo bisa nolak!" Jelas Dion. Laki-laki itu telah sampai didepan Luna, dan ia bisa melihat dengan jelas air mata yang berusaha disembunyikan perempuan didepannya.

"Ini untuk bayiku, setidaknya saat lahir nanti ada seseorang yang bisa dipanggilnya papa" jawab Luna seraya menundukkan kepalanya. Ia tidak bisa menatap Dion, bisa-bisa air matanya turun dan mempermalukan dirinya sendiri.

Tanpa Luna sangka, Dion menariknya. Laki-laki itu memeluk tubuh Luna. Dengan cepat Luna memberontak, ia adalah perempuan yang sudah menikah seburuk apapun hubungan seorang istri dengan suaminya, tidak pernah dibenarkan seorang perempuan bersentuhan fisik dengan laki-laki lain yang bahkan jelas-jelas tidak akrab dengannya. Apalagi cara Dion memeluknya terlalu berlebihan dan intim, bagi Luna.

Luna bergerak-gerak dalam dekapan Dion, ia tidak habis pikir bagaimana bisa laki-laki ini bertindak tidak senonoh padanya.

"Lepas Dion!" Bisik Luna marah, berusaha menahan rasa sabarnya.

"Tidak! Sekali ini saja, tidak bisakah lo melihat gue!" Jawab laki-laki itu yang mulai menenggelamkan wajahnya diceruk leher Luna. Luna menggeliatkan tubuhnya, ia harus bisa lepas.

"Dion sadarlah! Aku kakak iparmu dan aku sedang hamil!" Peringat Luna. Kata-kata itu berhasil. Dion melepaskan pelukannya dan Luna segera mengambil jarak terjauh darinya.

"Maafkan gue" Dion menatap nanar pada Luna. Namun yang ditatap hanya memalingkan wajahnya, jelas perempuan itu marah padanya. Kini ia percaya cinta pada pandangan pertama itu benar-benar ada. Karena hal itu berlaku padanya. Pepatah lama yang ia kira hanya omong kosong belaka, nyatanya hal itu menimpahnya. Ia menyukai Luna, sejak melihat perempuan itu ditaman sedang berusaha menghindar dari para fansnya. Menyukai sebagaimana gadis itu tersenyum dan berbicara padanya. Dan marah karena perempuan itu sudah menikah dan hamil bukan karena dirinya.

"Gue pulang duluan" hanya itu yang bisa Dion ucapkan sebelum bergerak cepat mencium pipi Luna dan segera bergerak pergi.

Lo bodoh Dion, batinnya saat dilihatnya Luna masih bergeming ditempatnya berdiri.

What a Beautiful Disaster [Book #1 Dirwanaka Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang