Part 2

473 98 171
                                    

"Zilvia?" Seseorang memanggilku.

...........

Aku menoleh ke sumber suara, aku langsung menerjangnya dengan pelukan. Aku merindukannya, sangat.

"Apa kabar? Kenapa baru sekarang kau mengunjungi kami? Ke mana saja kau selama ini? " tanya Sandra panjang lebar. Cerewetnya tidak berubah ternyata. Masih sama, seperti lima tahun lalu.

"Kau masih cerewet ya, San." Aku memeluk Sandra sekali lagi, ia adalah sahabat kecilku.

"Aku masih sama, Vi. Tapi kau? Lihatlah dirimu! Kau begitu cantik. Tapi kau tidak akan mampu megecoh penglihatanku,Via. Aku mengenalmu dari ujung kepala hingga ke ujung kakimu." Sandra masih mengoceh tentang perubahanku.

Bla..bla..bla...

Banyak yang ia ceritakan, tapi aku hanya menyimaknya. Dia teman yang banyak bicara tapi aku menyayanginya.

Dia sahabatku sejak kecil, kami tumbuh besar bersama di rumah ini. Walaupun dia lebih tua dariku tapi sifatnya sangat jauh lebih kekanakan dari pada aku.

"Aku pergi sekolah, mengejar cita-citaku," kataku memulai cerita.

"Ke mana? Lalu kenapa kau tidak menceritakannya padaku? Seminggu setelah kau pergi ada seseorang yang datang mencarimu," jelas Sandra.

Datang? Mencariku? Siapa orang kurang kerjaan yang mau repot-repot mencariku? Lagi pula untuk apa?

"Siapa? Aku tidak punya teman dan kau tau itu," kataku, aku meminum teh yang Sandra sediakan untukku tadi, sewaktu aku baru saja mendudukkan diriku di teras rumah ini.

"Seorang anak laki-laki. Mungkin seumuran denganku. Dia sangat tampan. Pasti itu kekasihmu, iya kan?"

Uhukk...uhukk..

Sial?! Aku terkejut.

"Aku tidak punya kekasih waktu itu, San!" jelasku.

Aku memang tidak punya kekasih saat itu. Waktu itu aku baru saja patah hati karena Sean mempermainkanku.

"Jadi, di mana Paman dan Bibi? Aku tidak melihat mereka sedari tadi." tanyaku memgalihkan topik.

"Ibu dan Ayah sedang menghadiri acara pernikahan anak Pak Lurah, yang rumahnya di dekat lapangan itu, kau masih ingat?"

Aku menganggukan kepalaku, kami pun mulai bercerita. Mengenang masa kecil kami yang begitu menyenangkan.

.....

Siang telah berganti malam, saat ini aku sedang duduk di balkon kamar di rumah orang tua angkatku.

Iya, aku adalah anak angkat. Mama dan Papa mengadopsiku dari rumah panti, rumah yang aku kunjungi siang tadi. Rumah Sandra.

Mereka bilang sangat ingin memiliki anak perempuan, tapi karena Mama tidak bisa mengandung lagi jadilah mereka memutuskan untuk mengangkat anak dan anak itu adalah aku. Itulah makanya namaku berubah menjadi Zee.

Oke, biar aku lanjutkan yang tadi!

Aku sedang menikmati udara malam, dari sini langit terlihat sangat cerah. Banyak bintang bertaburan serta lengkungan bercahaya putih yang seolah sedang tersenyum. Rembulan.

Aku sangat menyukai bulan. Maksudku aku menyukai sinarnya. Sinar rembulan begitu teduh dan terkesan romantis.

Membayangkan jika suatu saat nanti akan ada pria yang melamarku di bawah cahaya bulan, dengan makan malam romantis. Dihiasi lilin dan suara biola. Ahhh indahnya.

Tapi, mungkin tidak akan ada pria yang melakukan hal itu untukku. Tidak ada yang memperlakukanku semanis itu selama ini.

'Tentu saja tidak ada, karena kau menutup dirimu,' suara Dewi batinku.

Iya, mungkin itu benar! Aku yang menutup diriku. Tapi aku punya alasan untuk itu semua, aku belum siap untuk kecewa lagi.

Aku takut jatuh hati pada orang yang salah dan aku takut kejadian itu terulang lagi. Aku tidak mau dipermainkan lagi, cukup waktu itu saja. Cukup penghinaan yang aku dapatkan, aku tidak ingin jatuh di lubang yang sama.

Penghianatan yang Sean lakukan sudah cukup menghancurkanku. Senyumnya waktu itu, tatapan mengejeknya, dan mulut manisnya yang terus mencaciku masih terekam jelas di ingatanku.

"Kau cupu dan miskin tapi berhayal menjadi kekasihku."

"Kau wanita tak tau diri, kau fikir kau cantik?"

"Lihatlah wanita di sebelahku, dia jauh lebih cantik, lebih sexy, lebih segala-galanya darimu. Jadi jangan berfikir bahwa aku akan memilihmu karena kau tidak ada apa-apanya dibandingkan dia. Dasar Murahan."

Dadaku sesak saat mengingat itu semua. Malam ini aku menangis kembali. Menangisi kebodohanku, ketidak berdayaanku, dan menangisi bagaimana pria itu memenangkan segalanya. Mungkin bagi kalian hal itu biasa. Tapi bagiku itu adalah penghinaan. Penghinaan terburuk selama hidupku.

Aku memang tidak cantik, aku miskin, aku tidak pandai merias diri. Tapi aku berani bertaruh cintaku tulus padanya. Aku mencintainya, dia pria pertama yang mau melihatku walaupun aku tau semua itu hanya demi taruhan bersama teman-temannya. Dia pria pertama yang mau berjalan di sebelahku, menemani kemanapun aku pergi tanpa merasa malu. Dia juga pria pertama yang melindungiku. Dia pria pertama yang memperkenalkan cinta kepadaku.

Tapi, dia juga yang pertama menyakitiku.

Aku mengusap kasar air mataku, aku tidak boleh lemah. Lima tahun berlalu dan perasaan cintaku telah musnah digantikan sakit hati yang membangkitkan kebencianku padanya.

Lihat saja nanti, aku akan melakukan hal yang sama padamu. Maaf jika aku jahat. Aku hanya ingin ia mengerti bahwa tidak semua wanita bisa menerima perlakuannya.

"Zee..." Aku merapikan penampilanku, aku tidak ingin ada yang melihat aku menangis. Aku menghirup napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan.

Aku melangkah ke sumber suara. Ternyata Ello, kakak angkatku yang memanggil.

"Ada apa, Ell?" tanyaku.

"Kau habis menangis?" tanya Ello, ia tidak menjawab pertanyaanku sebelumnya.

"Hhm, tidak. Hanya saja udara di luar sangat dingin. Hidungku sampai berair dan memerah." kataku padanya.

"Sebaiknya jangan berdiam di balkon malam-malam begini. Angin malam tidak baik untukmu!" Aku menganggukan kepalaku sebagai jawaban.

"Kenapa kau memanggilku?"

"Ah, aku hampir saja lupa?! Ada yang mencarimu di bawah, pria itu bilang ini sangat penting," kata Ello. Ia menyeretku mengikuti langkahnya.

Dasar tidak sabaran!!!

Tunggu!!! Apa tadi Ello mengatakan kata 'pria'?

.
.
.
.
.
.
Huaahh part 2 akhirnya up. Aku tau ceritanya mungkin membosankan. Tapi ketahuilah teman-teman readers, aku membuatnya asli--real-- dari imajinasiku sendiri.

Btw kasi saran kalian, ya!
Aku membutuhkan banyak saran untuk part selanjutnya.
Dan terimakasih untuk teman-teman readers yang sudah memberikan dukungan pada part sebelumnya.

Jangan lupa vote dan comment di part ini juga, ya!

See you next part!!!

Salam berkawan.

Mr. PLAY BoYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang