Part 3

423 87 131
                                    

Seperti mengharapkan hadiah dalam tirai rahasia. Semua itu tergantung nasib kita, jika beruntung mungkin kita akan mendapatkan hadiah yang kita inginkan, tapi jika keberuntungan tidak memihak kita bukannya dapat hadiah tapi malah barang-barang bekas alias ZONK.

Pernah menonton kuis itu??? Permainan yang membingungkan, banyak hal yang menggoyahkan keputusan si pemain. Aku yang menontonnya gemas sendiri.

Oke, kembali ke cerita!

ZONK!!!

Hadiah itulah yang aku dapatkan.

Semalam aku mengikuti langkah Ello menuju ruang tamu. Seperti yang ia katakan, seorang pria sedang menungguku katanya untuk membicarakan hal penting. Rasa bangga menyelimutiku karena aku pikir pria yang Ello maksud adalah Sean. Tapi saat aku tiba di ruang tamu, aku hanya bisa diam mematung dengan mulut sedikit terbuka.

Pria yang datang bukanlah Sean!

Pria itu bernama Max, ia bilang bahwa Sean memerintahkannya untuk mengembalikan barang yang tidak sengaja ditemukan oleh tuan tengiknya itu. Sean berpikir jika barang itu mungkin saja milikku karena ia menemukannya di tempat aku terjatuh tadi. Max menjelaskannya secara singkat.

Sebuah dompet kecil berwarna navy blue yang sudah pasti dompet itu adalah milikku, dompet itu bahkan barang kesayanganku karena itu hadiah pertama dari Ello. Ia memberikannya padaku saat ulang tahunku yang ke 16, tepatnya lima tahun yang lalu, ulang tahun pertamaku sebagai putri dari keluarga Sylvan.

Dompet itu sengaja aku jatuhkan saat kami bertabrakan di cafè siang tadi, aku sengaja meninggalkan itu sebagai umpan agar aku bisa masuk dalam cerita hidupnya. Tapi mungkin keberuntungan tidak memihakku.

Biarlah, aku masih punya banyak rencana untuk si tengik itu.

Dan saat ini aku sedang berjuang untuk rencana keduaku.

"Ello, ayolah!!!" Aku masih merengek sperti anak kecil. Sejak tadi aku terus saja membujuk Ello agar ia mau membantuku. Hanya dia yang bisa membantuku.

"Tidak mau." Ello melipat tangannya di dada.

Ck! Angkuh sekali dia?!

"Tiket liburan ke Bali? Bagaimana?" Aku menyogoknya, biasanya Ello sangat ampuh dengan sogokan liburan.

Tapi sepertinya sogokanku kurang menarik, karena Ello menggelengkan kepalanya. Ia menolak.

"Tiket nonton?" Ello kembali menggeleng.

"Aku traktir makan, bagaimana?" Ello juga menggeleng.

Aku bingung, apa lagi yang ia suka? Ya Tuhan, memiliki kakak laki-laki sungguh menyusahkan.

"Ah, kau ingin mobil baru?"

" sepatu baru?"

"Jas baru?"

"Kemeja baru?"

"Oh, dalaman baru?"

"Zee, aku tidak butuh itu semua," kata Ello. Aku makin bingung dibuatnya.

"Ah terserahlah, aku pusing." Aku bangkit dari dudukku, melangkah menuju dapur dan mengambil sekotak es krim coklat di lemari pendingin. Aku butuh sesuatu yang bisa mendinginkan kepalaku.

"Es krim?" Aku menyodorkan es krim yang aku bawa tepat di depan wajahnya.

"Nah, kalau yang ini aku mau, Zee. Aku akan dengan senang hati membantumu," kata Ello bersemangat. Ia bahkan merampas sekotak es krim itu dengan ganas dari tanganku, kemudian langsung memakannya.

"Kau serius?" tanyaku.

"Iya, asalkan kau mau membelikanku es krim coklat setiap hari!"

What the hell???

Hanya es krim coklat? Dia membantuku dengan syarat es krim coklat? Semudah itu? Kenapa tidak dari tadi saja?

Merepotkan sekali!

Ah tidak, tidak. Ini namanya rejeki. Setidaknya aku tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk memebelikannya tiket liburan atau sejenisnya, apalagi mobil. Uang dari mana aku?

Ternyata di dunia ini bukan hanya wanita yang rumit, tapi pria juga. Atau mungkin hanya kakakku saja yang rumit? Entahlah?!

...

Mataku menatap layar komputer, menampilkan sederetan data yang jujur saja membuatku pusing. Ini pertama kalinya aku mengerjakan data-data perusahaan seperti ini. Karena biasanya aku hanya berurusan dengan kain, gunting, mesin jahit dan gambar-gambar desain busana wanita.

Ya, aku seorang perancang busana. Memang belum terlalu terkenal tapi penghasilannya lumayanlah untuk menambah uang jajan. Setidaknya aku tidak lagi meminta uang pada Ello dan kedua orang tuaku.

Mataku masih fokus ke layar dengan kesepuluh jariku sibuk menari di atas keyboard  mengetikkan laporan akhir bulan yang nantinya akan aku serahkan kepada atasanku.

Rasanya mataku lelah sekali, laporan yang harus aku kerjakan tidaklah sedikit. Lebih dari 15 halaman dan satu halamannya sangat penuh dengan tulisan dan angka. Aku jamin sepulang dari sini tanganku akan kriting karena terlalu lama bekerja dengan papan angka dan huruf itu.

Aku heran kenapa orang-orang sangat suka bekerja di kantoran, padahal pekerjaannya membosankan dan monoton. Hanya duduk manis di meja dengan tangan yang sibuk menari. Sementara tubuhmu diam saja. Apalagi dengan pakaian kantoran yang ribet, formal dan kaku.

Kalau bukan karena rencanaku, aku enggan untuk menjadi salah satu dari sekian manusia kaku yang aku lihat sedari pagi. Bayangkan saja, orang-orang di sini berwajah datar semua. Maksudku mereka tidak bisa tersenyum, sangat dingin dan jutek.

Dan aku harus hidup dengan mereka beberapa bulan kedepan, sampai aku bisa membalaskan dendamku.

Sekarang aku bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan sebagai sekretaris sang CEO.

Aku mendengar suara pintu terbuka, mungkin atasanku sudah datang. Aku segera merapikan pakaianku, kemudian melanjutkan pekerjaanku.

Aku mendengar langkah kaki mendekat, suaranya menggema memenuhi ruangan. Perlahan aku mendongakan kepalaku dan mendapati seorang pria jelek dan menyebalkan sedang melangkah ke arahku--ralat-- ke ruangannya karena mejaku terletak di sebelah pintu masuk ruangannya.

"Selamat pagi, Sir!" sapaku dengan senyum manis. Pria tengik itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Bahkan ia tidak menatapku sama sekali. Ia melewatiku begitu saja.

"Sean, tunggu aku! Kau meninggalkanku," ujar sebuah suara.

Yeah, atasanku adalah Sean, Sean Allano dan dia adalah CEO dari perusahaan ini. Uugghhh, sangat mapan. Tapi sayang aku tidak tergoda.

Tak lama aku mendengar langkah kaki mendekat, sepasang kaki putih mulus berhenti di sebelah mejaku.

Aku mematung sebentar, menatap wajah wanita ini yang sepertinya tidak asing bagiku.

"Alisa," ujar Sean.

Alisa?

.
.
.
Terimakasih untuk vote dan comment di part sebelumnya.

Happy reading!

Salam berkawan

Mr. PLAY BoYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang