Part 14

259 35 38
                                    

Itu si tengik yang di mulmed😂 atau kalian bisa bayangin sendiri cocoknya kek gimana.

Happy reading😊

...

"Dan aku ingin ini."

Sean mengangkat tangannya kemudian mengacak rambutku. Sesuatu yang membuat tubuhku mematung.

Kebiasaan yang sering ia lakukan saat dulu kami masih bersama.

"Aku merindukannya."

Dia siapa? Apakah itu aku?

'Kau terlalu berharap, Zee.'

Tidak, aku tidak pernah berharap ia masih menganggapku sebagai kekasihnya. Tidak akan pernah.

"Hhmm Sean, aku lapar," kataku mengalihkan pembicaraan ini.

Aku tidak ingin terlalu larut dalam ceritanya tentang 'dia'. Tujuanku adalah balas dendam, bukan mendengarkan dongeng.

"Baiklah, ayo makan. Di sana satenya enak sekali, kau harus mencobanya!"

...

"Ekkhem, kita bertemu lagi, Nona manis." Aku menghentikan kegiatan makanku dan menoleh ke sumber suara.

"Levan? Astaga aku sangat bosan melihat wajahmu."

Levan terkekeh kemudian mengacak rambutku.

"Iishh, kau ini menyebalkan sekali."

"Sedang apa kau di sini?" tanya Levan.

"Kau bisa lihat sendiri."

"Oh! Aku ke sini karena ada pekerjaan," katanya padaku.

"Aku tidak bertanya."

"Aku memberi tahumu."

"Terimakasih, tapi aku tidak ingin tahu."

"Kau ini menyebalkan sekali, pendek."

"Hey, kau juga menyebalkan."

"Kau."

"Kau."

"Ka--"

"Ekhem."

Sean, oh aku lupa ada dia di sini. Ya tuhan, salahkan dirinya yang tidak begitu penting bagiku.

"Oh, iya. Levan kenalkan ini Sean, dia bosku." kataku menujuk Sean yang hanya menatap datar ke arahku.

"Dan Sean, dia Levan. Temanku sewaktu kuliah."

"Levan."

"Sean."

Sean balas menjabat tangan Levan yang sejak tadi menggantung. Tanpa senyuman atau pun basa basi. Ia malah sibuk dengan makanannya lagi.

Pria ini....

"Dia memang begitu. Ayo duduk! Kita makan bersama." ajakku.

"Wah, kau yang membayarnya? Baiklah dengan senang hati."

Ia pun bergabung bersama kami, ia duduk di depanku. Menikmati makan siang dan sesekali melontarkan candaan.

...

"Bye, Levan. Semoga kita tidak bertemu lagi."

Aku melambaikan tanganku padanya. Kami berpisah saat sudah mencapai parkiran.

Aku naik ke boncengan Sean dengan susah payah. Perutku kekenyangan, belum lagi sedikit sakit karena terlalu banyak tertawa. Levan itu memang pria yang konyol dan penghibur yang baik.

Mr. PLAY BoYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang