Part 16

198 21 32
                                    

Sean merogoh saku jasnya. Ia mengeluarkan sebuah kotak berbentuk hati dan membukanya.

Wow, sebuah cincin. Bentuknya lebih kecil dari yang ia tunjukan tadi. Ia kemudian menarik tanganku dan menyematkan cincin itu di jari manis tangan kiriku. Kemudian memasang cincin yang berisi namaku di jari manisnya.

Oh! Aku mengerti sekarang. Ini seperti sebuah acara pertunangan. Ah romantis juga si tengik ini.

"Kenapa memilihku?" tanyaku setelah Sean selesai memasangkan cincin itu.

"Karena namamu Zee."

"Maksudmu?"

"Tidak apa, ayo kita kembali ke hotel!"

Sean menarik tanganku untuk mengikutinya. Sementara aku hanya mengikuti langkahnya dalam diam.

Memikirkan apa maksud dari jawabannya tadi, ada apa dengan namaku? Ada apa dengan nama 'Zee'?!

...

Sean menggenggam tanganku selama perjalanan. Dia hanya mengajakku berjalan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Tubuh tegapnya melangkah di depanku terlihat gagah dalam balutan jas abu itu. Entah kenapa malam ini ia terlihat sangat tampan. Karismanya bahkan meruntuhkanku.

Apa aku tertarik padanya? Maksudku tertarik pada fisiknya.

Aku sudah pernah bilang, kan, jika Sean yang sekarang jauh lebih tampan dari yang lima tahun lalu. Jadi jangan salahkan mataku yang tergoda padanya, walau pun aku pastikan kalau hatiku akan selalu membencinya.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud meninggalkanmu sendiri. Ada hal penting yang harus aku urus agar aku bisa datang malam ini, di hari ulang tahunmu." ujar Sean saat kami tiba di kamar. Ia menggenggam tanganku dan kembali meyakinkanku akan alasannya menghilang semalam.

"Sudahlah, jangan bahas itu lagi. Aku tidak ingin membahas itu."

"Baiklah, apa pun yang kau inginkan, sayang."

Deg...

Kalimat itu, kenapa setiap ucapan yang keluar dari bibir sexynya membuatku mengingat kejadian di masa lalu? Dan kalimat itu...

"Aku tidak ingin bicara denganmu."

"Baiklah, maafkan aku. Aku patut dihukum karena sudah membuat kekasihku menunggu terlalu lama."

"Ya, kau akan aku hukum. Kau harus menemaniku ke toko buku sore nanti."

"Baiklah, apa pun yang kau inginkan, sayang."

Kalimat yang selalu ia ucapkan ketika ia merasa bersalah terhadapku. Jadi yang tadi itu... apakah ia merasa bersalah karena meninggalkanku sendirian?

"Aku mau mandi dulu, kau istirahatlah!" kata Sean kemudian ia masuk ke kamar mandi.

Seperti anak kecil aku pun menuruti perintahnya, mengganti pakaianku kemudian merebahkan diri di ranjang  besar nan empuk ini.

...

"Bilang pada Sean kalau Laudia ingin menemuinya!"

Aku merutuk dalam hati, wanita di depanku benar-benar menyebalkan. Berkali-kali aku katakan padanya kalau Sean sedang tidak bisa diganggu tapi wanita ini masih saja memaksa.

"Maaf Nona, Tuan Sean sedang sibuk daan tidak bisa diganggu," jelasku ramah. Wanita itu malah melotot tajam tak terima.

"Beraninya kau melawan perintahku."

"Maaf tapi itu pesan dari atasan saya, Nona."

Brakk...

"Ada apa ini?"

Mr. PLAY BoYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang