Hari sudah pagi, aku sedang bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan. Mumpung Sean tidak ada jadi aku manfaatkan saja kesempatan ini.
Aku merapikan rambutku kemudian menyemprotkan parfum ke tubuhku. Okey, saatnya berangkat.
Saat aku akan membuka pintu, tiba-tiba pintu terbuka dari luar.
Sean berdiri di depan pintu dengan tatapan tajamnya. Aku mengunci rapat bibirku agar tidak menyapanya.
Salahnya kenapa semalam tidak pulang?!
Aku melewatinya begitu saja. Aku kesal, seharusnya semalam aku bersamanya dan melakukan pendekatan. Tapi semuanya tidak sesuai rencana.
Sudahlah, hari ini aku tidak ingin membahas tentang Sean. Anggap saja aku sedang merajuk.
...
Daaaaaaaan sampailah aku di danau. Aku sedang duduk manis dan menikmati makan siangku. Aku sudah di sini sejak tiga jam yang lalu, rasanya sangat menyenangkan.
Tempat ini sejuk, banyak pepohonannya. Ada pasar tradisional juga di dekat danau ini, aku sudah ke sana tadi.
Dan di sebelahku sudah ada lima kantung kresek yang isinya adalah strawbery.
Sepertinya liburanku hari ini berjalan lancar.
"Hay, Zee. Wah kita bertemu lagi." sapaan riang itu membuatku menghentikan sendok yang baru saja akan masuk ke mulutku.
Sialan, apa ia tidak tahu aku sedang makan. Mengganggu saja.
"Wah kau pasti mengikutiku, bukan?" kataku menyipitkan mata ke arahnya.
"Kau ini percaya diri sekali," kata Levan.
Seorang pelayan menghampiri kami kemudian Levan memesan makanannya.
"Maaf soal kemarin, aku lupa jika Nathan juga ikut bersamaku," kata Levan setelah pelayan itu pergi.
Nathan, pria yang semalam datang di tengah-tengah obrolan kami. Dia adalah satu dari sekian pria yang harus aku hindari.
"Tidak apa, lagi pula kita tidak sengaja bertemu. Tapi jika sekarang setan itu juga ikut denganmu, lebih baik kau pergi saja!" kataku padanya. Tenang, ia tidak akan marah walau pun aku usir. Levan orang yang pengertian, apa lagi padaku. Dia sangat baik.
"Kau masih marah padanya?"
"Ayolah jangan bahas itu lagi. Kau merusak suasana hatiku," kataku. Itu topik sensitif bagiku dan aku tidak akan meluangkan waktuku untuk membahasnya.
Nathan itu gila, aku tidak mau berurusan lagi dengannya.
Levan terkekeh kecil kemudian berujar, "Maaf, Zee."
Tak lama kemudian kami sudah selesai dengan makan siang kami. Levan mengajakku untuk berjalan-jalan di tepian danau. Sesekali kami tertawa bersama saat mengingat masa-masa kuliah kami. Yeah teman lama memang selalu begitu, bukan?
"Aku sangat ingat bagaimana wajahmu saat pertama kali kita berkenalan, kau terlihat polos seperti anjing ibuku."
"Dan kau lebih sangar dari security kampus. Jambang ini membuatmu terlihat tua."
"Kau meledekku."
"Kau juga meledekku tadi." Levan mengacak rambutku. Aku biarkan saja, hal ini sudah biasa di antara kami.
"Ayo pulang, aku sudah lelah mengambil foto wajahmu yang tidak menarik sama sekali. Kameraku bisa rusak nanti." Sialan, dia meledekku habis-habisan.
"Menyebalkan sekali," kataku.
Kami pun berjalan beriringan ke mobilnya. Dia bilang akan mengantarku sampai hotel. Lumayan tumpangan gratis. Dari pada aku memesan taksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. PLAY BoY
RomanceWarning!!! 17+ "janjiku pada diriku sendiri, bahwa aku akan memilikimu dan kau akan bertekuk lutut di depanku. Lihat saja?!"