Mulutku membisu sejak aku memasuki ruangan ini. Berbagai macam gaya sudah aku lakukan agar bokongku tidak pegal karena terlalu lama duduk. Aku merasa seperti mengikuti kuis dengan hadiah miliaran itu. Kursi ini terasa, panas.
Sementara itu pria tengik di depanku tak lebih baik dari keadaanku, berkali kali ia menghela napasnya kemudian membuka sedikit bibirnya dan detik berikutnya ia menutup rapat binirnya kembali dan itu terus berlanjut sampai detik ini. Dan entah kenapa bibir itu terlihat..sexy?
"Sean, apa kau sudah mengantar Lau-- oh maaf aku kira Zee tidak sedang bersamamu."
Blam.
Aku menatap ke arah pintu tertutup itu kemudian beralih pada Sean.
"Jadi pangkatmu sebagai CEO berubah menjadi supir pribadi, Tuan Allano?!" kataku sinis sembari menatap tajam ke arahnya.
Aku rasa wanita itu ada hubungannya dengan Sean, buktinya saat tadi Kean melihatku ia langsung menghrntikan kalimatnya. Pasti ada hal yang disembunyikan dariku.
Beralih ke pria sialan di depanku, ia menghela napasnya kembali namun kali ini ia bangkit dari dudukknya dan menghampiriku.
"Zee," panggilnya lembut kemudian menggenggam satu tanganku.
"Baiklah, maafkan aku. Tapi, kau harus tahu jika apa yang kau lihat tak sepenuhnya benar."
Aku membuang muka.
"Dengar, apa yang kau lihat tadi hanyalah salah paham. Aku dan Laudia tidak ada hubungan apa pun."
"Jangan berbohong, aku tahu kelakuanmu sebelum kau memilihku. Kau pria berengsek, kau bajingan. Bagaimana aku bisa percaya? Aku melihat dengan mataku di ruangan ini kau mengajak puluhan wanita, di kafe, di hotel, dan tadi wanita itu menjemputmu ke sini bahkan ia memanggilmu sayang dan kau hanya diam padahal kau lihat sendiri jika aku ada di sana."
"Zee--"
"Apa itu yang kau sebut memilihku? Kau bahkan tidak menyatakan perasaanmu padaku, kau tidak mencintaiku. Atau... atau kau ingin mempermainkanku lagi?"
"Maafkan aku," katanya kemudian memlukku. Dan entah kenapa tangisku tumpah di sana.
Kenapa aku mennagis? Aku bahkan tidak sadar jika air mata itu keluar dari mataku sendiri.
"Oh, maaf."
Aku melepas pelukan kami dan menoleh ke arah pintu. Di sana berdiri seorang yabg menjadi akar dari masalah kami.
Laudia.
"Lau, baguslah kau datang. Sekarang jelaskan kepada wanitaku tentang hubungan kita. Kau membuatnya menangis, sialan."
Aku mengernyit bingung menatap Sean yang memaki wanita itu. Padahal tadi mereka terlihat mesra dengan gandengan tangan itu.
Dan, wanita itu tertawa anggun.
"Hahaha, jadi kau yang namanya Zee?"
"Iya," jawabku singkat.
"Perkenalkan, namaku Laudia. Aku kekasih Sean."
"LAU..."
"Baiklah, baiklah. Kau tidak usah cemburu, Zee. Aku Sepupunya si bajingan ini dan si cerewet Kean."
Dan aku hanya bisa diam membisu terkubur dalam prasangka burukku.
"Jadi sayangku, aku harap kau tidak salah paham padaku," kata Laudia yang aku balas senyum tipis.
Sialan, kenapa memalukan sekali, sih?
"Baiklah, aku harus pergi. Kau temani saja Zee di sini, aku akan meminta Kean untuk mengantarku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. PLAY BoY
RomansaWarning!!! 17+ "janjiku pada diriku sendiri, bahwa aku akan memilikimu dan kau akan bertekuk lutut di depanku. Lihat saja?!"