Part 5

367 69 123
                                    

"Baiklah."

"Sungguh kau mau melakukannya?"

Aku menganggukan kepalaku.

Setelah pergulatan batin yang cukup panas akhirnya aku memutuskan untuk membantu Kean.

Hanya membuat adiknya lupa dengan para jalang itu, bukan? Tidak untuk menjadi pendamping hidupnya?

Itu sangat mudah, lihat saja nanti!

"Tapi kau harus membantuku mendekati Sean."

...

Sudah satu minggu sejak kesepakatanku dengan Kean dan selama itu juga Kean hanya menggangguku dengan mulut cerewetnya tanpa memberikanku saran atau cara agar aku bisa mendekati Sean.

Sementara itu Sean masih sama, ia tak pernah menatapku. Aku jadi sangsi pria itu punya mata atau tidak?!

Setiap hari ia hanya mengurung diri dengan para jalangnya seperti saat hari pertama aku bekerja. Sean selalu datang dengan wanita jalang yang berbeda setiap harinya.

Setiap pagi aku harus menyiapkan laporan atau berkas penting yang memang harus diperiksa olehnya. Berkas itu harus sudah ada di mejaku sebelum Sean datang. Sean akan mengecek berkas miliknya yang selalu aku letakkan di meja kerjaku. Setelah itu ia akan membawa berkas itu ke ruangannya tanpa bicara apapun dan tidak keluar sampai jam kantor selesai.

Aku pernah menanyakan apakah atasanku itu lapar atau butuh sesuatu, tapi pria itu malah marah-marah dan memutuskan panggilan telepon secara sepihak.

Entah apa yang Sean dan jalangnya lakukan. Tak seorang pun dari kami yang diijinkan memasuki ruangannya, bahkan Office boy sekalipun. Hanya Sean dan wanitanya yang bisa masuk.

"Bagaimana caraku mendekatinya jika si tengik itu tak pernah menatapku?" Aku bertanya pada diriku sendiri. Aku sudah seperti orang tidak waras sekarang.

Menempati ruangan di lantai paling atas, tanpa teman karena hanya ada satu ruangan di sini. Ruangan pria tengik itu saja.

Aku kesepian dan bosan.

Teman-temanku bilang menjadi seorang sekretaris itu menyenangkan, sering jalan-jalan bersama atasan mereka, makan siang bersama? Bahkan ada yang sampai ikut ke luar negeri, untuk urusan bisnis tentunya.

Tapi lihatlah aku! Aku bahkan tidak pernah bertatapan dengan atasanku sendiri. Pria tengik itu tak pernah menyapaku apa lagi tersenyum???

Huuaaaaaa!!! Bagaimana dengan pembalasan dendamku, bagaimana dengan rencanaku???

Ngomong-ngomong rencana, aku jadi mengingat Kean.

Di mana pria itu? Seharian ini ia tak menggentayangiku, tumben sekali.

"Merindukanku, hm?" Suara itu membuyarkan lamunanku. Pria yang aku pikirkan kini sudah ada di depan mejaku dengan menyenderkan tubuhnya pada meja kerjaku.

"In your dream," ketusku.

"Kau ini! Oh iya, Zee. Aku sudah menyiapkan semuanya. Kau hanya perlu mengikuti ucapanku," katanya penuh semangat. Entah apa yang ada di otak sempitnya itu.

"Tidak usah bertele-tele, Kean! Jelaskan padaku sekarang!"

"Kau ini tidak sabaran! Lihatlah siapa yang tempo hari bilang tidak menyukai adik tengikku?!" Aku memutar mataku malas. Sudah aku bilang bukan, pria ini suka sekali membuang-buang waktu.

"Baiklah, baiklah! Akan aku jelaskan. Kau tahu besok adalah hari ulang tahun Sean. Kita akan mulai rencananya besok. Hal pertama yang harus kau lakukan adalah pergi ke salon dan mempermak dirimu! Setelah itu beli gaun yang indah untuk tubuh sexymu!" katanya.

Mr. PLAY BoYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang