[]
ENTAH malam minggu yang ke berapa, kamu pernah mengajak aku jalan-jalan.
Waktu itu, nggak tahu kenapa, aku ingin tampil cantik di depan kamu, Panji.
Jadilah aku memutuskan untuk lebih feminim dengan sedikit memoles wajahku dengan riasan tipis.
Setelah aku siap, kamu justru menyuruhku untuk menghapus riasan yang sudah susah payah aku buat senatural mungkin.
Aku jelas jengkel. Maksudku, kamu nggak menghargai usaha aku untuk tampil terbaik di depan kamu.
Jadinya, aku menekuk wajah ketika pamit sama Papa. Bukannya melangkah, kamu justru menahan tanganku.
Kata kamu, "Maaf, kalo saya bikin kamu marah. Tapi, kamu udah cantik kok walaupun nggak pake make-up."
Aku mati-matian saat itu untuk nggak tersenyum hanya karena ucapan kamu itu. Dengan wajah datar aku membalas, "Nggak usah ngegombal. Nggak mempan."
Tapi kamu justru mengendikan bahu, seraya berkata, "Saya nggak gombal. Saya jujur, kok. Kalo kamu nggak percaya, ya udah. Saya juga nggak maksa kamu buat percaya."
Aku nggak ngerti lagi, Panji. Kenapa kamu bisa meruntuhkan kejengkelanku hanya dengan sekali sentuh?[]
KAMU SEDANG MEMBACA
memori tentang panji
Short StoryNamanya Panji Danuarta. Lelaki spesial dan akan selalu menjadi yang spesial. Copyright @2018 by vanillopa