[30] Jahat

117 21 0
                                    

[]

TERNYATA saat kita berbincang di koridor, Zahra mendengar semuanya Panji. Mangkannya dia bertanya macam-macam selama perjalanan keluar gerbang sekolah.

Katanya, "Lo lagi kenapa sih, sama Kak Panji?"

Beberapa detik aku terdiam sebelum mengangkat kedua bahu, "Kaya yang lo bilang, gue bosen." jawabku santai.

"Belom ilang emangnya?" Aku menggeleng.

"Kok bisa sih, Gin, lo bosen sama cowok jenis kaya Kak Panji?"

Aku membuang napas, "Gak tau ah, Gin. Gue bingung." Aku memberi jeda, "Rasanya gue pengen putus aja deh."

Detik berikutnya Zahra menabok lenganku keras. Katanya, "Gila lo, ya?"

Aku berdecak, "Sakit, Ra!"

"Lagian lo kenapa mau putus, sih? Kak Panji tuh baik banget, Gin!" pekiknya. "Gue sih, kalo jadi lo, gak bakal ngelepas cowok kaya gitu. Yang ada gue tempelin terus."

Aku bisa melihat raut gemas di wajah Zahra. Sedang aku hanya terdiam menatap lurus gerbang sekolah yang jaraknya tinggal beberapa meter lagi.

"Jangan-jangan lo naksir sama orang lain, ya?"

Jujur, saat itu aku terkejut bukan main. Kedua mataku bahkan terbuka lebar menatap Zahra. Membuat Zahra memicing curiga ke arahku.

"Apaan sih lo, Ra?!"

"Jujur aja deh, Gin. Akhir-akhir ini gue sering banget liatin lo senyum-senyum sendiri kalo lagi chatan." Zahra membetulkan ikatan rambutnya, "Lo gak mungkin chatan sama Kak Panji. Dia 'kan gak pernah mau chatan kalo lagi di kelas."

Aku mati kutu saat itu. Jadinya, aku jujur. Semuanya aku ceritakan kepada Zahra.

Dan hanya satu kalimat yang Zahra berikan untukku setelah aku menyelesaikan ceritaku. Katanya, "Jahat lo, Gin."

Nyatanya perkataan Zahra benar, aku jahat Panji. Amat sangat jahat.[]

memori tentang panji Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang