[31] Berbeda

115 23 0
                                    

[]

MALAMNYA, aku benar-benar berada di puncak kebosanan tertinggi, Panji.

Dimas lagi nggak ada di rumah dan ponselnya nggak bisa dihubungi, dan kamu juga sama.

Sejak kita berbincang di koridor, kamu sama sekali nggak memberi kabar. Chat yang aku kirim pun nggak kamu balas. Saat aku telepon, kamu nggak angkat.

Aku jadi gelisah sendiri. Biasanya kamu selalu membalas chat yang aku kirim sesibuk apapun kamu. Untuk pertama kalinya aku bertanya-tanya, kamu kenapa?

Besoknya, sikap kamu aneh, Panji. Maksudku, seharian penuh nggak menghampiri aku. Biasanya, jam istirahat tiba, kamu selalu datang ke kelasku sekadar mengobrol.

Tapi hari itu, nggak ada obrolan apapun yang tercipta antara kita. Saat berpapasan di koridor pun, kamu hanya melempar senyum tipis, sangat tipis. Setelahnya, kamu segera membuang muka.

Sampai Zahra bertanya padaku, "Udah putus, Gin?"

Aku hanya mengendikan bahu dan berjalan lebih dulu. Dalam otak memikirkan perkataan Zahra.

Putus.

Entahlah. Masih ada keraguan yang tersisa di dada. Maksudku, mana mungkin aku memutuskan kamu tanpa adanya sebuah alasan?

Nggak mungkin juga aku memutuskan kamu dengan alasan aku bosan, atau aku suka Dimas.

Walaupun nyatanya memang begitu.[]

memori tentang panji Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang