[26] Kepedean

104 19 0
                                    

[]

SUATU malam, selesai aku dan Dimas bermain karambol, kita sama-sama sibuk dengan ponsel.

Aku sibuk membalas semua chat dari kamu, dan aku nggak tahu bagaimana dengan Dimas. Yang jelas, dia sering tersenyum sendiri menatap ponselnya.

Aku enggan bertanya. Terlalu kepo kesannya. Jadi, aku hanya bisa menatapnya diam-diam dalam rasa penasaran.

Hingga akhirnya, Dimas menyadari aku yang sedari tadi mencuri pandang. Katanya, "Gue ganteng, Gin. Tau. Gak usah diliatin juga, kali."

Aku kelabakan, dan dia justru tertawa seraya menatap ponsel yang menyala. Lalu bergumam, "Kayanya rasa suka gue udah terbalaskan."

Aku sempat terpaku beberapa detik. Memastikan jika telingaku nggak salah dengar. Jadi aku tanya, "Lo ngomong apaan dah?"

Kedua alis Dimas berkerut, menatapku bingung. "Gak ngomong-ngomong apa-apaan gue."

Kamu tahu, Panji? Aku betul-betul berada di puncak kepedean tertinggi saat itu. Mengira perkataan Dimas tertuju untukku. Padahal, bisa aja aku salah dengar atau mungkin perkataan Dimas untuk orang lain.

Malamnya, aku jadi kegirangan sendiri mengetahui "jika" Dimas menyukaiku.

Bodoh, ya?[]

memori tentang panji Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang