1

1.9K 49 0
                                    

Suara kicau burung begitu mengalun bak melodi, pagi yang damai dengan hembusan lembut angin segar begitu menenangkan hati, derap langkah seorang gadis di tengah koridor yang lengang begitu menggema, senyuman manis terus tercetak pada wajahnya, mencerminkan keadaannya yang bahagia.

Terdengar suara pantulan bola, langkahnya mulai mengarah pada sumber suara, hingga ia melihat seorang siswa tengah asik bermain bola seorang diri, tak lama semilir angin mulai menerpa terasa begitu segar begitupun wajah siswa tersebut nampak jelas terlihat.

BUGH!

Tepat saat ia melewatinya, hantaman keras pada punggungnya begitu terasa, hampir membuatnya terjatuh. Ia membalikan tubuhnya dan mendapati siswa tersebut tengah tersenyum licik.

"kenapa?, mau marah?", tanya siswa tersebut dengan nada yang merendahkan.

Hembuskan nafas perlahan ia lakukan, amarahnya mulai berkecamuk, lantas yang ia lakukan hanya berbalik berusaha untuk tak peduli.

Ia terus melangkah mencoba menetralkan rasa kesal dalam dada, setibanya di dalam kelas perlahan ia duduk di tempat, suasana sunyi mulai menyelimuti hanya ada dirinya di sini begitu damai nan tenang, pandangan mulai menyapu ke seluruh ruangan, hingga suara derap langkah ia tangkap dan sesosok manusia datang menemuinya pagi ini.

"Hai", sapanya dengan ulasan senyum  hangat.

"Hai juga yan", balasnya dengan rona kabahagiaan yang terpancar.

***

Jam istirahat adalah waktu yang ia tunggu, dimana ia dapat menikmati kebebasan walau hanya sesaat, langkahnya mulai menuju tempat yang menampilkan berbagai buku yang berjajar rapih sekaligus menyuguhkan suasana yang tenang. Ia berjalan seorang diri, hingga langkahnya terhenti ketika padangannya menangkap sekumpulan manusia perusuh.

"Mereka", gumamnya dalam batin.

Manik matanya sempat bertemu dengan salah seorang dari mereka namun ia hiraukan begitu saja. Saat ia kembali berjalan tak di sangka mereka menghadang lantas mendorongnya dengan keras hingga tersungkur dan rasa nyeripun menjalar pada lututnya.

"Dasar lemah lo!", maki salah seorang dari mereka.

"Lebay dia", lanjut mereka.

Mereka semua menertawakannya dan pergi tanpa rasa bersalah, banyak orang yang beralalu lalang namun enggan untuk membantunya. Ingin rasanya menangis namun sebisa mungkin ia tahan.

"Sini aku bantu", suara lembut itu seolah membelai pendengaran dan uluran tangan yang siap membantunya bangkit, ia tertegun melihat uluran itu dan dengan ragu ia menerimanya.

"Kamu ngga papa Audrey?", tanyanya.

"Ngga papa ko yan, cuma nyeri aja di bagian lutut", ia menjawab dengan suara yang riang.

Ian adalah satu-satunya murid yang begitu peduli dengannya, dia itu salah satu siswa dari kelas unggulan di sekolah ini yang bertempat di kelas XI MIPA 1.

"kenapa kamu ngga  ke kelas aku Audrey?, kamu mau ke perpuskan?, bareng aku aja", ucap Ian.

Audrey hanyalah seorang gadis manis berkaca mata, ia berasal dari kelas XI IPS 3, beruntung ia dapat berteman baik bahkan dekat dengan Ian.

Ia kembali tersenyum kala Ian kembali menunjukan rasa pedulinya, jika diperhatikan Ian sangat good boy, dia bisa saja disukai oleh semua orang terlebih memiliki wajah diatas rata-rata dan begitu cerdas, berbanding terbalik dengannya yang hanya seorang gadis lemah.

Audrey  (Completed) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang