Suasana kantin begitu ramai, sebab telah masuk jam istirahat pertama yang merupakan waktu yang tepat untuk mengisi tangki yang telah kosong karena terkuras oleh berbagai materi yang masuk ke dalam otak.
Audrey mulai melangkahkan kakinya menuju kantin seorang diri, rasa takut pada dirinya kian memudar, ia kembali menjadi dirinya yang dulu namun perubahannya tak begitu drastis ia masih berpenampilan seperti sahabatnya.
Pandangan sinis masih tetap mereka tunjukan namun Audrey tak lagi memerdulikan, hanya membuang waktu dan tenaga jika terus mengikuti apa yang mereka ucapkan.
Sebisa mungkin Audrey menahannya, rasa geram terus menguasai hingga ia terus menahan dan menghembuskan nafas yang berat.
"Anggaplah angin lalu", bisiknya dalam batin untuk menguatkan.
Saat di kantin Audrey langsung pergi membeli makanan dan minuman, saat dirasa apa yang ia butuhkan telah didapat barulah ia menyantap, lidahnya mulai merasakan rasa yang amat menggugah selera.
"Hmm enak", gumamnya dengan mata yang berbinar.
Dari kejauhan ia melihat GX, sorot matanya terus memerhatikan dan sedetik kemudian mereka melihatnya tengah menatap.
"Mereka...", gumamnya.
Selera makan Audrey mulai menghilang ketika sekumpulan pengganggu mulai mengusiknya.
"Mau apa lagi?", tanyanya dengan nada yang terlampau datar.
"Lo kan bagian dari kita, masa iya ngebiarin lo sendirian kaya jones", ucap Reval.
"Betul itu", lanjut Kai.
Audrey hanya bisa menghembuskan nafas berat, ia berusaha untuk tak peduli namun kembali Ian dan Gino mulai ribut.
"B aja liat nya!", celetuk Ian mengarah pada Gino.
"Kenapa?, ngga suka?", jawab Gino.
"Ya ngga lah", ucap Ian tak suka.
"Emang lo siapanya Audrey?!", tanya Gino mulai kesal.
Perdebatan mereka terus berlanjut hingga mereka kembali menjadi pusat perhatian. Audrey mulai bangkit dari kursinya sebab jengah dengan tingkah Ian dan Gino yang tak pernah akur.
"Eh Drey, mau kemana makanannya belum abis?", tanya Kai menghentikan pergerakan Audrey saat bangkit.
"Buat lo aja gue ngga selera", jawab Audrey seraya melirik Ian dan Gino.
***
Audrey mencoba untuk fokus memerhatikan setiap materi yang tengah di jelaskan, namun tetap saja fikirannya masih terpaut pasal geng perusuh itu.
"Audrey", panggil sang guru.
Audrey gelagapan ketika namanya terpanggil.
"I iya pa", ucap Audrey terbata.
Audrey mulai mengerjapkan mata beberapa kali mencoba untuk mengumpulkan fokusnya.
"Tolong kamu kerjakan soal di depan", pinta guru tersebut.
Sudah ia duga pasti akan berujung seperti ini, beruntungnya ia adalah salah satu murid cerdas yang tak pernah diketahui oleh teman-temannya, oleh karena itu Audrey tak gentar jika namanya terpanggil.