Malam mulai merambat, sang dewi rembulan telah menampakan wujudnya di temani dengan ribuan bintang di atas langit yang gelap, semilir angin mulai berhembus lembut menciptakan hawa yang dingin.
Di tengah sunyinya malam seorang pemuda tengah termenung di atas balkon, fikirannya terus melayang jauh, memikirkan setiap rentetan cerita yang telah ia alami.
Kejadian beberapa waktu lalu terus teriang dalam benak, gadis berkacamata itu yang yang menjadi pemeran utamanya. Perlahan nafas halus ia hembuskan dan seulas senyumpun terbit begitu saja.
"Lucu juga tu cewek", gumamnya dalam kesendirian.
Rasa nyaman terus merambati batinnya, gadis itu yang terus mengarungi setiap inci detak dan benaknya. Namun seketika ia teringat dengan sosok Ian, sekelebat bayangan gadis itu hilang digantikan dengan seorang pemuda bertampang dingin.
"Haruskah gue seperti ini?", batinnya mulai bertanya.
"Aaarrrrrgggghhhh!!!", geramnya.
Ia mulai tertekan dengan fikirannya sendiri.
"Apa yang sebenarnya terjadi?", batinnya bertanya karena entah perasaan semakin menjadi tidak beraturan.
lelah mulai merambati dirinya dan udara malam yang terus menusuk kulit. Akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar, menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur dan memandangi langit-langit.
Di tempat lain...
Hembusan nafas berat terus Ian lakukan di dalam fikirannya masih dipenuhi dengan berbagai kejadian yang terus teriang tanpa henti, terlebih sosok sahabat berwajah angkuh dan seseorang yang begitu ia sukai.
Sekelebat bayangan yang menyesakan dada kembali teriang, ia mengacak rambutnya dan menggeram kesal.
"Huh!, apa yang terjadi pada diri gue?!", batinnya berteriak.
Tekanan dalam batin dan hawa dingin terus menghimpitnya, deru nafas terus berhembus tak beraturan ia memutuskan untuk masuk kedalam kamar dan membanting tubuhnya di atas tempat tidur, rasa lelah terus menyelimuti terpadu denga perasaan yag gusar.
Di tempat lain...
Seorang gadis manis berkacamata tengah duduk di atas tempat tidur sembari memeluk erat guling kesayangannya. ia masih terbayang kejadian beberapa waktu lalu, sesekali gadis itu mengerjap beberapa kali karena jantungnya terus berdetak kencang saat bayangan itu hadir.
"Ko deg-degan ya?", gumamnya.
Perlahan ia menyentuh bagian detakan itu, semakin lama di fikirkan semakin keras detakan yang dihasilkan.
"Apa jangan-jangan...", gumamnya.
Fikirannya terus mengarungi lebih dalam apa yang sedang ia rasakan saat ini. Ia menggeleng keras ketika mendapatkan kesimpulan yang tak masuk akal menurutnya.
"Ngga-ngga, masa gue suka sama si angkuh?, ngga itu ngga mungkin!", gumamnya berusaha mengelak.
Ia menghempaskan tububnya dengan memeluk gulingnya erat.
"Gue yakin semua ini ngga nyata!", tandasnya.
Tanpa sadar dalam waktu yang sama namun hanya tempat yang berbeda mereka melakukan hal yang sama. Baik itu Audrey, Ian maupun Gino menanyakan hal yang serupa.