Gino mulai memasuki area lapangan dengan membawa bola basket di tangannya, sembari menunggu kedatangan Ian ia memilih memantulkan bola dan memasukannya ke dalam ring.
Hingga pendengarannya menangkap suara langkah yang mulai mendekat dan membuat sebuah senyuman terbentuk di wajah angkuhnya.
Dan suara dingin itu mulai terdengar, "ayo main".
Gino mulai membalikan tubuh dan tersenyum miring pada lawan battlenya.
"Lo siap?", tanya Gino menantang.
"Ngga usah buang waktu", jawab Ian datar.
Gino mengangguk dan mulai menggiring bola tersebut hingga ke tengah lapangan, suasana sekolah begitu sepi bahkan semilir angin mulai tertiup kencang.
"Ayo kita main kawan", ucap Gino.
Ian mulai bersiap untuk melawan si penindas, mungkin dengan cara ini ia dapat menyelamatkan Audrey. Mata tajam mereka saling bertemu, aura hitam mulai menyelimuti Ian, namun berbeda dengan Gino yang senang mendapat kesempatan bermain kembali dengan Ian.
"Sekian lama gue nunggu lo untuk ini Ian", lirih Gino dalam batin.
Gino mulai melemparkan bola orange itu ke atas, dengan gerakan cepat mereka segera merebut bola tersebut dan permainan dengan asas taruhanpun dimulai.
"Gue akan melakukan apapun demi Audrey, walau dengan taruhan nyawa sekalipun", ucap Gino dalam batin, Ian terus mendekap kata-kata tersebut di dalam fikiran demi menyakinkan dirinya untuk mengalahkan si penindas.
"Gue akan buat lo kalah yan", ucap Gino di sela permainan.
"Gue ngga akan pernah lakuin hal bodoh itu", jawab Ian.
Gino semakin bersemangat ketika Ian menanggapi permainan ini dengan serius.
Sementara itu dari pinggir lapangan Audrey tengah melihat dua sahabat yang saling berseteru, ia berharap agar tidak akan terjadi apapun di sana, mengingat emosi Ian yang tak pernah terkedali jka sudah berhadapan dengan Gino.
"Semoga tidak terjadi apapun", gumamnya yang terus diliputi rasa hawatir.
Permainan itu semakin sengit diantara mereka tidak ada satupun yang dapat memasukan, jika Ian mendekat ke arah ring, Gino langsung menghadang dan merebut dengan cepat begitupun sebaliknya jika Gino mendekat ingin memasukan bola, Ian yang bertubuh jangkung langsung mematahkan aksinya.
"Kalau begini caranya tenaga gue bakal terkuras", ucap Ian dalam batin.
"Sial kemampuan Ian lumayan hebat, kalau begini gue akan kalah", Gino mambatin.
Dari luar area lapangan datanglah duo makhluk aneh yang menyandang sebagai sahabat Gino, siapa lagi jika bukan Reval dan Kai. Mereka tengah berjalan beriringan menuju gerbang utama namun mata sipit Kai menangkap sesuatu di area lapangan.
"Val", ucap Kai yang masih setia memandang area lapangan basket.
"Hmm", jawab Reval sekenanya, karena ia tengah fokus pada benda pipih yang dibawanya.
"Val", kembali kai memanggil.
"Hmm, apaan si lo, manggil-manggil mulu?!", sewot Reval karena Kai yang mengganggu arah fokusnya.
