8

533 25 0
                                        

Cahaya mentari mulai menyinari bumi menghangatkan setiap hembusan hawa dingin yang menyelimuti, hari yang cerah terpadu dengan membirunya langit, sungguh penuh kebahagiaan yang tercipta di dalamnya.

Suara senandung kecil terus gadis itu lakukan, dengan langkahnya yang penuh pengharapan dan ekspetasi. Berbagai rentetan cerita akan segera tertoreh di dalam lembaran baru, langkahnya terhenti ketika ia telah berada di depan gerbang hitam menjulang tinggi yang terbuka lebar, seolah mempersilahkan siapapun untuk masuk.

"SMAN TIMUR", gumamnya kala melihat tulisan yang tertera di atas sana.

Senyumnya mengembang kala ia telah sampai di tempat tujuan.

"Baiklah, ayo masuk!", gumamnya dalam hati.

Saat telah melewati gerbang utama ia begitu kebingungan, banyak orang yang berlalu lalang namun tak satupun dari mereka yang membantu dan akhirnya ia meberanikan diri untuk bertanya pada sekumpulan anak masa kini yang kebetulan lewat di hadapannya.

"Tunggu, aku mau-", ucapannya terpotong ketika seseorang yang akan dimintai tolong menepis tangannya kasar.

"Apaan si lo pegang-pegang?!", jawab orang tersebut dengan mata yang melirik sinis.

Rasanya ia ingin meledak sekarang juga, namun ia teringat sesuatu di dalam kepalanya yang mau tak mau ia harus bisa menahan dan mengalah.

"Maaf", ucapnya melemah.

"Dasar cupu!", tandas orang tersebut dan meninggalkannya pergi.

Ia hanya bisa melirik tajam dan menghembuskan nafas berat.

"Kalau bukan karena janji, gue pites tu orang!", gumamnya penuh amarah.

Saat berbalik tiba-tiba ia menabrak seseorang yang ukurannya jauh lebih tinggi darinya.

"Aduh!, eh maaf saya ngga tau", ucapnya spontan.

Orang tersebut hanya mengangguk dan tersenyum sedangkan dirinya hanya bisa membalas dengan senyum kikuk dan menunduk.

"Bego!, ngapain juga gue nabrak orang", runtuknya.

"Kamu anak baru ya?", tanya orang itu.

Ia hanya bisa mengangguk dan memperlihatkan senyuman.

"Pantesan, aku baru liat kamu disini, oiya kenalin, saya Ian dari XI MIPA 1, kalau kamu?", tanyanya ramah

"Aku Audrey", jawabnya seraya menerima uluran tangan Ian.

"Gue kira sekolah ini isinya orang sok semua eh ternyata ada juga yang bikin adem", batinnya.

"Oooh....., Audrey, cantik", ucap Ian.

"Apa?", tanya Audrey spontan.

"Iya cantik, namanya, yaudah aku anter ya?", ucap Ian mencairkan suasana.

Dan Audreypun mengangguk antusias.

"Lo lucu Drey", gumam Ian dalam batin.

Audrey  (Completed) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang