Disclaimer: Myungsoo and Suzy belongs to their family. If I become part of their family, i definitely will match them.
Happy readin' and sorry for typos.
***
Gadis itu sedang tengkurap sudah sejak beberapa jam yang lalu. Kepalanya ditutupi oleh bantal yang kini keadaan bantal tersebut sudah basah sepenuhnya. Suzy menangis.
Dengan kedua mata yang kini sudah sembab, Suzy mengusap pipinya. Punggungnya berguncang kembali saat mengingat kejadian memalukan tadi siang. Bukan karena Suzy manja hingga menangis seperti ini padahal hanya di tegur oleh si pemateri. Hanya saja, ini adalah kali pertama bagi Suzy mendapatkan hal seperti itu. Tadi saat jam kuliah selesai, Suzy langsung membereskan tas nya dan berlari keluar menuju parkiran. Tidak di hiraukannya Myungsoo yang memanggilnya. Yang dia butuhkan adalah kamar tempatnya bisa mengunci diri.
Bibi Cha, yang sedang mengobrol dengan security yang bertugas menjaga pintu gerbangnya bahkan terkejut ketika melihat Nona besarnya berlari masuk--tanpa menyapanya seperti biasa--dengan mata memerah. Dengan panik, Bibi Cha mencoba mengetuk pintu kamar sang majikan dan menanyakan keadaannya. Namun, jawaban singkat dari Nona Suzy -nya lah yang akhirnya membuatnya bungkam. Dan, ketika sore hampir beranjak pergi dan Suzy masih belum keluar dari dalam kamarnya Bibi Cha kembali khawatir.
Bibi Cha berjalan mondar-mandir dengan tangan teremas-remas didepan perut. Tidak mungkin mengganggu Han Sora karena pekerjaan sang majikan sudah cukup berat dan Bibi Cha paham juga kalau Suzy pasti tidak ingin Han Sora mengkhawatiri nya. Bibi Cha terperanjat saat bunyi telepon rumah berdering, kakinya berjalan tergopoh-gopoh menuju pojok ruangan, lalu mengangkatnya.
"Kediaman Han Sora disini." Sapa nya.
"Ini aku, Ellen."
Bibi Cha tidak bisa mendesah senang saat mendengar Nona lainnya menelepon, "Nona Ellen! Apa kabarmu?"
"Aku baik," Jawab Ellen singkat. "Dimana Suzy?" Tanya Ellen kembali.
Bibi Cha mendesah, "Nona Suzy tidak kunjung keluar kamar sejak siang tadi, Nona. Bibi rasa ada sesuatu yang terjadi di kampus..." Ucapnya menerawang. Dia ingat jika pagi tadi semuanya baik-baik saja.
Ellen menggerutu di ujung sana, "Kenapa dia menangis saat kesalahan terjadi karena kecerobohannya sendiri."
"Maksud nona?"
"Tidak." Ellen berucap singkat. "Bibi, bisakah kau berikan telepon ini pada Suzy? Aku menghubungi ponselnya tetapi tidak ada jawaban."
Bibi Cha mengangguk, "Bisa, tentu saja nona. Tunggu sebentar..." Ucapnya.
Kemudian kakinya bergerak menaiki tangga hingga sampai di depan pintu kamar yang tertutup rapat itu dan mengetuknya.
"Nona Suzy, ada telepon dari nona Ellen." Bibi Cha bersuara pelan. Telinganya sudah tidak mendengar isakan tangis lagi seperti pertama kali ia berdiri disini, diam-diam wanita paruh baya itu bernafas lega.
Tidak ada jawaban dari dalam. Kemudian tangan tua nya kembali mengetuk pintu itu tiga kali, "Nona Suzy?"
Hening.
Bibi Cha mendesah, otaknya mulai berfikir jika mungkin saja saudara kembar Ellen itu kelelahan setelah menangis dan akhirnya terjatuh tidur. Tangannya baru saja akan menaruh gagang telepon ke telinganya, diurungkannya ketika mendengar suara serak dari dalam kamar,
"Aku sedang berantakan dan tidak bisa keluar, bisakah bibi menyambungkan panggilan itu ke kamarku?"
"Tentu Nona..." Ucapnya lega. Lalu menekan tombol pada gagang telepon itu sebelum kakinya melanglah turun ke lantai bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Blooming #1
Fanfic×series pertama dari novel "One day in summer"× [PRIVATE PUBLISH] Suzy dan Ellen merupakan kembar identik yang terpaksa berpisah ketika kedua orang tua mereka bercerai. Namun, hubungan keduanya masih terjalin erat hingga sekarang walaupun jarak dan...