Nisya berusaha mengatur pernafasannya daritadi, pasalnya saat ini Arfan membawanya ke rumah laki-laki itu dan mengajaknya masuk ke kamar yang dia yakini adalah milik Axel, ditambah Arfan yang bersamanya membuat pikirannya kacau karena teringat Axel, apalagi Nisya tau betul baju dan parfum yang laki-laki itu gunakan hari ini adalah milik Axel.
Arfan mengajak Nisya duduk dibawah yang dialasi karpet lambang sepak bola kesayangan Axel.
"Aku mirip Axel banget ya? Sampe kamu tegang banget liatnya" ucap Arfan terkekeh
"Kenapa Kak Arfan pake baju sama parfumnya Kak Axel?" tanya Nisya pelan
Arfan tersenyum simpul, "Lagi kangen sama dia soalnya"
Nisya menahan nafasnya, masih sesak sekali rasanya ketika ada seseorang yang mengingatkannya pada sosok Axel.
"Aku denger kamu mau nikah"
Ucapan Arfan sukses membuat Nisya membeku ditempatnya. Bagaimana mungkin laki-laki itu tau dia ingin menikah sedangkan laki-laki itu baru saja kemarin sampai di Jakarta.
"Aku pikir kamu bakal inget terus sama Axel"
"Buk—"
Arfan tersenyum makin membuat dada Nisya sesak karena dia merasa laki-laki itu Axel.
"Aku gak marah, aku justru seneng dengernya. Hidup kamu harus terus berjalan, kamu gak bisa terus-terusan meratapi kepergian dia. Aku kenal dia sangat baik, jadi aku juga yakin Axel gak akan suka pasti kalo kamu sia-siain hidup kamu cuma buat meratapi dia. Kamu harus bahagia dan cukup menyimpannya dalam hati dan memori kamu"
Dada Nisya makin sesak mendengarnya, air matanya sudah mendesak ingin keluar namun masih dia tahan karena tak mau terlihat cengeng.
"A–aku gak akan ngelupain Kak Axel" ucap Nisya bergetar
"Aku akan ikut keluarga aku pindah ke London. Papa sama Mama udah lama pindah kesana dan sebenernya aku udah kembali ke Indonesia dari sebulan lalu tapi aku sibuk ngurusin pindahan aku kesana"
"Kita semua terlalu sayang sama Axel sampai rasanya kalo kita berada disini terus itu makin sulit buat kita ngerelain kepergian Axel. Dia orang yang selalu punya kesan baik terhadap semua orang, apalagi sama keluarganya, Papa Mama sayang banget sama dia. Suasana rumah jadi terasa menyedihkan semenjak kepergian dia"
"Kak," ucap Nisya serak dengan air mata yang sudah mengalir
Arfan mengambil kotak yang tadi dia taruh di sampingnya dan menyodorkannya kepada Nisya.
"Di dalam kotak ini, isinya semua barang kesayangannya Axel. Ada baju, sepatu, jam tangan, jaket, bahkan parfum favoritnya yang sekarang aku pake. Jadi, kapanpun kamu kangen dia, kamu bisa peluk barang itu atau kamu bisa pake parfumnya, dia sepertinya waktu itu baru beli lagi parfumnya jadi isinya masih banyak hahaha"
"Aku titip barang dia sama kamu. Jaga barang itu dengan baik yaa Nis, aku percaya sama kamu. Aku dan keluargaku gak akan membawa apapun kenangan Axel karena itu akan membuat kita makin sulit buat lupain sosoknya. Jangan lupa buat selalu mengunjungi makamnya yaa Nis, gak usah terlalu sering gapapa, karena kita gak tau lagi harus minta tolong sama siapa. Aku gak tau bakal balik lagi kesini atau enggak, tapi aku ingin makam Axel tetap selalu terjaga dengan baik"
"Pasti Kak. Kak Arfan gak mintapun aku akan tetep mengunjungi makam Kak Axel" balas Nisya
Arfan tersenyum, "Makasih Nis,"
"Berhubung ini terakhir aku ketemu kamu, makanya aku pake baju dan parfum Axel hari ini. Jadi, hari ini kamu boleh anggap aku sebagai Axel, Axellino Ariadica Wijaya"