5. Pingsan

4.6K 114 3
                                    

"Enakan jarang ketemu biar kalau ketemu deg degan gitu.."

___________________________________

Ray tengah duduk di kantin seorang diri. Dengan jus mangga ditangan kanan, dan ponselnya disebelah kiri. Ray mengetik sesuatu...

LINE

Rynnrndrm : suruh babu gue ke kantin!

Alexan_ : Siap bosque

Read.

Setelah itu Ray menaruh ponsel nya di atas meja. Selang beberapa menit, Ica datang menghampiri Ray.

Ica duduk tepat di depan Ray berhadap-hadapan. Sambil menunduk, karena takut akan kejadian di parkiran sekolah tadi.

"Siapa yg suruh lo duduk di situ?"

Tanya Ray yang terkesan cuek dan datar. Ica langsung berdiri di samping Ray, Ica masih menunduk, ia tak punya cukup keberanian untuk menatap Ray.

"Ngapain lo berdiri di samping gue?"

Ica bingung, kalau ia tidak boleh duduk, dan tidak boleh berdiri, lalu Ica harus apa? Ngambang?

Ica menggeser tubuhnya agar lebih jauh dari Ray sambil meremas kotak makan yang ia bawa dari tadi.

"Sini bekalnya!"

Ray mengambil bekal yang dibawa Ica dengan kasar. Ica mengumpat dalam hatinya.

"Astagfirullah terkejoet gue" sambil mengelus-elus dadanya.

Ray menyendok satu suap nasi. Namun ketika mulutnya terbuka, ia menutup mulut nya lagi.

"Lo gak ngeracunin gue kan?"

Ica membulatkan matanya mendengar perkataan Ray.

"Astagfirullah ya ngga lah, gue emang benci sama lo, tapi gue gak sejahat itu kali." Sepertinya Ica salah bicara.

"Ops..." Ica refleks menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"ma.. maksud gu.. gue ngga kok" timpal Ica.

Ray mulai menyendok suapan pertama nya. Ica masih menunduk namun sesekali ia melirik Ray. Ray mulai memasukkan sesendok suapan pertamanya ke dalam mulutnya.....

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

BLWEEEKKK!!!

Ray memuntahkan nasi yang berada dimulutnya ke samping. Ray cepat-cepat meminum jus mangga nya hingga habis.

"Lo mau bunuh gue?!" Tanya Ray dengan kesal.

"Nggak ko, kenapa nasi goreng nya gak enak ya? Atau keasinan? Ooh gue tau pasti bawang goreng nya terlalu garing ya? Ya nama nya juga bawang goreng pasti garing, kecuali direbus baru empuk" ceplos Ica sambil terkekeh.

"Asli nih cewek bego banget" Ucap Ray dalam hati.

"Coba lo makan sampah ini!!" Sambil mendekatkan nasi goreng yang di bawa Ica tadi.

Ica yang mendengarkan perkataan Ray sangat sakit hatinya. Kalau ia tidak suka kenapa ia harus menyuruhnya membuatkan bekal? Atau kalau pun ia mau dibuatkan bekal, apa pantas menghina masakannya? Sungguh Ica saat ini sedang menahan air matanya agar tidak jatuh.

Dengan rasa kecewa Ica mulai menyendokan nasi goreng itu ke dalam mulutnya. Ica rasa tidak ada yang aneh dari masakannya, hanya saja memang agak sedikit pedas. Tapi bukankah itu bukan masalah yang besar?

"Gak ada yang salah dari masakan gue, tapi kenapa lo muntahin masakan gue dengan percuma? Lo sengaja mau bikin gue malu? Huh?!"

"Gue.Gak.Suka.Pedes. Ngerti?!" Ray mengucapkan kata-katanya dengan penuh penekanan dengan alis yang terangkat satu.

"Mana gue tau kalau lo gak suka pedes!" Elak Ica.

"Cek line!!!" Perintah Ray dengan sangat sangat kesal.

Ica seketika mematung di tempatnya, lulutnya bergemetar, tenggorokan nya kering, panas dalam, bibi pecah-pecah, sariawan. Oke ini berlebihan.

"Gu.. gue... gak bawa hp" Ica menunduk. Pandangannya lurus menatap sepatunya.

"Ckk.." Ray berdecih. "Gue gak mau tau, lo harus buatin gue nasi goreng yang baru, SEKARANG!" Bentak Ray.

"Ta.. tapi.. ini kan sekolah, masa iya gue harus pulang ke rumah?" Protes Ica. "Lagian jam masuk kelas sebentar lagi, gak cukup waktunya" sambung Ica.

"Gak peduli, gue tunggu di kelas!" Ray meninggalkan Ica yang menatapnya dengan tatapan tajam.

~•~

Jam telah menunjukan angka 06:40.
Ica telah selesai memasak nasi goreng yang baru buat Ray, tentunya rasanya tidak pedas. Dan ya Ica terlambat dengan waktu sepuluh menit. Ica tadi mengantarkan nasi gorengnya terlebih dahulu ke kalas Ray. Sehingga ketika Ica sampai di kelasnya Ica terlambat. Alhasil Ica dihukum seperti saat ini. Di bawah terik matahari, dan hormat menghadap tiang bendera.

Tangan nya mulai terasa pegal. Mati-matian ia mempertahankan posisinya saat ini. Sesekali ia menjadi pusat perhatian siswa siswi yang sedang menjalankan aktivitas jam olahraga di lapangan. Namun Ica tidak peduli. Intinya ia harus menyelesaikan hukuman nya dengan cepat.

"Eh lo babu nya Ray kan ya?" Tanya seorang cowok yang saat ini sedang berdiri disamping Ica. Ica melirik sekilas lalu meluruskan pandangannya lagi ke depan.

"Cantik juga" ujar cowok itu lagi.

"Kenalin gue Alexander, lo bisa panggil gue Alex" ujar Alex sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Ica.

"Alica" jawab Ica.

"Oh oke kalau lo gamau salaman sama gue, mungkin gue bau kali ya? Ya maklum lah abis olahraga. Tapi kalau Ray mah bau gak bau juga tetep aja gantengnya gak ilang. Kadang gue suka minder gitu kalau maen sama dia" Curhat Alex sambil melihat Ray yang sedang mengdrible bola basket.

Ica langsung mengikuti arah pandang Alex. Dan saat itu juga tatapan mereka bertemu. Ica langsung mengfokuskan hukuman yang dijalaninya kini. Alex berlari kecil menghampiri Ray.

Sungguh Ica tidak kuat lagi dengan panas matahari yang di atas kepalanya. Ica lelah. Lalu pandangan nya buram. Mendadak kepala nya sangat pening. Dan gelap.

~•~

22 januari 2018

My Girlfriend (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang