Terik matahari membakar siang di kota Jogja . Seorang gadis duduk di salah satu bangku pos bekas pangkalan ojek, yang berada dibawah pohon trembesi. Sudah berjam-jam gadis itu terus membisu. Duduk manis tanpa ada niatan untuk bergeser atau beranjak dari tempat duduknya tersebut.
Kepala tertunduk, muka ditekuk dan sesekali meneguk air mineral yang dia genggam sedari tadi. Diminumnya sedikit demi sedikit hingga tetes terakhir, persis seperti kebiasaannya setiap kali minum susu.
Gadis itu tak menghiraukan kendaraan dan orang-orang yang berlalu lalang. Dia menutup mata entah berapa lama, yang jelas sangat lama karena matahari sudah berubah warna menjadi malu-malu jingga.
Bruaakkk
Terdengar suara tabrakan tidak jauh dari tempatnya duduk, hanya berjarak kurang lebih 10 meter. Beberapa orang yang tadinya sibuk dengan kegiatan masing-masing pun, dalam hitungan detik langsung terjangkit virus kepo. Mereka berbondong-bondong mendekati TKP kecelakaan.
Dua buah sepeda motor entah bagaimana ceritanya sudah terkapar diaspal. Dua orang pengendara sepeda motor tersebut masing-masing terkulai di atas mulusnya jalan aspal selebar 4 meter .
Tabrakan yang terjadi antara seorang bapak bapak yang berkendara dengan membonceng beberapa kayu kecil berukuran pajang sekitar 2 meter, dengan seorang ibu yang membawa buah-buahan. Buah-buahan tersebut kini sudah bertaburan di jalan bagaikan bunga yang ditabur di kamar pengantin.
Si ibu yang melihat bawaannya tercecer di jalan pun langsung naik pitam karena merasa sangat dirugikan. Apalagi si ibu terjatuh dari motornya lantaran tersenggol oleh kayu bawaan si bapak .
Adu mulut tak terelakan, mulut si ibu doang lebih jelasnya.
"Heh pak, dari tadi saya perhatiin dan saya rasa-rasain bapak tuh ngikutin saya terus ya, saya tau kalo saya cantik meski usia saya sudah tidak lagi muda, tapi apa bapak gak liat orang segede saya?, malah diserempet pake kayu gini. Kalo mau kenalan bilang dong!, gak kayak gini caranya. Gak sopan banget. Liat tuh anak-anak saya pada jatuh semua. Saya gak mau tau pokoknya bapak harus tanggung jawab ya, sekalian bapak harus perbaiki si Ijonk, yang lemas tak berdaya gara gara ulah bapak". Omel si Ibu sambil melihat pada sepeda motor dan buah segar bawaannya yang berhamburan di jalan.
Si bapak yang masih setia pada posisinya terbaring diaspal pun perlahan mencoba untuk berdiri namun sulit, kakinya terasa sangat sakit. Namun sakitnya jadi sedikit teralihkan karena mendengar ocehan si ibu bagaikan penyiar radio yang biasa didengar nya setiap hari .
Dengan alis berkerut si bapak celingak-celinguk mengamati sekitarnya. Ada beberapa orang yang melihat dan mencoba membantu meminggirkan kendaraan mereka agar tidak menghalangi jalan pengendara lain.
"anak-anak bu?, anak-anak yang mana?, kan ibu ini berkendaranya sendirian?" Tanya si bapak yang bingung di tengah rasa sakit pada tubuhnya.
Si ibu mendengus. "si bapak ya, dikasih tau malah ngeyel . Itu bapak gak liat, anak saya si apel, si jeruk, si manggis sama si pisang terluka tak berdaya ditengah jalan, berceceran dan terbuang sia-sia hingga tidak layak dikonsumsi. Semua ini gara-gara bapak. Nasib anak-anak saya jadi berakhir tragis. Segala takdir ini semuanya gara-gara bapak yang manggil-manggil saya sejak di belokan perempatan tadi ."
Si bapak pun ikut menghela nafas panjang. "Bu, saya manggil-manggil itu lantaran buah yang ibu bawa terjatuh satu-persatu, pas ibu lagi jalan. saya niatnya mau ngasih tau ibu, gak taunya pas ibu nyalakan sen kiri tapi malah mau belok kanan, jadilah si ibu tersenggol kayu bawaan saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
A and B (End)
RomanceIni cerita tentang romansa Ani dan Budi, dua anak manusia yang bertemu dengan peramal tua yang mengikat jodoh mereka. Mereka terjebak untuk mengikuti pahit getirnya takdir mempermainkan nasib mereka. Hingga akhirnya mereka menyerah dan pasrah, pada...