11. MENYELAM MINUM AIR

530 48 5
                                    

Vote dulu atuh neng!!😍😘😚😍

======================================

Kesokan harinya...

"Trimakasih pak, kembalinya ambil saja" Ucap Budi sambil menyerahkan selembaran uang lima puluh ribu kepada supir taksi yang baru saja mengantarnya.

"Tidak salah mas? Ini lebih dari dua kali lipat ongkos taksi mas" Basa-basi si supir taksi yang tak pernah sekali pun mendapatkan tips sebanyak yang Budi berikan.

"Tidak apa-apa pak. Ambil aja!. Hari ini suasana hati saya sedang baik" Budi menagking ransel kerjanya dan meraih amplop coklat berisi draf artikel yang akan dia terbikan. Budi keluar dari dalam taksi, dan taksi itu pun malaju beberapa saat setelah budi keluar.

"Di-!" teriak Ani yang baru saja menutup pintu kliniknya.

"Owh... Hai." Gagu Budi ketika melihat Ani sudah siap tepat untuk pulang kerja. "Kamu sudah mau pulang kerja?" tanya Budi pura-pura terkejut melihat Ani yang sudah mengakhiri jam prakteknya.

Ani menunjuk plang di depan kliniknya. "Jam praktek ku sudah berakhir lima belas menit lalu" Ani memamerkan jam di ponselnya yang menunjukkan jam 16:16 pada Budi.

Budi berjalan lebih dekat menghampiri Ani. Menyerahkan amplop coklat yang tadi dia bawa. "Kamu lihat dulu draf artikel yang mungkin akan terbit tiga hari lag. Mungkin ada yang harus aku tambah atau aku kurangi"

Ani menerima amplop coklat dari Budi. "Kau jauh-jauh mampir ke klinik ku hanya untuk ini?" tanya Ani sambil tersenyum memamerkan amplop coklat dari Budi.

"Hanya kau bilang?" Budi menghela nafas seolah frustasi. "Aku jungkir balik semalaman memikirkan kata-kata yang tepat sebagai pengakuan kesalahan ku karena talah salah menulis berita tentang sahabat mu itu. Artikel itu aku tulis dengan pengorbanan egoku An-".

"Kau bisa mengemailkan draf ini pada ku, tak perlu repot-repot mengantarnya ke sini"   Ani memasukan amplop coklat tersebut dalam tas kerjanya sembari mencari kunci mobilnya. "Baiklah nanti malam akan aku beri tau hasil kerja ku sebagai editor draf artikel mu. Bye!" Ani melambaikan tangan pada Budi, kemudian masuk kedalam mobilnya yang terparkir didepan klinik.

'Hanya ini saja?. Aku jauh-jauh dari kantor ku kesini'. Suara batin Budi protes. Budi langsung bergegas mengetuk kaca jendela mobil Ani.

Tuk... Tuk... Tuk...

Ani yang belum sempat menyalakan mesin mobil langsung menurunkan kaca mobilnya. "Apa?"

"Aku menghabiskan lima puluh ribu rupiah untuk ongkos taksi dari kantorku sampai ke sini" lapor Budi.

"Trus?, Kau ingin aku mengganti ongkos taksi mu?" tanya Ani hampir tak percaya jika Budi mengetuk kaca mobilnya hanya untuk mempermasalahkan soal uang.

Tanpa menunggu persetujuan dari Ani, Budi langsung masuk ke dalam mobil Ani. "Setidaknya kau harus berbaik hati memberikan aku tumpangan sampai halte Trans Jogja. Di akhir bulan seperti ini seorang wartawan seperti ku harus banyak menghemat uang". Kilah Budi sambil memasang setbeltnya, tanpa memperdulikan Ani yang melogo melihatnya.

"Hah?" gagu Ani karena merasa canggung  Budi duduk tepat di sampingnya. Tak pernah terbayang oleh Ani, Budi akan menumpang di mobilnya.

"Ayo jalan!" perintah Budi tanpa tau malu memerintah Ani.

"Halte Trans Jogja yang arah mana?" Ani masih berusaha mengontrol kerja jantungnya yang kembali berdetak tidak normal.

"Ah makan siang ku tadi terlalu sedikit" Budi memegang perutnya. "Bagaimana sebelum mengantar ku, kamu traktir aku makan?" Usul Budi dengan ide semakin cemerlang.

A and B (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang