CHAPTER 2

527 88 35
                                    

Karena menahan rindu, bukanlah keahlianku.


-Taehyung

Sepulang dari rumah sakit, Bae Shinyeon tidak langsung pulang ke kontrakannya. Ia sempatkan untuk melewati perumahan mewah yang dulunya tempat ia tinggal bersama orang tuanya.

Ia menatap nanar ke salah satu rumah megah itu, di depan gerbangnya terdapat spanduk bertuliskan 'DISITA'. Satu tetes air mata kembali terjatuh di pelupuk mata Shinyeon, ia buru-buru menghapusnya.

"Kenangan. Ya, rumah ini menyimpan banyak kenangan masa lalu yang indah. Dimana orang tuaku masih lengkap, dimana semua kebutuhanku serba terpenuhi, hidup bergelimang harta. Huh! Aku merindukan semuanya."

"Tapi tenanglah Bae Shinyeon, setelah kau sukses nanti rumah beribu kenangan ini akan kau beli dan menjadi milikmu kembali. Bahkan mulut orang-orang yang pernah memakimu akan kau beli juga, hahaha." ucapnya yang berusaha menguatkan dirinya sendiri.

Shinyeon berbicara pada dirinya sendiri, setidaknya ia mencoba menghibur suasana hatinya sedang redup.

Hari berganti malam, ia tak mempunyai niat untuk pulang ke rumah. Kejadian tadi sore masih berputar jelas di otaknya bak kaset rusak. Taehyung yang rela mengorbankan dirinya untuk Shinyeon yang sering menolaknya mentah-mentah, Taehyung yang bersikap sabar walaupun hatinya sudah dipatahkan, Taehyung yang merengkuhnya di saat Shinyeon terpuruk. Tapi apa yang ia balas? Bisanya hanya menyakiti perasaan Taehyung dengan perkataan menusuknya.

"Tae, tak sepantasnya kau mencintai wanita aneh sepertiku." lirih Shinyeon.

Shinyeon menatap kembali ke rumah lamanya, kemudian ia berlari ke halte bus depan perumahannya. Sejak kejadian dua tahun yang lalu menimpanya, kehidupan Shinyeon berubah drastis. Dulu ia yang suka menghamburkan uang untuk berbelanja barang-barang yang sebenarnya tidak ia butuhkan, sekarang ia harus terbiasa hidup irit. Karena untuk mendapatkan uang tidaklah mudah, ia harus bekerja keras.

Saat ia sedang duduk di halte, sebuah mobil menghampirinya dan mengklakson.

"Bae Shinyeon, apakah itu kau?" tanya seseorang itu setengah berteriak, lalu keluar dari mobil dan berlari kecil.

"Park Jimin? Kau teman Taehyung, 'kan?"

Jimin tersenyum membuat kedua matanya menyipit sempurna. Lalu ia mengangguk.

"Ya aku teman kekasihmu itu,"

"Aish! Kau ini bicara apa, aku belum menjadi kekasihnya!"

Jimin tertawa pelan, "Kau bilang belum? Ooo belum ya? Berarti nanti kata belum itu menjadi sudah. Haha."

"M-maksudku aku bukan kekasihnya, a-aku tadi salah bicara." sahut Shinyeon terbata, ia berusaha menyangkal perkataannya.

Jimin hanya terkekeh. Lalu ia menyisir rambutnya dengan tangannya.

"Kau disini sedang apa?" Pertanyaan Jimin membuat Shinyeon menoleh. Ia mengerjap matanya, pantas saja sahabatnya itu tergila-gila dengan Jimin, pesonanya tidak diragukan lagi.

"Hanya menunggu bus." sahutnya singkat.

"Ini sudah malam, tidak baik wanita naik bus di malah hari seperti ini. Banyak lelaki hidung belang yang akan menggodamu. Jika kau bersedia aku akan mengantarmu pulang dengan selamat. Karena Taehyung akan mencekik ku jika hal buruk terjadi padamu." Jelasnya dengan wajah serius.

Ada benarnya juga perkataan Jimin, ini akan berbahaya baginya. Shinyeon pun mengangguk, lalu mengikuti Jimin yang sudah masuk ke dalam mobilnya.

Di dalam perjalanan, Taehyung menyuruh Jimin untuk bervideo call dengannya. Taehyung ingin memastikan wanita itu baik-baik saja.

Give Me Love -K.Taehyung (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang