CHAPTER 11

325 63 27
                                    

JANGAN JADI SIDERS TOLONGLAH CHINGUDEUL YANG IMUDHH IMUDHH LUCU GEMESIN :"((((

-
-
-

Matahari terbit dan memancarkan sinarnya, sepertinya cuaca hari ini cerah. Yeah, semoga saja secerah suasana hati Shinyeon. Sebenarnya, semalam ia dengan susah payah memasuki alam mimpi. Entah mengapa pikirannya selalu tertuju ke Hoseok. Shinyeon hanya takut pada dua hal; Suatu saat Taehyung pasti akan tahu rahasianya, bahwa mantan kekasihnya yang dahulu meninggalkan sejuta luka itu adalah Hoseok. Aish. Ia tidak membayangkan jika Taehyung mengetahuinya, ia takut hubungan Tae dengan Hoseok akan renggang nantinya----juga hubungannya dengan Tae.

Hal yang ia takuti kedua adalah; ia takut jika tidak bisa sepenuhnya memberi hatinya kepada Taehyung.

Shinyeon duduk di meja rias, ia melihat wajahnya di cermin. Wajahnya cerah, tidak ada lingkaran hitam seperti dahulu. Semenjak kenal Tae, matanya tidak pernah sembab. Ya, Shinyeon jarang sekali menangis, tidak seperti dahulu; Setiap jam pasti wajahnya sendu, bangun tidur selalu sembab, hidupnya hampa. Syukurlah itu dahulu, sekarang ia punya kekasih yang selalu menghiburnya---Kim Taehyung.

Shinyeon tertawa kecil mengingat tingkah bodoh Taehyung saat bersamanya, ia sadar Tae melakukan itu semua untuk membuatnya tertawa.

Shinyeon berdoa, semoga saja Taehyung tidak seperti dia. Ya, dia. Dia yang meninggalkan tanpa sebab yang jelas.

Shinyeon mengeringkan rambutnya yang masih basah, ia melihat Rena yang juga baru mandi itu berjalan menghampirinya.

"Hey, pagi Kim Shinyeon." sapa Rena seraya duduk di sebelah Shinyeon.

Shinyeon menoleh dan menatap datar sahabatnya itu, "Aish. Ya, pagi nyonya Park." Balasnya.

"Ya terima kasih."

"Untuk apa?"

"Kau sudah menyebutku nyonya Park,"

Shinyeon menatap jengah sahabatnya itu, "Ya ya." Ia hanya menyahutinya dengan nada malas.

"Lalu kapan kau akan jadian?" Tanya Shinyeon.

Rena tersenyum cerah, "Jimin akan melamarku." Setelah menjawab itu, kedua pipi Rena merona.

Shinyeon membulatkan matanya, "Tidak terlalu cepat?"

"Ya tadinya sih aku berpikir seperti itu, namun orang tua Jimin ternyata sahabat orang tuaku. Sepertinya takdir berpihak pada kita."

Shinyeon memeluk sahabatnya, "Penantian dalam diammu selama bertahun-tahun ternyata terbalas juga."

"Ini semua berkat kau dan Tae." Ucapnya. "Berkat kau dengannya aku bisa mengenal Jimin, karena kelakuan bodoh Tae, karena kau sahabat dekatku, karena kalian aishhh intinya aku berhutang budi padamu." Lanjut Rena tersenyum tulus.

Shinyeon ikut tersenyum. Lalu ia mengajak Rena untuk keluar kamar. Karena ia rasa, semua orang sudah bangun. Seperti suara Seokjin yang memperdebatkan sesuatu sampai suaranya menggema di penjuru ruangan.

"Rena, berkat Jimin juga aku sadar bahwa Tae berarti. Tae sudah merubah hidupku menjadi lebih berwarna. Kau tahu kan dahulu aku seperti apa." Ucap Shinyeon. Ia jika sudah mencurahkan isi hatinya pada Rena, pasti kecerewetannya bertambah.

"Ya aku tahu. Tae pria humoris, kau pasti akan awet muda karena dibuat tertawa terus."

"Hahaha, sepertinya bukan awet muda, melainkan gila." Kekehnya.

"Tergila-gila karena punya pacar tampan kali." Tae nongol di tengah-tengah mereka.

"Ish." Desis Shinyeon tak suka.

"Shin Rena kau dicari Jimin. Katanya sih minta morning kiss." Taehyung menyengir, Rena? Astaga, wajahnya merah padam. Ia langsung pergi dari hadapan Tae dan Shinyeon.

"Yak! Tata! Bisakah kau tak menjahili orang barang sedetik saja, hm?" Shinyeon bersedekap.

"Aku tidak menjahilinya, hanya mengerjainya."

"Apa bedanya ish. Terserah kau sajalah."

"Oh ya, apa kau tidak ingin memberiku morning kiss juga?" Taehyung menepuk pipinya.

"Tidak."

"Ayolah,"

"Tidak."

"Shi---"

CUP

Taehyung menyengir lebar lalu ia mencubit hidung mancung kekasihnya.

"Terima kasih, ah perutku sudah lapar. Sepertinya Jin hyung masak makanan spesial hari ini."

"Kok Jin-ssi?" Shinyeon menaikkan satu alisnya, bingung.

Taehyung terkekeh, "Dia pintar memasak, panggillah dia Oppa, kan dia sendiri yang menyuruhmu untuk memanggilnya seperti itu. Huh, walaupun aku sedikit cemburu." Lesunya di akhir kalimat.

Entah keberanian darimana, Shinyeon memegang tangan Taehyung, lalu ia menggenggamnya.

"Oppa sudah punya istri, astaga kau ini." gemasnya.

Taehyung tersenyum, ia menggenggam tangan Shinyeon dengan erat.

"Kau milikku." Taehyung menatap dalam manik mata Shinyeon.

"Kau juga milikku." Sahut Shinyeon seraya tersenyum manis.

***************

Sepuluh menit yang lalu, Hoseok baru saja turun dari tangga. Langkahnya terhenti saat melihat pemandangan tidak mengenakan di hadapannya kini. Kedua tangan itu saling menggenggam, mata mereka saling menatap satu sama lain.

Sepertinya kata-kata 'awali pagimu dengan senyuman' itu tidak berlaku lagi bagi Hoseok yang ceria. Dadanya kembali sesak, rasa sesal yang membuncah. Ribuan kali ia mengutuk dirinya karena sudah menyianyiakan gadis sebaik Shinyeon.

Rasa sakitnya bertambah saat mereka saling mengucapkan memiliki.

Di satu sisi, Hoseok ingin memiliki kembali Shinyeon.

Di sisi lain ia juga tak ingin melukai perasaan Taehyung yang sudah ia anggap seperti adik.

Urusan hati atau mempertahankan persahabatan?

Arghhh! Pilihan yang sulit.

Hoseok berjalan melewati mereka.

Taehyung menyapa Hoseok dengan cengiran khasnya.

"Hyung, selamat pagi." Sapa Taehyung.

Hoseok tersenyum lebar, "Pagi, Tae."

"Hyung, kau belum sempat berkenalan dengan kekasihku." Entah mengapa, hatinya seperti ditusuk ribuan panah setelah mendengar kata terakhir dari Tae.

Hoseok mengulurkan tangannya, "Aku Hoseok, senang bertemu denganmu."

Basi. Kesal Shinyeon dalam hati.

Dengan terpaksa Shinyeon menerima uluran itu. Hey, ketahuilah tangan Hoseok bergetar.

"Shinyeon." Jawabnya singkat, ia berusaha melepaskan uluran tangannya dari tangan Hoseok tetapi di tahan.

Hoseok menatap dalam mata Shinyeon, aishh ia sangat merindukan moment ini.

Tiba-tiba suara Taehyung menyadarkan Hoseok yang larut dalam kerinduannya. "Yuk kita ke meja makan. Masakan Jin hyung pasti sudah siap!" Ajaknya.

Shinyeon bernapas lega karena Tae menariknya pergi dari hadapan Hoseok. Ia lagi-lagi harus bersyukur karena Tae tidak curiga dengan gerak-gerik Hoseok. Hmm... sepertinya kekasihnya itu tidak peka dengan lingkungan di sekitarnya.

Sedangkan Hoseok menghela napasnya pelan, mungkin belum saatnya ia menjelaskan segalanya. Hoseok berjalan mengikuti Tae dan Shinyeon, ia hanya bisa menatap punggung kedua sepasang kekasih itu.

Dahulu, aku yang selalu berada di sampingmu Shinyeon. Pikirnya, iri.

----------------------------

Kisah percintaan orang dewasa ternyata rumit yeh :v #jomblo_diem_aje *plaakk


Don't forget to vomment, chingudeul :)))))

Give Me Love -K.Taehyung (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang