Luda yg sedang asik masukan adonan rotinya kedalam oven terlonjak kaget waktu ada sepasang lengan yg udah bertengger manis dipinggul kecilnya. Dan saat kepalanya ditengokan tentu saja wajah yg tak asing masuk ke indra penglihatannya.
"dad, ngagetin aja" gerutu Luda tapi tak mencoba melepaskan rengkuhan itu. "kok tumben pulang Sore?"
"ya kamu aja yg terlalu konsen sampe suaminya pulang nggak sadar. Lagian di kantor lagi nggak ada kerjaan" balas Changkyun tepat ditelinga Luda.
"udah ah, lepasin. Malu ntar kalo diliatin Samuel" ronta Luda sambil menggerakkan tubuhnya risih.
"emang dia lagi kemana?" tanya Changkyun yg sekarang udah ngelepasin pelukannya tapi masih setia mengekori Luda yg lagi asik ngabilin bahan buat krim kuenya.
"nggak tau, tadi pamit keluar gitu doang. Tau nggak dad, itu anak lagi sering banget maen terus pulangnya sore"
"ya nggak apa-apakan, dari pada dia dikamar mulu" jawab Changkyun yg sebenarnya sudah punya feeling kemana perginya sang anak tunggal itu.
"ya nggak apa-apa sih, tapikan dia bentar lagi mau ujian. Mending suruh dia ikutan bimbel aja deh Dad" Luda berbalik dan sempat ingin menjerit saat tubuh sang suami ternyata tepat ada dihadapannya. Dipukulnya sang suami lembut yg justru berbuah cengiran manis khas Changkyun.
"ya ntar aku ngomong sama muel" balas Changkyun sambil mulai melangkah menjauh dari area dapur setelah sekilah mencium kening istrinya yg tubuhnya jauh lebih mungil.
Sayangnya sebelum tubuh Changkyun menghilang dari pandangan Luda, satu kalimat yg tak diharapkan perempuan itu terlantut dengan nuansa kebahagiaan yg kental terasa dari mulut Changkyun.
"mom, aku tadi nggak sengaja ketemu Changxiao dimall"
Luda langsung membisu.
Tentu saja Luda tau siapa Changxiao yg dimaksud Changkyun, satu-satunya Chengxiao yg dikenal pria itu, satu-satunya Changxiao yg sempat singgah dihati Changkyun selama empat tahun, satu-satunya mantan sekaligus cinta pertama suaminya. Dan mengingat perempuan itu secara tidak langsung membawa kepanikan dalam diri Luda.
Dan api kepanikan itu serasa semakin disiram minyak tanah saat Changkyun dengan semangatnya menceritakan bagaimana dia bisa bertemu dengan wanita itu, bagaimana mereka menyempatkan diri untuk mengobrol dan minum kopi bersama di salah satu kafe di mall tempat Changkyun bekerja, dan dengan santainya diakhir kalimat Changkyun menambahkan bahwa mantan kekasihnya itu sempat memaksa membelikannya hadiah ulang tahun yg sudah terlewat beberapa hari yg lalu, sebuah dasi kantor berwarna biru tua bergaris silver.
Jangan pikir Luda akan bisa menampilkan rasa tidak suka, cemburu dan kekalutannya. Yang ada perempuan dengan satu anak itu tetap setia disebelah Changkyun dan mendengarkan semua celotehan sang suami dengan memasang senyum palsu diwajah mungilnya. Sesekali juga Luda berusaha menimpali celotehan Changkyun dengan kata 'benarkah?' atau 'lalu?' yg justru membuat Changkyun semakin bersemangat menjelaskan tanpa menyadari sesuatu dalam hati Luda meronta untuk meminta suaminya itu berhenti membahas mantan kekasihnya.
Kalau Luda ini Eunseo pasti sedari lima belas menit lalu dia sudah membekap wajah sang suami dengan bantal sofa. Kalau Luda ini Bona pasti dia sudah membalas kata-kata suaminya dengan sederet nama mantannya yg tak kalah tampan. Kalau Luda ini Seola dia pasti sudah memasang wajah badmood yg langsung membuat sang suami diam seribu bahasa. Sayangnya Luda bukan orang seperti teman-temannya itu. Sayangnya dan bodohnya Luda lebih memilih mendengar cerita sang suami yg kelewat antusias, padahal Luda tau betul Changkyun sebenarnya bukan orang yg hobi berbicara banyak.
Untung saja tak butuh waktu lama suara pintu terbuka merenggut perhatian mereka dan Samuel yg baru pulang dengan basah kuyup menjadi pemandangan baru.
Luda menarik nafas lega bahkan sampai acara makan malam berakhirpun Changkyun tak lagi membahas soal Changxiao itu.
Bukan Luda membenci wanita itu. Hanya saja, bukankah wajar ketikan seorang istri merasa cemburu saat sang suami menceritakan mantan pacarnya? Terlebih Luda masih teramat ingat bagaimana dulu Changkyun menjadi budak cinta Chengxiao. Dan bayangan tentang masa empat tahun hubungan suaminya dan Chengxiao serasa jauh lebih unggul kalau dibandingkan hubungan pernikahan Luda yg sudah belasan tahun, Yah begitulah kira-kira ketidak rasionalan pikiran seorang istri yg sedang cemburu.
"mom, tadi Xiao ke mall gara-gara nungguin anaknya pulang sekolah"
Astaga, bahkan ketika mereka berdua sudah berada diatas tempat pribadi milik merekapun Changkyun masih membahas wanita lain. Jujur saja Luda sudah jengan tapi...
"terus?" dia masih menanggapi kata-kata Changkyun.
"Xiao dah cerai mom dari suaminya tiga tahun lalu, terus anaknya tinggal sama suaminya. Jadi Xiao kalo mau ketemu anaknya ya dimall atau taman gitu"
Sebagaimanapun jengahnya Luda dengan cerita sang suami sedari sore tadi, tetap saja perempuan itu merasa simpatik atas cerita memperhatinkan itu.
"cerainya kenapa?"
"Xiao ngegap suaminya lagi jalan sama mantannya"
Hening.
Luda tak menimpali.
Changkyun tak menambahkan.
Yang terdengar hanya suara nafas mereka berdua dan dentingan jarum jam. Serta posisi mereka berdua yg tiba-tiba sudah saling berhadapan.
"mom, maaf" suara berat Changkyun akhirnya berkumandang lagi. Sementara Luda lebih memilih mejawab kata-kata itu lewat senyum hangat.
"kok mom nggak marah? Atau paling nggak ya ngeintrupsi omongan Dad dari tadi?"
"maunya juga gitu, mau marah mau nunjukin kalo mom cemburu, tapi nggak tau kenapa nggak bisa"
"kenapa?"
"mom mikir kalo masalah kaya gini aja nggak perlu nyulut emosi apalagi adu omongan. Malah mom tiba-tiba seneng aja waktu sadar dad nyeritain pertemuan sama Xiao, itu artinya dad nggak pengen nyembunyiin rahasia apa-apa dari mom" balas Luda sambil mengelus pipi pria yg tengah berbaring dan menghadap dirinya.
"haduh, kenapa beruntung banget sih aku dapet istri penyabar kaya kamu" balas Changkyun sambil menuntun kepala sang istri tenggelam dalam dekapannya sambi sedikit terkekeh dengan kata-kata sok romantis sang suami.
"mom"
"hmm"
"bikin temen buat calon anak Jooheon mau?" tawar Changkyun dengan sebuah smirk yg tentu tidak bisa dilihat Luda diwajahnya.
Keesokan paginya semua berjalan normal. Setelah bangun Luda langsung bergegas mandi dan menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Baru setelah itu menyiapkan pakaian kantor sang suami yg tengah mandi. Entah kenapa pagi ini pilihan Luda jatuh pada dasi pemberian dari Xiao kemarin untuk dipadu padankan dengan kemeja putih sang suami. Mungkin memang otak Luda yg seperti mendapat feeling atau semacamnya, karena beberapa menit kemudian layar telfon genggam sang suami yg ada disebelah meja nakas menunjukan sebuah pesan yg saat itu juga langsung mengganggu pikiran Luda dan kembali membawa perasaan tidak suka.
Xiao : Kkung, bisa minta tolong?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mondrama
Fanfictionini hanya kisah kehidupan tujuh bapak muda yang bersahabat, lengkap dengan keluarga kecilnya yakni pasangan hidup yang pastinya cantik dimata mereka masing-masing serta kurcaci-kurcaci kecil yang semakin lama tingkahnya mampu membuat kening berkerut...