Ep. 18 - Radar Ayah 🍒

612 92 32
                                    

Hari libur dan Kihyun sudah berjibaku dengan air, selang, sabun dan kanebo. Seorang Kihyun sejak setengah jam yg lalu sudah disibukan dengan acara sabtu paginya mencuci mobil kesayangan sambil bersenandung riang.

Beberapa tetangga yg lewat tentu tak lupa disapanya, bahkan beberapa sempat mampir untuk sedikit berbincang, padahal kebanyakan yg lewat ibu-ibu habis belanja. Nggak perlu kaget memang kalau melihat Kihyun bisa seakrab itu dengan tetangganya, dibanding Chungha yg sibuk dikantor Kihyun memang lebih sering ada dirumah. Pekerjaannya sebagai seorang fotografer memang tak terlalu mengikatnya, dia punya waktu yg fleksibel dirumah.

Saat tengah asik mengelap bagian depan mobilnya, pemandangan yg masuk di bingkai penglihatan Kihyun adalah si anak sulung yg tengah merenggangkan tubuh lengkap dengan mulut menguap lebar dengan rambut berantakan khas bangun tidur.

"anak gadis nggak bagus mbak bangun siang-siang" gerutu Kihyun.

"baru juga setengah 9 yah. Siangnya hari libur tuh jam 1" balas Yoojung sambil menggaruk pipinya.

"mau ngapain hari ini? Kerumah Doyeon?" tanya Kihyun sambil mengekori pergerakan Yoojung yg sudah duduk bersila diatas kursi kayu diteras.

Yoojung menggeleng.

"mau maen yah"

"sama siapa? Doyeon?" tanya Kihyun lagi, entah kenapa hari ini matanya tak bisa lepas dari sang anak sulung yg lagi-lagi membalas pertanyaannya dengan gelengan dan sebuah tatapan keraguan disana. "lhah terus mau sama siapa?"

"sama temen.....tapi....cowo"

"hahh? Siapa?" kaget Kihyun sambil merubah posisinya yg tadi sibuk mengelap velg ban belakang kini langsung berdiri tegap menatap Yoojung dalam sambil memeras kanebo basahnya dengan brutal.

Dan saat itulah Yoojung mendadak kesulitan menelan salivanya. Tampilan yg muncul dipenglihatannya sukses membuatnya bergindik ngeri. Ekspresi Kihyun sulit diartikan, gabungan antara kesal dan sedikit tak rela. Ekspresi Kihyun yg seperti ini hanya muncul saat ibunya Chungha menceritakan tentang Om Daniel rekan kerjanya dikantor, atau saat Yoojung meminta uang tambahan untuk membeli album BTS boygroup favoritnya, dan terakhir kali ekspresi itu dilihat Yoojung saat Daehwi tak sengaja merusak mesin pemanggang roti kesayangan Kihyun. Dan hari ini Yoojung sudah membangunkan eksprsi itu lagi.

"Jihoon yah, yg dulu pernah diceritain Daehwi" lirih Yoojung takut-takut melihat perubahan ekspresi sang ayah.

Hening sesaat.

Saat itulah bayang-bayang Wonho seklibatan lewat diotak Kihyun. Sekarang Kihyun paham kenapa sahabatnya itu mati-matian melarang anak gadisnya berdekatan dengan manusia yg sespesies dengannya, laki-laki. Ada rasa berat dan tak rela didalam hatinya. Bayang-bayang akan kehilangan dan akan dinomor duakan oleh sang anak mendadak menyeruak, sedikit hiperbola memang tapi kenyataannya memang itulah yg Kihyun rasakan sekarang. Kihyun takut posisinya sebagai sosok pria yg bisa diandalkan sang anak gadis digantikan dengan laki-laki lain.

Dalam bayangannya itu juga Kihyun merutuki sikap Minhyuk yg bisa begitu santai melepaskan anak gadisnya untuk dibawa berkencan laki-laki lain, bahkan bukan hanya satu laki-laki yg Minhyuk kenal sebagai teman dekat Doyeon. Demi apapun Kihyun sedang merutuki kewarasan sahabatnya itu. Namun disisi lain Kihyun juga iri karena tidak punya keikhlasan dan pikiran sepositif milik Minhyuk.

"yah" panggil Yoojung lirih menghantarkan Kihyun keluar dari lamunannya. "jadi gimana, boleh nggak?" tanya Yoojung ragu-ragu.

"boleh" balas Kihyun tanpa ekspresi, karena dia benar-benar merasa menyesal setelah mengucapkan satu kata itu saat melihat binar kebahagiaan di manik mata anak gadisnya. "mau jam berapa?"

MondramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang