Ep. 13 - Benih 🎶

654 98 37
                                    

Heboh. Itu satu kata yg bisa menggambarkan kondisi sore itu. Saat matahari masih diambang pintu untuk menggelindingkan dirinya, tiba-tiba pintu rumah keluarga Rajendra terketuk. Dan saat terbuka tampilan yg ada tidak bisa untuk tidak membuat kepanikan, apalagi sang ibu rumah tangga.

"Xy, kenapa?" tanya Bona panik sambil menghamburkan diri mendekap wanita dihadapannya yg tampil tak baik-baik saja. Mata Exy merah, wajahnya sendu dan bibirnya terus mengeluarkan isakan.

Dengan perlahan Bona menggiring wanita itu untuk masuk dan duduk di ruang tamunya.

"kakak" panggil Bona pada sang anak sulung yg sedang asik dikamarnya.

"kenapa mah?" tanya Dani berlari menuruni tangga. Dan saat kedua matanya menangkap salah seorang tantenya tengah menangis tersedu, tentu saja ada kepanikan yg tertular padanya.

"bikinin teh anget buat tante Exy ya kak" perintah Bona dan dengan sigap langsung dipatuhi sang anak.

Butuh waktu lama untuk Exy meredakan tangisnya. Bahkan ketika tangis itu sudah mereda Exy belum mau membuka mulut. Dan itu sukses membuat Bona semakin panik sampai-sampai mengundang semua temannya untuk datang kerumah.

"Xy, cerita dong. Jangan dipendem sendiri" bujuk Seola sambil menepuk lembut punggung Exy.

"kenapa sih? Ada masalah sama Jooheon?" tanya Jennie dan sukses membuat Exy kembali merunduk.

"Xy, suami istri berantem tuh wajar. Tapi semua selalu ada jalan keluarnya kok" kini Chungha yg berjongkok didepannya menggenggam tangan Exy menguatkan.

"A-ak-ku ha-mi-il" lirih Exy sambil terbata.

Dan enam wanita diruangan itu tidak bisa untuk menutupi keterkejutannya.

"terus kenapa kamu sedih? Baguslah kalo Woochan punya adek" ucap Eunseo selembut mungkin.

"nggak bisa gitu. Nggak bisa!" entah kenapa emosi Exy meledak dan air mata keluar lagi.

"tenang, coba tenang dulu Xy. Gimana? Kamu nggak mau punya anak lagi?" tanpa ragu tebakan Luda langsung diberi anggukan mantap oleh Exy.

"loh, kenapa? Kan bagus kalo Woochan punya temen. Dia nggak kesepian" kini Bona coba meluruskan pikiran Exy.

"nggak bisa! Aku bulan Juni nanti harus ke Jerman buat acara kampus, gimana ceritanya coba kalo aku hamil gede? Mana bisa?"

Semua terdiam. Semua tau Exy dan sifat keras kepalanya. Semua tau Exy dan tingkat keambisiusannya yg diatas rata-rata. Dan mereka jelas tau maksud dari ketidakinginan Exy untuk memiliki anak lagi.

"Jooheon dah tau?" tanya Bona lirih dan Exy mengangguk.

"kita tadi berantem gara-gara itu. Aku mau gugurin anak ini tapi dia nolak"

"Xy! Jangan digugurinlah. Kamu kan tau anak tuh titipan Tuhan. Bisa-bisanya kamu mau gugurin" entah kenapa Seola jadi sedikit emosi saat sahabatnya itu mengatakan omong kosong seperti itu.

"Seola bener Xy. Anak ini anugrah. Lagi pula kamu sama Jooheon bukan anak remaja yg punya anak diluar nikah, kalian udah nikah, sah. Nggak ada alasan buat kalian ngegugurin anak ini" Jennie ikut menambahi.

"nggak bisa! Kalian nggak tau, tahun ini aku punya kerjaan banyak banget. Kalo aku hamil mau jadi apa kerjaan aku nanti?"

"gila Xy, kamu gila kalo mau ngegugurin anak yg nggak berdosa itu cuma gara-gara kerjaan. Kerjaan bisa dicari, tapi anak? Banyak orang diluar sana yg pengen punya anak, kamu yg dititipin sama Tuhan masa mau disia-siain?" Eunseo ikutan jengkel.

"ini semua salah Jooheon! Salah Jooheon!!!" pekik Exy sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

"gimana bisa kamu nyalahin Jooheon? Inikan kejadian atas kemauan kalian. Kalian yg ngelakuin dengan sadar" Luda ikut bersuara.

MondramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang