Ep. 22 - Maaf 🌜

597 91 55
                                    

Langkah kaki Jinyoung masih bergerak mondar-mandir di depan tempat tidurnya. Sesekali juga dia mengeluarkan erangan-erangan frustasi lengkap dengan tangan kanannya yg tidak di gips mengacak-acak rambut hitam miliknya. Sudah dua hari terakhir kegiatan mondar mandir ini menjadi rutinitas Jinyoung dikamar, alasannya karena sejak dua hari yg lalu dia sudah membulatkan tekat untuk menjelaskan semua duduk perkara yg seakan sengaja diabaikan orang tuanya. Sayangnya sampai sekarang Jinyoung masih kesulitan merangkai kata-kata yg tepat untuk memulai pembicaraan.

Terlalu asik bergelut dengan pikirannya sendiri membuat Jinyoung tak sadar sejak tadi Dani mengetuk pintu kamarnya, berujung dengan kekurang ajarnya membuka pintu tanpa aba-aba sampai membuat Jinyoung terkejut.

"kakak! Kalo masuk ketok dulu, Jinyoung kaget" gerutu Jinyoung sambil memegangi dada kanannya.

"ehh kakak udah ngetuk ya dari tadi, kamu aja budek. Ayo turun, makan" perintah Dani dengan wajah yg akhir-akhir ini terlihat galaknya.

Memilih untuk segera menurut Jinyoung akhirnya mengekori Dani turun dan menuju meja makan, Papa sudah duduk disana sambil mendengar celotehan mama yg sibuk menata makanan diatas meja. Sayup-sayup Jinyoung jelas mendengar kalau mamanya sedang bercerita soal salah satu customernya yg komplain karena mama lupa mengirim barang, tapi bisa ditebak papanya tentu cuma memasang wajah datar dan memilih mendengarkan.

Sepanjang makan malam itu juga mama dan Dani masih sesekali berdebat soal rencana study Dani, bagaimanapun mama masih berusaha untuk membujuk Dani kuliah saja, tapi disisi lain Dani juga sedang berusaha mempertahankan keinginannya, sayangnya keempat penghuni rumah itu sudah terkenal dengan sifat keras kepalanya, jadi jangan harap perdebatan kecil itu akan membuahkan seorang pemenang.

Disisi lain perdebatan antara sang mama dan kakaknya itu membuat Jinyoung semakin ragu untuk menyampaikan sesuatu yg sudah lama dipendamnya, membuat Jinyoung dengan tak berselera hanya mengaduk-aduk makanan diatas piring sambil hanyut dengan pikirannya sendiri, namun sayang hal itu tenryata tak lepas dari penglihatan Hyungwon.

"Young, buruan dimakan" ucap Hyungwon lirih namun tegas.

"hah, iya pah" balas Jinyoung sambil ragu menatap mata Hyungwon.

"ada yg mau kamu omongin sama papa?" tanya Hyungwon to the point menyadari arti tatapan yg sengaja dilemparkan Jinyoung kearahnya.

"iya, mama sama kak Dani juga"

Tepat setelah kalimat itu akhirnya lolos dari bibir Jinyoung, suasana di meja makan mendadak sunyi. Ke empat kepala di meja makan itu sedang sibuk dengan isi kepala mereka masing-masing, sedikit menebak-nebak sambil mencoba menyusun satu lembar tanggapan yg mungkin diperlukan nanti.

Keheningan itu nyatanya masih setia menjadi latar suara ke empat orang yg sudah sekitar lima belas menit yg lalu menyudahi acara makan malamnya dan duduk di ruang keluarga. Jinyoung yg harusnya membuka pembicaraan terlebih dahulu justru sedang menundukkan kepalanya dalam. Sementara Bona si ibu rumah tangga saat ini sedang mati-matian menahan hasrat untuk tidak buka suara lebih dahulu, walau sedari tadi bibirnya sudah gatal ingin menebak-nebak topik pembicaraan apa yg ingin anak bungsunya sampaikan.

"papa, mama sama kak Dani, Jinyoung mau minta maaf" satu kalimat itu terlantun lirih dari bibir Jinyoung, namun masih jelas terdengar di telinga ketiga orang yg disebutkannya tadi.

Tak usah ditanya, tentu ketiga orang itu jelas tau apa penyebab kata maaf itu terlantun hanya saja sampai sekarang mereka tidak punya amunisi untuk membalas satu permintaan maaf yg terdengar tulus dari bibir Jinyoung itu. Mereka sendiri masih mencoba menyesuaikan diri dengan topik pembicaraan yg coba disampaikan Jinyoung.

"Jinyoung minta maaf buat mama sama Kakak, bukan maksud Jinyoung buat ngerahasiain semuanya dari kalian, tapi waktu itu Jinyoung belum punya keberanian buat cerita. Jinyoung takut kalo bakal banyak yg berubah, Jinyoung takut mama sama kakak jadi suka ngeledekin Jinyoung sama yg belum pasti, gimanapun waktu itu Jinyoung sendiri belum yakin bakal bisa pacaran sama Eunbin" dengan ragu Jinyoung mulai mengangkat kepalanya, dan pandangan pertama yg Jinyoung jatuhkan adalah mimik muka Bona yg menjadi sendu, dengan jelas juga Jinyoung bisa melihat tangan sang mama tengah meremas ujung bantal sofa yg dipangkunya.

MondramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang