9. Canggung

987 62 16
                                    

Pagi ini terlihat begitu cerah, matahari memperlihatkan sinarnya seolah sedang bahagia.

Rizki membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Menarik nafasnya dalam-dalam. Merasakan sejuknya udara pagi ini.

Matahari mulai semakin tinggi. Sepuluh menit Rizki berada di depan jendela dengan lamunannya. Seketika ia teringat kalau hari ini ia akan kembali menjalankan rutinitasnya.

Menjemput Anti dan berangkat sekolah bersamanya.

Setelah Rizki bersiap, ia menyambar kunci motornya di atas meja belajarnya.

"Mah, Rizki berangkat ya Assalamualaikum," ujar Rizki sembari mencium punggung tangan kanan ibunya.

"Nggak sarapan dulu Ki?" tanya Mila— Mama Rizki. Rizki memang jarang sekali sarapan di rumah. Ia lebih sering sarapan di rumah Anti ataupun di kantin bersama teman-temannya.

"Nggak deh, aku sarapan di sekolah aja, bareng temen-temen," ujar Rizki sembari berjalan keluar rumah.

"Hati-hati bawa motornya. Jangan ngebut-ngebut!" teriak mamahnya karena Rizki yang sudah sedikit menjauh dari rumahnya.

***

Anti sudah bersiap menunggu Rizki di depan rumahnya. Yap, hampir setiap hari Anti selalu berangkat dengan Rizki.

Anti memikirkan apa yang akan ia rasakan hari ini di sekolah.

Mendengar ocehan Lia yang panjang kali lebar? Atau melihat Lia yang sangat lahap jika sedang makan? Oh astaga.

Tin... Tin...

Suara keras klakson motor Rizki membuyarkan Anti dari lamunannya.

"Pagi-pagi udah ngelamun. Mikirin apa sih?" tegur Rizki.

Anti yang masih kaget dengan suara keras klakson motor Rizki, langsung memaki Rizki. Yang dimaki pun hanya terkekeh pelan.

Inilah yang disukai Rizki, menggoda Anti dan membuat Anti baper.

"Yuk naik," ajak Rizki.

Dengan segera, Anti menaiki motor Rizki, Rizki pun menjalankannya dengan kecepatan yang standar.

Sepanjang perjalan mereka hanya diselimuti keheningan, tidak ada canda tawa seperti biasanya.

Mungkin karena Anti yang marah terhadap Rizki. Atau mungkin memang lebih baik diam dan fokus melihat jalanan.

Rizki yang sedikit tidak suka jika Anti diam segera membuka suara.

"Masih marah?" tanya Rizki sesekali menengok ke belakang.

"Hmm."

"Maaf, udah ya?"

"Hmm."

Lagi-lagi Anti hanya menjawab dengan gumaman.

"Nanti, pulang sekolah, kita ke kedai es krim. Gimana?" Bujuk Rizki.

"Bener?" tanya Anti memastikan.

"Iya," jawab Rizki sembari mengangguk-anggukan kepalanya.

"Janji?" tanya Anti.

SAHABAT KEKASIHKU [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang