10. Bantuan Datang

828 63 13
                                    

Entah ini adalah sebuah keajaiban atau musibah untuk Anti. Malam ini Anti sedang bergelut dengan soal-soal matematika. Memang sih hanya sepuluh soal, namun rasanya seperti banyak sekali.

Anti kembali fokus pada soal-soal di depannya, matanya menyipit kala membaca sederet soal itu. Melihat angka-angka berumus yang ia tidak mengerti.

Kepalanya hampir saja terasa mau pecah, baru dua soal yang ia kerjakan. Selebihnya hanya dipelototi saja.

Anti menyerah, ia tidak akan bisa mengerjakannya.

Ponselnya tiba-tiba saja berdering, Anti kaget bukan main. Pasalnya ia sedang fokus pada tugasnya.

Diraihnya ponsel itu dengan malas-malasan. Anti melihat siapa yang menelponnya.

"Ha-hallo?"

"Hai, lagi apa?"

"Um, kerjain tugas."

"Sorry, ganggu."

"Nggak pa-pa, ada apa nelpon?"

"Iseng," Saat itu seseorang di sebrang sana sedang mengulum senyumnya.

"Lo, ngerti tugas mtk ini?" tanya Anti, berharap orang itu paham.

"Ngerti."

Segera saja Anti menyalakan kamera, berniat untuk video call.

"Hai Angga!"

Di balik layar Angga mengernyitkan dahinya.

"Angga, bantuin plis! Anti ga ngerti," ujarnya manja.

Angga menahan senyumnya, lalu mengambil buku matematika yang ada di meja belajarnya.

Angga mulai menerangkan rumus-rumus matematika. Satu jam Anti dapat menyelesaikan semuanya.

"Angga, makasih!"

Angga tersenyum di sana. "Sama-sama, gue seneng bantu lo!"

"Eh itu siapa yang lagi tidur?" tanya Anti memperhatikan seseorang yang sedang terlelap di belakang Angga.

"Oh, itu Adi."

"Hah?"

"Iya, balik futsal dia ke sini. Katanya sempet basket juga, kecapekan doi."

"Kasian banget," Anti prihatin.

"Iya,"

Sempat hening beberapa menit, entah siapa yang akan mulai duluan.

"Gue, tidur ya. Ngantuk!" ujar Anti sembari menguap.

"Oke,  bye."

Sambungan telepon terputus, Anti segera membereskan buku-bukunya.

***

"Pagi!"

Anti menoleh lalu tersenyum, "pagi juga." Balas Anti menyapa.

"Bareng?"

Anti mengangguk setuju, mereka kini jalan beriringan. "Lo sendiri?" tanya Anti.

"Iya."

Mereka berdua telah sampai di depan kelas, berpapasan dengan Adi di sana.

"Lah, tumben lo dateng pagi?" tanya Fikri yang bersama Anti tadi.

"Lagi rajin," balas Adi.

Anti hanya terkekeh, "gue masuk duluan ya," pamit Anti.

"Ayo Fik, kantin!" Ajak Adi.

"Duluan, gue nyusul!"

Adi hanya memutar bola matanya malas, 'nyusul' yang dimaksud Fikri adalah malas.

Dengan santainya Adi berjalan menuju kantin yang pagi ini terlihat sepi, mungkin memang sebagian murid lebih memilih untuk sarapan di rumah.

Adi menempati meja di pojok kantin, ia mengeluarkan ponselnya lalu membuka aplikasi chating.

Adiputra.
Sini, njing kantin!
Send 06.15

Tentu Adi mengirim pasan itu untuk sahabatnya, namun tak ada balasan.

Ia sudah memesan makanannya terlebih dahulu, kemudian matanya fokus pada layar ponselnya. Entah apa  yang ia lakukan.

Anggavrnd
Gue, telat kayaknya.
Read 06.23

Bego.

Jelas umpatan itu untuk sahabatnya. Walaupun Angga tidak akan mendengarnya. Namun rasanya Adi ingin sekali memaki anak itu, diajak pergi bersama ke sekolah dia tidak mau, entah apa alasannya.

Adi segera menghabiskan makanannya, ia akan cepat pergi ke kelas sebelum bel masuk berbunyi.

***

Adi memanggil Yuda yang sedang asyik menggoda Lia.

"Yud! Sini!"

Yuda menghampirinya, "apaan sih?"

"Pinjem pulpen."

"Astaga! Minjem pulpen aja segala teriak-teriak manggil gue."

"Ish, bacot. Mana pulpen, cepet!" Adi geram.

"Nggak ada," dengan acuh Yuda menjawab, lalu berniat untuk pergi menuju depan kelas.

"Pelit najis!" Adi berdecak sebal, kenapa temannya yang satu itu sungguh pelit.

Yuda tak menghiraukan Adi yang sudah mencaci makinya. Ia berjalan santai ke meja Lia, untuk menggoda gadis itu lagi.

"Ck, diem kenapa sih!"

Yuda hanya terkekeh namun tetap melanjutkan aksinya.

"Yuda, gue gampar lo ya!"

Yuda berdecak, "baperan amat lo!"

"Sana lo ah!" usir Lia dengan sarkas.

"Gak, gue mau di sini aja sama lo." balas Yuda dengan senyuman selebar mungkin yang membuat Lia ingin muntah sekarang juga.

"Galak banget, sih neng Lia."

"Bodoamat!"

***

SAHABAT KEKASIHKU [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang