Sider = jahara😌
berisik....
jayden sangat tidak suka keadaan seperti ini, suara kendaraan dan obrolan orang-orang disini membuat dirinya pening. mengapa Ken dan Vivian senang ditempat seperti ini? jika bukan karena Vivian yang ketempat seperti ini jayden juga tidak mau. ditambah lagi tatapan genit yang ditujukan kepadanya.
jayden lebih menyukai suasana tenang tampa kegaduhan seperti ini, tapi tidak ada buruknya dia ikut kemari jika mengingat Vian yang memeluk pinggangnya diatas motor tadi. jayden tekekeh mengingat eratnya Vian memeluk pinggangnya.
"kau kenapa tertawa sendiri uncle?" jayden segera menghentikan pikirannya yang menerawang kejadian tadi dan menghentikan tawanya "tidak ada, tadi ada hal lucu saja" jayden menjawab dengan wajah datar.
Vian mencibir melihat jayden yang seakan tidak memiliki ekspresi lain selain wajah datar "uncle mengapa kau ingin ikut sih?! angin malam tidak bagus untuk badan mu dan kesehatanmu" Vian berujar kesal, bagaimana tidak karena jayden ikut malam ini rencananya jadi gagal. sedangkan jayden menatap tajam Vian, apa maksudnya dia menganggap dirinya sangat tua sampai angin malam tidak baik bagi tubuhnya.
"apa kau sangat keberatan aku ikut?"
"sangat" guman Vian pelan tapi masih bias didengar jayden.
"aku hanya tidak ingin kau kenapa napa ditengah keramaian ini sendiri"
"aku tidak sendirian uncle, ada Ken bersama ku"
"tapi Ken akan balapan, dan pasti kau sendiri setelah itu"
ingin rasanya Vian mengumpat didepan wajah Jayden sekarang juga, ada saja dia membalas perkatanya.
"apa peduli mu?!"
"tentu aku peduli, karena kau adalah ma--"
bruk....
tubuh Vivian hampir saja terjatuh kearah depan kerana tubuhnya ditubruk oleh Fenita "astaga Vian aku kira kau tidak akan datang malam ini" Vian menghembuskan nafas lega, untung reflexnya bagus jadi dia tidak jatuh dan mempermalukan dirinya dikeramaian.
"feny kau kebiasaan sekali hampir aku jatuh"
"hehehe....sorry, tapi jadi kan aku sudah tidak sabar melihatnya"
"sepertinya harus kita undur dulu"
"mengapa? Kau tau aku sudah memyiapkan segala macam warna canti untuk wanita rubah itu"
Vian meringis menatap Feny yang sebenarnya jika dilihat dari luarnya seperti gadis Nerd dan berhati mulia, tapi jika mengenalnya lebih dekat semua pasti akan tercengan dengan sikap Feny.
Gadis bar bar berakal licih serta pendendam, gadis berbahaya!
Vivian menunjuk Jayden dengan dagunya, mata feny berbinar-binar melihat jayden yang tampak tampan dimatanya "hei....siapa dia, kekasihmu?" bisik feny pada Vian, Vivian lantas melotot enak saja Jayden dianggap kekasinya.
"bukan"
"dia tampan sekali ya, siapa jika bukan kekasih mu?"
"uncle nya Ken"
feny tampak terkejut, bagaimana tidak sosok pria didepannya ini tampak masih muda dan sangat tidak cocok jadi uncle Ken lebih bagus jadi kakaknya Ken. "kau serius, dia tampak masih muda" Vian hanya mengangkat bahu acuh, dia sama sekali tidak peduli dengan Jayden yang terlihat tampan. menurutnya semua pria sama saja, hanya sikap yang dapat membedakan seseorang dan Jayden dia tidak tau bagaimana sikapnya.
"kenalkan aku"
"kau tinggal berkenalan sendiri apa susahnya" Vian memutar matanya jengah dengan tingkah fenita jika sudah melihat pria tampan, "ah....ayolah kenalkan aku" Vian mendesu kesal "uncle kenalkan ini teman ku dan Ken dia ingin berkenalan dengan mu" jayden mengulurkan tangannya dengan ekspresi datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Werewolf's Mate | pindah ke Dreame
Fantasía#1 in werewolf 09/06/18 fantasy seri 1 Romance fantasy Ini kisah klasik Vian gadis yang terjebak dengan kenangan masa lalunya, tidak mampu melangkah dari ketakutanya. Beranggapan sebuah perasaan Cinta itu hanya ke palsuan. "Cinta itu ibarat buket bu...