bagian 18

9.7K 547 4
                                    

Eli terdiam menatap Jayden, pandanganya lurus menghunus wajah tampan adiknya itu. Ruangan sunyi, membuat ketukan kaki Eli terdengar jelas.

"Kau tau, kau adalah orang yang paling tolol. Bagaiaman bisa kau berjanji seperti itu pada seorang gadis, apalagi dia unmate. Kau letakkan dimana otak mu saat mengatakan itu Jayden adam William!"

Jayden hanya diam mendengar kemarahan Eli, tidak berniat memperburuk keadaan.

"Batal kan janji mu itu Jay, kau tidak bisa melakukanya"

"Tidak bisa Eli, aku berjanji atas nyawa ku sendiri. Kau tidak perlu khawatir, aku yakin Baby akan maklum nantinya"

Eli mengehela nafas, adiknya ini dengan sifat keras kepalanya adalah hal yang mampu membuatnya ingin angkat tangan menyerah.

"Jay dengar aku, kau tidak paham hati wanita. Sekali kau melukai dan menghancurkan hati wanita, maka akan susah untuk mengembalikannya

"Jangan membuat Vian terluka dan kecewa, karena aku tidak yakin setelah kau membuatnya kecewa dia akan berbaik hati memaafkan mu"

"Dia akan memaafkan ku, aku yakin"

"Jangan terlalu yakin Jay, Vian tidak seperti yang diluaran sana"

Setelah mengatakan itu, Eli pergi meninggalkan Jayden. Ia ingin adiknya itu, memikirkan perkataanya. Eli ingin yang terbaik untuk adiknya, ia tidak ingin Jayden mengambil langkah yang akan menghancurkannya suatu hari nanti.

~ * ~

Ckelek....

"Baby"

Ketika masuk ke dalam kamar, Jayden disuguhkan pemandangan kamar yang kosong. Tidak ada Vian seperti biasanya.

"Baby?" Sekali lagi Jayden memanggil Vian, berharap Mate nya itu berada didalam kamar mandi. Tapi hasilnya nihil, Vian tidak ada.

Jantung Jayden berdegup kencang, ada perasaan takut menyusup dihatinya. Tidak, Vian tidak mungkin meninggalkanya. Ia tidak berbuat kesalahan apapun yang membuat Vian pergi.

Satu tepukan dibahunya membuatnya langsung berbalik. Betapa terlejutnya ia saat melihat Vian yang berdiri dihadapanya dengan sebuah gelas berisi air ditanganya.

"Baby"

Jayden langsung berhambur memeluk Vian dengan sangat erat, nafasnya menderu berat seperti habis maraton.

"Jay?"

"Aku pikir kau menghilang atau kabur, jangan tinggalkan aku Baby"

Vian mengelus punggung Jayden dengan sebelah tangnya, dan tangan yang satu masih memegang gelas.

"Kau ini kenapa berbicara seperti itu, aku tidak akan pergi jika kau tidak macam macam"

Vian mengurai pelukan Jayden sedikit, menyodorkan gelas air yang ia bawa. "Minumlah....kau pasti haus dan lelah, sebaiknya segera istirahat" ucap Vian.

Jayden tersenyum senang, Vian mulai memperhatikanya. Dengan segera ia mengambil gelas yang disodorkan Vian dan meminumnya sampai habis.

Werewolf's Mate | pindah ke DreameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang