bagian 11

11.9K 694 9
                                    

Revisi terbaru!

"Kenapa kalian berkumpul disini?"

Seluruh pandang mata kini tertuju pada sosok tampan diambang pintu masuk, seorang pria berkulit putih pucat tersenyum konyol dengan sorot mata bingung.

Jayden dan yang lainnya tampa sadar mendengus kesal, Billy datang tampa diundang dan menyela pembicaraan mereka.

"Ada apa dengan kalian?" Ucap Billy menghempaskan diri disalah satu single sopa yang kosong.

Tidak menghiraukan perkataan Billy, Jayden kembali menatap ayahnya dan Ken dengan sorot dingin.

"Sekali lagi aku tegaskan, aku tidak akan membiarkannya pergi dari ku. Aku tidak peduli dengan konsekuensi apa yang akan terjadi nantinya" ucap Jayden final.

"Kau terlalu keras kepala son, jangan buat Vian membenci mu nanti"

"Benar, kau tidak mengenal Vian uncle, kau tidak tau dia bagaimana. Dia akan tertekan dengan semua ini"

Jayden menghunuskan tatapan tajam pada Ken, bocah kecil yang coba menasehatinya.

"Dia tidak akan tertekan, dia pasti akan senang karena dicintai, dia akan bahagia, dan aku akan membuat dia mencintai ku dengan cara ku"

Ken menggeleng keras, ia tau Vian. Ia mengenal Vian sejak masih balita, tidak ada yang mengenal baik Vian selain dia.

Vian itu keras layaknya batu, membuatnya jatuh cinta pada Jayden dengan cara Jayden yang salah seperti ini sama saja dengan percuma.

Vian punya ketakutan.

Semua yang ada disana hanya bisa menghela nafas, Jayden yang keras tak mudah untuk diluluhkan.

"Kalian sebenarnya berbicara apa?" Gerut Billy yang sejak tadi hanya menyimak tampa tau apa yang dibahas.

"Tidak penting untuk mu, Billy. Oh....aku ingin kau mempersiapkan acara pengenalan Luna dengan segera"

Mata Billy terbelak sempurna mendengar ucapan Jayden? Luna? Sejak kapan?

"Luna? Kau menemukan mate mu? Serius? Kau memiliki Mate?" Cecar Billy memberondong Jayden dengan rentetan pertanyaan.

"Hem..."

Billy terdiam seketika, jari kekarnya bermain dipermukaan meja, mengetuk tak tentu, menandakan ia sedang berfikir keras.

Sorot matanya seakan mengatakan ada sesuatu didalam pikiranya, dan Eli menangkap hal itu.

"Hem, baiklah...akan aku siapkan. Baiklah aku pamit dulu"

Sebelum benar benar hilang dari pandangan, Eli menghentikan langkah Billy.

"Billy, ada yang ingin kau samapaikan?"

Billy terdiam diambang pintu, menatap Jayden dan semua yang ada disana sejenak sebelum menggeleng dan berlalu dari tempat itu.

🍩🍩🍩

Vian bersender pada pintu kamar, nafasnya menderu, keringat bercucuran dari keningnya.

"Arrgghh...sial, kenapa pintunya dikunci" makinya.

Vian terduduk dilantai, tangannya memerah, ia sangat lelah.

Jayden kemapar itu menguncinya didalam kamar tidak memberikanya keluar dari kamar terkutuk itu.

Tenggorokan Vian pun sudah terasa kering karena lelah berteriak meminta seseorang membuka pintu.

Ceklek...

Fuck! Kening Vian dengan sempurna tertempel di ubin keramik yang putih bersih itu.

"Sedang apa kau bersujud disana?"

Vian langsung bangun dari posisi memalukan itu, menatap garang Jayden yang baru saja masuk.

Tampa pikir panjang Vian langsung menyerang Jayden membabi buta, melayangkan kepalan tanganya ketubuh keras Jayden.

"Bajiangan, brengsek, bedebah, sialan, kurang ajar, tega sekali kau mengunci ku disini, arrrggh...dasar tua bangka sialan!"

Vian meluapkan emosinya, peduli setan dengan tangannya yang nanti akan memar, yang penting dia bisa memukul Jayden.

Hap....

Jayden menangkap kedua tangan Vian "Ck....kau ini, tangan mu bisa memar" peringat Jayden.

Nafas Vian semakin menseru, menyentak tangan Jayden yang memegang tanganya.

Mendorong Jayden bermaksud meloloskan diri keluar kamar itu, namun tubuh besar Jayden memblok jalan keluar Vian.

"Minggir!"

"Tidak, kau tidak akan keluar tampa diriku"

Grab....

"Kyyaaaa...."

Vian menjerit sejadi jadinya ketika tubuhnya melayang dan berakhir dipundak Jayden, di angkat kayaknya karung beras.

"Turunkan aku! Sialan!"

"Nanti, saat sampai diruang makan"

Vian terus memberontak dan melontarkan kata kata makian pada Jayden, tapi tidak dipedulikan oleh Jayden.

Ia mengibaratkan kalimat yang dilontarkan oleh Vian adalah melodi indah ditelinganya.

Jayden menurunkan Vian saat sudah samapi diruang makan.

"Ken!" Jerit Vian ketika melihat sahabat rasa kakaknya iti sedang asik makan.

Ken hampir tersedak makanan yang dimakannya mendengar jeritan Vian.

Vian ingin melangkah lebar menuju Ken, tapi sayang Jayden mencegahnya, melamparkan tatapan peringatan yang membuat Vian mendelik tidak suka.

"Duduk dengan tenang Vian, jangan buat aku menyesal membiarkan mu keluar dari kamar"

"Siapa kau melarang ku huh!"

"Baby turuti saja apa kata pria gila itu, kita sedang dimeja makan tidak baik ribut"

Vian menatap tajam Ken, bisa bisanya dia membela unclenya, dan apa ini? Tidakkah Ken panik dan mengamuk ketika sahabatnya diculik?!

Teman laknat!

"Alpha ada seseorang yang ingin bertemu" ucap salah seorang maid sambil membungkuk hormat.

"Vivi"

"Mommy!"

Tbc....

Komen dan vote guys....

Werewolf's Mate | pindah ke DreameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang