Sebelumnya...mau ucapin selamat buat timnas u-16 👏
Sandra menatap putri kecilnya yang sedang merajuk padanya.
Tadi ketika ia menerima telpon dari Olive perilah Vian yang tiba tiba menghilang membuatnya langsung mengambil penerbangan segera kembali ke New york.
Ia dan Olive panik tak terkira mencari keberadaan Vian, sampai ia rela mengesampingkan ego dirinya yang ikhlas membiarkan Ronald ikut membantu mencari Vian.
ia sangat bersyukur menerima panggilan dari Eli tadi yang mengatakan Vian berada ditempat yang aman bersamanya, bahkan tampa pikir panjang ia langsung pergi ketempat yang disebutkan Eli.
Tapi dirinya kembali dibuat kaget saat mendengar penjelasan tentang Eli mengapa Vian bisa ada disana bersamanya, anak gadis nya adalah Luna sebuah pack? Sangat sulit dipercaya.
Werewolf! Itu yang melintas dibenak Sandra saat menangkap kalimat Luna dan pack.
Ia tidak terkejut soal werewolf itu, karena pada kenyataanya ada garis werewolf pada silsilah keturunan keluarganya.
Ayahnya adalah seorang half werewolf biasa, tidak terikat pack ataupun ketentuan lain yang bersangkutan dengan hukum werewolf.
Namun yang membuatnya terkejut adalah nasib putrinya, Vian!
Ada rasa senang, sedih, dan takut dalam benak Sandra.
Ia memang jarang menghabiskan waktu dengan putrinya, tapi ia seorang ibu sudah pasti bisa merasakan apa yang terjadi pada putrinya.
Vian itu benci hubungan komitmen
Itu yang Sandra tau, dan pahami. Karena ia adalah penyumbang sebab Vian membenci segala bentuk hubungan yang berhubungan dengan komitmen.
"Vivi" ucap Sandra lembut, menggenggam erat tangan putrinya itu. Manik matanya menatap lembut putrinya yang sedang tertekuk itu.
"Kau paham sekarang kan?" Vian diam, tidak menatap manik mata Sandra.
"Dengar, mommy tidak memaksa. Jalani dulu, jika kau merasa tidak bisa, berhenti"
🐙🐙🐙
Vian menundukan wajahnya mendengar perkataan mommy nya, apa yang dikatakan mommy nya tidak salah, tapi kebohongan dan rahasia besar yang ditutupi mommy nya yang salah.
Garis keturunan werewolf? Cih...tidak disangka.
"Tapi mommy, aku tidak bisa" seru Vian kekeh.
"Bukan tidak bisa, tapi kau tidak mau berusaha" ucap Sandra gemas, putrinya ini paling malas disuruh berusaha.
"Aku masih 18 tahun mom, demi tuhan aku masih muda untuk hubungan seperti itu!"
Demi kerang ajaib, diusianya yang masih muda ia harus memikirkan namanya komitmen? Tidak kebebasannya lebih berharga dari pada hal konyol itu.
"Dengar, tidak semua pria sebrengsek daddy mu. Jangan menjadikan patokan semua pria seperti daddy mu"
Vian memajukan bibirnya kesal "tidak mom, pria itu berbahaya!" Ucap Vian keras kepala.
"Ck, jika pria berbahaya bagaimana dengan Ken, Charlie, grandpa Jonathan?"
"Itu berbeda mom, aku tidak menganggap mereka pria"
"Lalu kau anggap dia apa?"
"Ken adalah teman ku, uncle Charlie ya uncle ku, dan grand pa Jonathan adalah grand pa. Bukan pria"
Sandra menghela nafas kesal, Vian mungkin membenci daddy nya, tapi sifatnya sama persis seperti Daddy nya.
Keras kepala!
"Dengar, mommy tidak mau berdebat lagi, putuskan selama 2 minggu sebelum kau masuk kampus ini. Jika kau anggap dirimu tidak bisa, berhenti. Jika kau nyaman dalam mulai bisa menerima maka lanjutkan mommy tidak akan melarang"
🐙🐙🐙
Vian termenung dibalkon kamar nya, bukan lebih tepatnya dikamar milik Jayden.
Perkataan mommy nya sedikit benar, bukan berarti benar seluruhnya.
Demi apapun, Vian masih 18 tahun!
Hanya itu saja yang mengganjal dibenaknya, usia muda dan komitmen bukan perpaduan yang bagus bagi Vian.
"Jangan banyak melamun" sebuah suara berasal dari balik tubuhnya.
"Aku tidak melamun, hanya sedang berfikir"
"Apa yang bisa dipikirkan kepala kecil mu itu"
"Hei! Biarpun kecil tapi otak ku pintar Ken!"
Ken terkekeh ringan, ikut bergabung bersama Vian, menumpukan lenganya pada pembatas balkon.
"Bagaimana kau bisa masuk kemari?"
"Tentu saja bisa, pintu mu tidak terkunci"
"Bukan maksudku uncle Jay tidak mungkin membiarkan mu masuk"
Ken tertawa, memang benar jika uncle gilanya itu ada, jangankan masuk selangkah saja dari pintu Ken tidak bisa.
"Dia pergi karena ada urusan mendesak"
"Serius?! Bantu aku kabur cepat"
Mata Vian berbinar bahagia, ini kesempatanya kabur.
"Dan mengakibatkan ku kehilangan sebelah mataku? Tidak terima kasih, bisa dibantai aku"
Vian mendengus kesal, dasar teman tidak punya simpatik.
"Apa yang kau bicarakan dengan mommy mu?"
"Haa....ia memintaku mencoba menerima, aku tidak habis pikir dengan pemikiran mommy ku, semudah itu ia menerima semuanya" gerut Vian jengkel.
"Apa yang dikatakan oleh mommy mu benar, tidak ada salahnya"
"Kau tau aku kan Ken?!"
Ken menatap Vian tepat dimanik mata Vian "aku tau, sangat tau. Aku orang yang menghabiskan waktu lebih banyak dari yang lain dengan mu, tapi bukan berarti itu menjadi alas" ucap Ken serius.
Vian terdiam, bukan rahasia lagi jika hanya Ken yang mampu menggoyahkan Vian.
"Aku akan coba"
Ken tersenyum senang, setidaknya Vian bisa mulai menerima. Tinggal satu orang yang harus disadarkan.
"Tapi Ken, kau juga werewolf, siapa mate mu?"
Skakmat, Ken terdiam.
"Itu tidak penting saat ini, yang terpenting kau dan uncle jay"
Tbc...
Vote, vote, vote, vote
Komen, komen, komen, komen

KAMU SEDANG MEMBACA
Werewolf's Mate | pindah ke Dreame
Fantasy#1 in werewolf 09/06/18 fantasy seri 1 Romance fantasy Ini kisah klasik Vian gadis yang terjebak dengan kenangan masa lalunya, tidak mampu melangkah dari ketakutanya. Beranggapan sebuah perasaan Cinta itu hanya ke palsuan. "Cinta itu ibarat buket bu...