bagian 14

11.3K 658 4
                                    

Berbeda dari hari biasanya, kali ini Vian sudah rapi dipagi hari dengan kaos putih dan celana levis yang pas melekat dikakinya.

Berhari hari berdiam diri di pack tampa melakukan sesuatu yang berarti membuat Vian bisa gila, sangat membosankan.

“kau mau kemana rapi rapi seperti itu” tampa berbalik dan melihat siapa itu, Vian tau itu pasti Jayden. Siapa lagi yang berani memasuki kamar ini seenak jidatnya jika bukan pria tua posesiv itu.

“ke suatu tempat” jawab Vian singkat tampa mengalihkan pandanganya dari cermin yang memantulkan bayangan dirinya.

Sikap Vian yang tampak cuek dan acuh padanya ini membuat amarah Jayden tersulut, jika biasanya ia tidak mudah marah tapi jika berurusan dengan Vian ntah mengapa ia menjadi sosok pemarah.

“kau tidak akan pergi kemana pun” Vian langsung menatap Jayden dengan tatapan tidak suka, siapa dia melarangnya ingin kemanapun?!

“siapa kau mau melarang ku hah! Jangan berlaga seakan akan aku milik mu, ingat”

“tapi pada kenyataanya kau milik ku”

“cih..bermimpi, aku tidak akan menjadi milik sipapun, aku bukan barang, dan juga aku tidak suka pada orang yang mengekang kebebasan ku”

Tampa peduli Jayden yang menatapnya seperti akan menerkamnya saat ini juga, Vian menyambar tas ranselnya dan bergegas keluar dari kamar itu.

Tapi sayang, sebelum benar benar bisa menyentuh knop pintu tubuhnya lebih dulu ditarik oleh Jayden dan dihempaskan secara keras sampai menubruk tembok.

Jayden mengurung tubuh Vian dikukungannya, merapatkan tubuhnya pada Vian.

“lepaskan aku, jangan menghalangiku bajingan! Kau-hhhmmmpp”

Jayden langsung membungkam mulut Vian dengan ciuman panas dan dalam yang kasar. Jayden melumat, menyesap, mengigit, dan mencicipi setiap inci bibir Vian.

Jayden bahkan semakin memperdalam lumatanya dengan semakin menekan dirinya pada Vian, suara lumatan memenuhi seisi kamar. Basah dan bergairah walau hanya dengan hasrat Jayden yang mengebu gebu dalam ciuman itu.

Sampai dimana Jayden merasa ia dan Vian sudah kekurangan pasokan oksigen, dengan enggan Jayden mengakhiri ciuman panas itu.

Nafas Vian memburu, wajahnya merona antara malu, kesal dan bergairah. Terpaan nafas Jayden terasa dipermukaan wajah Vian, membuat Vian enggan untuk membuka mata.

“jangan pernah mengumpat pada ku baby, ak tidak suka itu” ucap Jayden sambil menyatukan kening keduanya, mengelus lembut wajah Vian yang merona.

“persetan” umpat Vian dengan keadaan mata masih tertutup. “kau mengumpat lagi, apa kau mau aku cium seperti tadi lagi” ucap Jayden serak, jika memang Vian mau dengan senang hati Jayden akan memberikan servis terhebat lebih dari ciuman yang tadi.

“sekarang katakana kau mau kemana”

“…”

“baik, aku akan menutup semua akses keluar dari sini”

“oke…fine, aku mau ke mall”

“untuk apa?”

Vian mendengaus dan membuka matanya, menatap malas Jayden “kau pikir untuk apa orang ke mall” ucap Vian ketus.

“banyak, berbelanja, makan, nongkrong, dan masih banyak lagi. Tapi sepertinya kau akan pergi berbelanja”

Vian memutar bola matanya jengah, sudah tau mau malah bertanya.

Cup

Vian melotot saat Jayden seenaknya mengecup bibirnya yang sudah membengkak karena ciuman tadi.

don’t ever rolled your eye baby

and never carelessly kiss me!”

Jayden tertawa melihat wajah Vian yang merengut kesal, wajah itu sekarang menjadi favoritnya.

“baik aku akan mengantar mu”

“tidak perlu, aku bisa sendiri, jadi menyikir dari hadapan ku”

“kau tidak akan kemanapun tampa diriku baby”

Jayden segera menarik Vian keluar kamar, Vian hanya mengikutinya dengan pasrah.

🐙🐙🐙

Brak

Jayden membuka pintu dengan kasarnya dan berjalan dengan langkah lebar menuju ranjanga.

“turunkan aku brengsek”

Jayden tidak mendengarkan ucapan Vian, emosi yang meluap tergambar jelas dimatanya yang hitam pekat.

Brak

“awww…”

Dengan sangat kasar jayden menghempaskan tubuh Vian diatas ranjang, tidak ada lagi Jayden yang tenang saat ini yang ada hanyalah Jayden yang terbalut emosi.

“APA YANG KAU MAU SEBENARNYA! TIDAK BISAKAH KAU TIDAK MEMBUAT SEMUANYA MUDAH. MENGAPA KAU SANGAT KERAS KEPALA HAH! HARGAI AKU SEBAGAI PASANGAN MU, JANGAN KAU BERLAGAK SEAKAN AKU BUKA APA APA. KATAKAN YANG MANA DARI DIRIKU YANG SALAH! AKU SUDAH CUKUP BERSABAR TAPI TIDAK UNTUK KALI INI”

Tumpah sudah amarah Jayden kali ini. Tadi saat di mall dengan teganya Vian tidak menganggap Jayden ada saat bertemu dengan teman temanya, bahkan dengan santainya Vian mengecup pipi seorang teman prianya yang juga tampak senang dengan hal itu.

Hell, memang pria akan selalu senang dengan hal itu bukan?!

Bahkan Vian tidak risih dengan tangan teman prianya itu merangkul bahunya, sekali lagi tampa menghiraukan Jayden yang ada! Sungguh ego Jayden sangat terlukai karena itu.

Vian terdiam, hatinya berdengyut nyeri saat Jayden membentaknya tampa mendengar penjelasanya.

“kenapa kau diam saja, KATAKAN!”

“tidak ada yang perlu aku katakana soal itu, tapi harus kau tau satu hal aku membenci hubungan seperti yang kau ucapkan”

Jayden terdeguk mendengar ucapan Vian, jantungnya berdetak sakit dengan pengakuan Vian.

“bukankah aku sudah menjawabnya, sekarang biarkan aku pergi” pinta Vian lirih.

“tidak, kau tidak akan kemana mana” ucap Jayden final, meninggalkan kamar dan Vian yang nelangsah diatas ranjang.

Tok..tok…

Emma masuk kedalam kamar dan menghampiri Vian yang terisak, dihampirinya dan dipeluknya Via. Emma tidak tau mengapa Jayden dan Vian yang pulang dalam keadaan tidak baik.

“sudah nak, jangan menangis. Katakana apa yang terjadi”

“…”

“baik, jika kau belum bisa menceritakanya aku maklumi”

“maaf grandma”

Emma tidak paham apa yang terjadi sepenuhnya, tapi dari teriakan yang tadi ia dengar sudah bisa menjelaskan betapa besar masalah yang terjadi.

Kadang Emma setuju dengan usulan Jonathan yang meminta Jayden mengembaliakn Vian, tapi kembali lagi ia sangat menyeyangi Jayden jadi ia tidak bisa berbuat apapun untuk itu.

“Vian dengarkan aku, tindakan yang melawan hati itu tidak benar, cobalah menerima keadaan. Jangan terlalu terpuruk oleh masa lalu, lihatlah yang ada disaat ini dan jadikan yang lalu adalah dorongan kuat untuk kedepanya yang lebih bagus”

Vian terdiam mencerna setiap perkataan Emma, mencoba mengambil makna dari ucapan Emma.

Mencoba melupakan masa lalu atau mengabaikan masa lalu bukanlah hal yang benar, namun lebih tidak benar membiarkan diri terjebak dengan masa lalu.

Tbc

Dirgahayu indonesia yang ke 73 👏

Werewolf's Mate | pindah ke DreameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang