☘Blood #07☘

5.1K 722 32
                                    

"Hyung, ayolah jangan mengabaikanku seperti ini. Aku belum selesai bicara!" Jimin menarik bahunya setelah berhasil menyusul Seokjin ke taman. Sekarang pria itu menatap sang kakak dengan raut kesal.

Seokjin menoleh sambil mengelus kelopak bunga yang berwarna putih, seraya menguap malas. "Ha. Ha. Ha. Kalau begitu bicaralah. Aku akan menjadi pen-de-ngar yang baik."

Sesekali dia melirik bunga yang berwarna ungu tepat disamping bunga putih tersebut.

'Seandainya sang pengagum bunga masih hidup.'

"Kau seperti yeoja versi namja." Ujar Jimin mengutarakan.

"Yak! Apa itu yang belum selesai kau bicarakan? Jika ya, lebih baik kau pergi sebelum aku membunuhmu!"

"Mwo? Apa kau tega membunuhku?!" Jimin menyeringai, membuat Seokjin murka adalah tindakan paling sulit.

Nyatanya pria itu akan membalas dengan suara mendayu lembut. "Aniya," Jimin tersenyum atas jawaban tersebut.

Ia sudah menduga, walau Seokjin mampu untuk membunuhnya. Dia tidak akan sanggup membunuh dirinya ataupun saudara yang lain.

Dengan kata lain, lebih baik membunuh secara perlahan tanpa mengotori tangannya. Prinsip yang mengalir di jiwa para devil.

"Kau ini salah satu adikku dan kalian adalah hal yang berharga bagiku. Lagipula jika aku membunuhmu, So Hyun akan mempertanyakan kemana dirimu? Aku tidak bisa selalu membuat ilusi, tidak seperti kembaranmu Jimin-ie." Tutur Seokjin dengan diakhiri nada sinisnya.

"Terserah kau saja, hyung. Sekarang jelaskan apa maksudmu dengan aku yang dipilih V untuk bisa merasakan perasaannya?"

"V memiliki kekuatan yang berbeda."

"Aku juga tahu itu." Potong Jimin tegas.

"Kau tidak tahu. Apa pernah V menunjukkan kekuatannya padamu?"

"Belum. Aku hanya mendengar Hoseok hyung mengatakan kalau V mempunyai kekuatan yang besar dan berbeda dari kita semua."

"Kau tahu? Bukan kau saja yang bisa merasakan perasaan V."

"Mwo? Apa hyung juga bisa?" Tanya Jimin.

"Aniya, bukan aku. Tapi Hoseok."

Seokjin menghela napas dan melanjutkan.

"Dulu sampai sekarang V dan Hoseok seperti kakak beradik yang dekat, kelewat serasi. Walau V jarang sekali bicara, tapi Hoseok dapat membaca hati dan pikiran seseorang termasuk V sekalipun. Itu juga termasuk salah satu kemampuannya...

...Hoseok selalu mengutarakan apa yang ingin V katakan. Aku bahkan iri melihat kedekatan mereka. Kita memang saudara, namun ibu kita berbeda...

...Aku, Namjoon-ie dan V dilahirkan dari ibu yang sama. Tapi kita tidak sedekat dan seakrab dengan V." Jelas Seokjin lemas. Meski yah, dulu mereka selalu bermain bersama. Namun ada kriteria kekuatan yang membedakan.

Bagaimanapun juga, Seokjin ingin dekat dengan V. Karena berdekatan dengan pria itu akan memberikan pengaruh hebat pada kekuatannya. Takdir yang menyatakan bahwa perasaan V adalah jiwa milik Seokjin. Tidak bisa dihindari saat sang ibu mewariskan sebuah kutukan abadi.

Jika V tersakiti, Seokjin bisa mati. Entah jiwa maupun raga. Hatipun bisa terlukai.

"Siapa saja yang tahu tentang itu?" Lagi-lagi Jimin bertanya. Entah kenapa sifat ke penasarannya mulai tumbuh lebih banyak.

Blood, Sweat, And TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang