Long Time No See

1.5K 113 2
                                    

Damar, Nay dan Davina akhirnya tiba di Bandara Soekarno Hatta menjelang petang. Seminggu di luar negeri bikin Nay homesick, dia kangen rumah. Nay mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Papa, Papa bilang dia akan jemput.

"Nay!" Panggil Papa menghampirinya bersama Chiko.

"Papa udah dari tadi?" tanya Nay sambil mencium tangan Papa.

"Belum, baru aja"

"Apa kabar Om? saya Damar" Damar menyalami tangan Papa.

"Oh ya ya jadi kamu Damar? Makasih ya udah bawa Nay liburan ke Korea dan jagain dia selama disana. Maaf kalo ngerepotin"

"Ah ga ngerepotin sama sekali kok Om, saya seneng malah"

Sementara itu Chiko diam-diam terus memperhatikan Davina, sebenarnya Chiko ingin menyapanya tapi dia ragu karena Davina terlihat begitu berbeda sekarang, Chiko takut salah orang.

"Halo Chiko apa kabar? Masih inget aku?" Davina menegurnya duluan, karena dia menduga Chiko lupa dengannya.

"Eh, iya baik. Mmm.... Kamu Davina ya?"

"Iya aku Davina masa kamu lupa"

"Hehe maaf soalnya udah lama banget ga ketemu, aku pangling abisnya kamu beda banget sekarang"

"Ah ngga aku masih sama aja kaya dulu kok" Davina tersenyum.

"Kita pulang sekarang Nay?" Tanya Papa. Nay mengiyakan, dia pamit kepada Damar dan Davina yang masih menunggu Ayah mereka.

"Damar, Davina, aku duluan ya makasih buat liburan serunya di Korea"

"Iya Kak, hati-hati ya" balas Davina.

"Hati-hati Nay, kabarin kalo udah sampai rumah" Kata Damar.

Mereka berpisah di bandara malam itu. Nay dan Chiko duduk di kursi belakang sedangkan Papa menyetir di depan. Di dalam mobil Chiko bersikap aneh, tiba-tiba dia menawarkan diri untuk memijat Nay. Ini bukan Chiko yang biasa.

"Kak Lo pasti cape banget kan abis perjalanan jauh, sini gue pijitin"

"Lo pasti ada maunya kan?" hardik Nay langsung. "Oleh-oleh? Tenang udah gue beliin"

"Mmm.... Bukan. Tapi..." Chiko tampak ragu-ragu. Nay melirik Chiko menunggu kalimat selanjutnya. "Minta nomor Davina dong kak" Chiko berbisik pelan.

"Hah?" Mulut Nay terbuka lebar, Chiko buru-buru menutupnya saat dia tahu Papa melirik mereka lewat spion.

"Please" kata Chiko pelan.

"Kenapa? Lo naksir ya? Yang gentle dong jadi cowo minta sendiri" Nay meledek adiknya. Chiko langsung memasang wajah masam sambil menghentikan pijatannya. Nay cuma tertawa geli melihat ekspresi Chiko yang kesal.

Nay mengalihkan pandangannya ke luar jendela, dia melamun sebentar. Seminggu di Korea memang mengesankan. Rumah Damar yang asri, bunga sakura yang bermekaran dimana-mana, teman-teman Damar yang ramah, dan yang paling berkesan adalah saat Damar melamarnya diatas Namsan tower. Nay memandang cincin yang melingkar di jari manisnya, sambil tersenyum dia berkata dalam hati, Saranghae Damar-ssi
                  
                           🌸 🌸 🌸

"Kak ajarin gue PR Matematik dong" Chiko menghampiri Nay di kamarnya sambil membawa beberapa buku.

"Yang mana yang ga ngerti?" Walaupun sering berantem dan jarang akur tapi Nay tetap perhatian dan peduli sama adiknya.

"Dari awal" kata Chiko cengengesan.

"Hah? lo ngapain aja kalo guru lagi nerangin? Masa ga ngerti dari awal?" Kata Nay ga habis fikir sambil membuka-buka buku Chiko, saat itu mata Chiko menangkap sebuah cincin di jari manis Nay.

RUANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang