Pagi-pagi benar Nay sudah bangun. Dia memandang sekeliling kamarnya yang mulai kelihatan berantakan, memang akhir-akhir ini dia belum sempat merapikan kamarnya. Nay ingat Mama pernah bilang kalau kamar seseorang itu mencerminkan pemiliknya. Sepertinya apa yang Mama bilang itu benar karena kamar Nay sekarang keliatan semraut sama seperti dirinya sekarang.
Hari ini Nay memutuskan untuk merapikan seluruh isi kamarnya, Nay berusaha menyibukan diri supaya dia ga terlalu ingat Dhevo. Pertama Nay mulai membereskan meja riasnya. Disana ada foto Dhevo dan dirinya saat mereka liburan ke Jogja tahun lalu.
Nay menatap nanar foto itu kemudian memasukan ke dalam laci paling bawah dan menguncinya. Nay kemudian menyimpan boneka-boneka pemberian Dhevo, disatukan ke dalam box dan meletakkannya di dalam lemari. Dia ga ingin melihat hal-hal yang hanya akan mengingatkannya pada Dhevo dan membuatnya sakit.
Dia melamun mengingat keadian semalam yang sudah bisa tebak akhirnya. Putus. Nay kembali ga bisa nahan air matanya, dia menangis untuk yang kesekian kali, padahal matanya sudah sembap karena menangis semalaman.
Saat Nay sedang mengganti sprei tempat tidurnya, Mama datang.
"Kamu lagi beres-beres kamar? Tumben. Tapi memang harus gitu jadi anak perempuan" entah ini pujian atau sindiran. Nay hanya berdehem.
Sebisa mungkin Nay menghindari kontak mata dengan Mama dia ga mau Mama melihat matanya yang bengkak. Nay belum siap cerita tentang hubungannya dengan Dhevo yang berakhir semalam.
"Ayo sarapan dulu, nasi gorengnya udah mateng" ajak Mama.
"Nay lagi ga pingin, Mama Papa sama Chiko aja"
"Kenapa? Biasanya kamu selalu sarapan pagi"
"Nay cuma lagi ga nafsu Ma"
"Yaudah tapi nanti tetep makan loh, jangan sampai ngga, maag kamu bisa kambuh nanti"
Nay mengangguk, Mama kemudian kembali ke lantai bawah sarapan bersama Papa dan Chiko.
Sprei yang dipasang sudah rapi, Nay langsung menjatuhkan badannya ke atas kasur kemudian meraih ponselnya, dia mau mendengarkan musik yang bisa meningkatkan moodnya. Volumenya dia stel paling maksimal, dia ingin melepaskan segala beban hatinya.
🌸 🌸 🌸
Akhirnya keluarga Nay sudah mengetahui kalau mereka putus. Nay menceritakan dengan hati-hati kepada Mama dan Papa supaya mereka bisa mengerti.
Nay hanya bisa meminta maaf kepada Mama dan Papa, dia sadar sudah membuat orang tuanya kecewa dan malu, apalagi mereka sudah mengadakan pertemuan keluarga untuk membahas acara pertunangan.
Awalnya Papa dan Mama memang sangat menyayangkan keputusan mereka namun bagaimana pun sebagai orang tua mereka hanya bisa mendukung dan berharap keputusan yang mereka ambil adalah terbaik.
Toh jodoh sudah diatur oleh Tuhan, kalau mereka berjodoh pasti akan kembali lagi.
Beberapa bulan berlalu sejak hubungan Nay dan Dhevo putus, empat tahun bersama dan tiba-tiba sekarang sendiri membuat Nay merasa ada yang hilang dari dirinya.
Sekarang sudah tak ada lagi Dhevo yang selalu datang ke rumah tiap weekend, ga pernah lagi dengar sapaan sayang Dhevo memanggilnya honey. Ga ada lagi telepon atau pesan manis dari Dhevo untuknya.
Sore ini sepulang kerja, Flo berniat mampir ke rumah Nay. Beberapa bulan ini dia ga pernah ketemu Nay karena harus tugas di luar kota dan kerjaan yang menumpuk.
"Sore Mbak Parni" Sapa Flo dari balik pagar, sore itu Mbak Parni sedang menyiram tanaman di halaman depan.
"Eh mba Plo, lama ga keliatan kemana aja?" Kat Mbak Parni sambil membukakan pagar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG RINDU
RomanceSebuah undangan reuni membuat Nayaka banyak bernostalgia mengenang masa-masa SMA-nya dan mengingat kembali sosok Damar orang yang pernah mengisi hari-harinya dulu. Kalau kebanyakan remaja mengidolakan sosok cowok populer, kapten basket dan biasanya...