Never Give up

3K 116 3
                                        

Sabtu siang ini Nay menutup butiknya lebih awal, dia mau belanja beberapa kebutuhan buat acara pertemuan keluarganya dengan keluarga Dhevo besok. Dengan ditemani Flo, mereka berdua pergi ke pasar swalayan yang ga jauh dari sana.

"Nay reuni nanti angkatannya Dhevo ikut juga ga sih?"

Dhevo dan Nay sebelumnya memang sudah saling kenal sejak SMA, Dhevo dulu kakak kelas mereka. Saat SMA Dhevo dan Nay tergabung disatu eskul basket.

"kayanya ini reuni khusus angkatan kita aja" Kata Nay sambil memilih-milih buah anggur yang masih segar dan memasukkannya ke dalam plastik.

"Gue ga sabar mau reuni, mau cepet-cepet ke Bali, pengin refreshing, ketemu temen-temen lama, kaya apa ya mereka sekarang" Flo berkata semangat.

Nay termenung sesaat.

"iya, kaya apa ya Damar sekarang?" Nay berkata pelan bergumam sendiri. Tapi ucapannya barusan didengar Flo.

"Lo kayanya kangen banget sama dia" goda Flo.

"Ngga, biasa aja kok"

Nay berusaha menyangkal tapi gelagat Nay gampang terbaca oleh Flo, Flo tau Nay rindu Damar.

Nay mengajak Flo pulang saat beberapa kebutuhan yang mereka beli sudah dirasa lengkap, sebelum pulang mereka mampir ke salah satu restoran untuk mengisi perut.

Hari mulai sore saat mereka berdua tiba di restoran yang letaknya didalam sebuah Mall. Sambil menunggu pesanan mereka datang Nay melamun sambil memandang keluar jendela yang ada disamping mereka, lamunannya kembali lagi ke masa beberapa tahun silam, saat mengingat Damar yang angkuh dan galak bisa selemah itu...

🌸 🌸 🌸

Maret 2010

Nay baru saja keluar dari ruang guru setelah membantu Bu Asri membawakan buku-buku tugas siswa kelasnya. Saat kembali ke kelas Nay melihat ada keributan kecil di lapangan, saat itu kelas Damar sedang olahraga, Mario si trouble maker sekolah bicara lantang ditengah teman-temannya dan Pak Amir guru olahraga.

"Ga adil dong Pak, setiap pelajaran olahraga dia selalu teori dikelas sedangkan yang lain panas-panasan praktek di lapangan" kata Mario

"Kita harus maklumi dia, gimana dia bisa ngikutin pelajaran olahraga dengan kondisi fisik dia seperti itu" kata Pak Amir.

"Kan ga semua murid juga jago olahraga pak, kalo bisa milih mereka juga maunya teori aja dikelas kaya Damar"

Ah ternyata mereka lagi ngebahas Damar. Mario kemudian berlari ke kelasnya dan kembali ke lapangan dengan Damar. Tangan Damar ditarik paksa oleh Mario. Nay shock, untuk jalan saja Damar susah dan Mario dengan semena-mena menarik Damar begitu saja.

Nay berlari menghampiri mereka tapi saat Damar dan Nay beradu pandang, Damar mengisyaratkan Nay untuk pergi.
Mario membawa Damar ke tengah lapangan ke hadapan teman sekelasnya dan guru olahraga.

"Seenggaknya dia juga harus ada ditengah lapangan pak, enak aja adem-ademan dikelas"

Mario ini benar-benar keterlaluan.

"Betul Pak! Betul" Sahut beberapa siswa lainya.

"Tenang anak-anak, bapak mengerti maksud kalian, tenang...." Pak Amir mencoba menenangkan keributan kecil di lapangan itu.

Pandangan mata Nay langsung tertuju kepada Damar melihat ekspresinya, dia hanya tertunduk di cemooh teman sekelasnya, oleh teman-temannya sendiri. Hanya Abi yang terlihat menenangkan Damar, sementara beberapa anak terus membully tanpa perasaan.

RUANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang