Part 10

240 14 0
                                    


Malam semakin larut, tetapi gadis itu masih menatap langit-langit kamar. Matanya enggan terlelap. Akhir-akhir ini pikiranya terjerat pada seorang lelaki, lelaki yang cuek, terkadang bersifat dingin, lelaki yang bikin ia nyaman bahkan karena sebuah senyuman. Lelaki itu adalah Alfi. Lelaki yang sekarang ini memenuhi pikiranya.

Adira bangun dari ranjangnya, berjalan menuju meja belajar dan mengambil buku dairy. Menuliskan sesuatu,

Dear Dairy

Apakah ini cinta?
Mengapa terlalu cepat!?
Jika ini bukan  cinta?
Lalu, apa arti dari semua iji?

***

Ditempat lain, jika Adira berkutut dengan Dairynya. Lelaki ini lain lagi. Ia berkutut pada ponselnya.

Tersenyum lalu kemudian seolah berpikir keras. Tersenyum lagi, lalu berpikir lagi.

Ia menatap foto seorang cewek yang sedang tersenyum senang. Cowok itu mengambil foto tersebut secara diam-diam. Sebut saja dia secret admirer karena memang itu faktanya.

Yap cowok itu adalah Alfi. Alfi yang menatap foto Adira yang tersenyum senang saat team cewek itu menang dalam permainan bola basket disekolahnya.

"Saya nggak tau ini perasaan apa? Tapi saya merasa nyaman, saat bola mata coklatmu menatap saya, senyum yang tulus, dan sifat ceriamu." bisiknya pada dirinya sendiri dengan mata masih tetap melihat foto diponselnya.

"Kak!?" Alfi sedikit kaget saat mendengar suara seseorang, namun kemudian dia tersenyum.

"Aila kok belum tidur?" ia heran saat adik perempuanya mendatangi kamarnya.

"Ai pengen tidur dengan kak Alfi, boleh?" pinta gadis kecil yang baru berumur 5 tahun itu.

"Sini." Alfi menepuk kasur mengisyaratkan membolehkan.

"Ai kangen bunda!"

"Bunda pasti juga rindu kita disurga, Aila jangan sedih ya, kan ada kak Alfi dan Ayah."

"Aila nggak sedih kok." ia tersenyum

"Tapi kenapa Ayah selalu sibuk kak? Ai juga kangen Ayah?"

Alfi diam, mengingat Ayah mereka yang selalu sibuk mengurus perusahaan, kadang lelaki itu dinas keluar kota sehingga pulang seminggu sekali.
Dan itu berimbas pada adiknya yang selalu butuh kasih sayang dari orang tuanya. Mungkin Ayahnya butuh kesibukan agar tidak teringat Almarhum istrinya yang meninggal pada saat usia Aila 2 tahun.

"Ayah butuh menenangkan dirinya. Nanti kalo Aila udah besar Aila pasti mengerti." kata Alfi mengelus puncak kepala Aila dengan lembut.

"Sekarang Aila tidur ya. Jangan lupa baca do'a tidurnya."

"Bismillah hirohman nirohim
Bismikallohumma ahya wa amuutu Amin." mendengar do'a tersebut Alfi tersenyum dan juga membacanya dalam hati.

"Good night my princess." ujarnya sambil mengecup kening Aila.

______

To be continued ..

Stay [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang