"Zelvin gak masuk?" tanya Aileen.
"Kata Beby dia izin," jawab Adira
tidak enak, " tapi kok perasaan gue gak enak gini ya Leen?"."Perasaan lo aja kali!"
"Semoga aja." batin Adira.
***
Sementara ditempat lain. Diruangan serba putih dimana bau obat-obatan sangat menyengat indra penciuman.
Terbaring seorang wanita paruh baya, tubuhnya sangat lemah. Dan disekelilingnya terdapat dokter-suster dan peralatan medis.
"Pa, Mama pasti bisa ngelewati semua ini kan?"
"Mama pasti bisa Vin. Kita berdoa saja." Frans menyemangati Zelvin yang sedang frustasi.
"Angel kamu bisa. Bertahanlah demi aku dan Zelvin." Batin Frans sedih.
Pagi tadi Angel-Ibu Zelvin kondisinya kembali memburuk. Ia dilarikan kerumah sakit. Dokter sarankan agar Angel harus segera dioprasi. Perbandingan nya 50:50. Karena tidak ada jalan lain Frans dan Zelvin menyetujui saran dokter.
30 menit kemudian. Dokter keluar dari ruangan operasi. melihat itu ada setitik harapan bagi keluarga Fernandes.
"Dok, bagaimana keadaan istri saya?"
Hening.
"Dok mama saya baik-baik aja kan?"
"Maaf Pak, Tuhan punya berkehendak lain. Istri Bapak tidak bisa terselamatkan. Kai pihak rumah sakit sudah melakukan yang terbaik. Tetapi Tuhan berkata lain."
"Jangan bohong Dok, Mama saya kuat, mama bisa ngelewati ini semua. Mama gak mungkin ninggalkan kita kan Pa?" emosi Zelvin mulai menyeruak.
"Vin..Sudah.." ujar Frans menenangkan.
Mereka menuju ruang dimana Angel berbaring.
"Kamu harus bisa mengikhlaskan ini semua." ucap Frans lagi, dadanya begitu sesak menahan ini semua.
Bukannya dia tidak kehilangan, disini dialah yang paling kehilangan, Angel sudah lama menahan sakit tersebut, mungkin memang ini jalan yang terbaik, mungkin ini jalan agar dia tidak merasakan sakit lagi.
Pandangan Zelvin kosong. Frans bisa merasakan betapa terpukulnya anaknya tersebut.
"Zelvin!"
Tidak ada jawaban. Zelvin memegang tangan Angel yang pucat pasi, memeluknya untuk terakhir kali.
"Zelvin, kita sama-sama ikhlaskan mama."
"Pa kenapa takdir jahat sama Zelvin!"
"Apa gak cukup Adira yang pergi dari hidup Zelvin.." sorot matanya hampa.
"Kenapa Mama harus pergi juga Pa. Kenapa harus mama Pa!?"
***
Pihak sekolah sudah tahu kabar duka cita keluarga Fernandes.
"Telah meninggalnya Ibunda dari Zelvin Aldo Fernandes. Diharapkan agar siswa maupun guru-guru kita bersama-sama mengucapkan belasungkawa pada keluarga yang ditinggalkan dikediaman Fernandes." suara speaker sekolah menggema menyampaikan berita duka.
Sementara siswa-siswa yang mendengar berita tersebut saling memasukkan peralatan sekolah ketas mereka. Karema ingin segera menuju kediaman Fernandes.
"Al gue gak salah denger kan?"
"Al itu gak benae kan, gak mungkin tante Angel meninggal." Adira menangis. Pantas saja perasaanya sedari tadi merasa tidak enak.
"Kamu gak salah denger." jawab Alfi, ia bisa merasakan apa yang sekarang Zelvin rasakan, karena ia juga pernah kehilangan seoarang Ibu.
Bukankah kematian itu pasti. Kita semua juga bakal menjemput ajal.
"Anak-anak sudah dengar kan berita tersebut. Sekarang kalian siap-siap, kita keruamh Zelvin." perintah seorang guru yang ada dikelas IPA satu.
***
Kediaman Ferandes.
"Saya turut berduka cita atas meninggalnya Ibu Zelvin, semoga Ibu Angel ditempatkan disurga dan segala dosa diampuni." ucap Fadlan kepala Sekolah Zelvin.
"Terimakasih Pak sudah datang, dan mendoakan istri saya."
Adira menatap Zelvin. Lelaki itu terlihat sangat sedih.
"Vin." panggil Adira lembut.
Zelvin menoleh, "Kamu yang sabar ya, harus kuat." Adira tersenyum menguatkan.
"Makasih Ra" ucapnya parau.
"Saya turut berduka cita. Kamu yang kuat." Ucap Alfi.
Zelvin mengangguk
Teman-teman Zelvin yang lain juga mengucap belasungkawa pada keluarga Zelvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay [Completed]
Teen FictionDia memang bukan cinta pertamaku. Bukan juga seorang lelaki yang terlebih dahulu mengisi hati dan pikiranku. Tetapi dia cinta terakhirku, yang menuntunku melupakan seseorang yang pernah mengisi hatiku karena sebuah perbedaan. Perbedaan yang memang t...