Jiyeon celingukan di tengah-tengah keramaian kantin. Kali ini bukan mencari tempat duduk kosong, melainkan mencari keberadaan Myungsoo yang tidak tampak batang hidungnya sedikitpun.
Jiyeon mendesah kecewa. Hari ini Myungsoo mungkin tidak ke kantin dan memilih makan di luar seperti biasa.
Dengan malas Jiyeon menyeret kakinya menuju salah satu meja kosong yang tak jauh darinya.
Saat ia meletakan nampan makanannya di atas meja, dari arah lain Hwayoung juga melakukan hal yang sama.
"Meja ini punya gue. Lo bisa pergi cari meja lain," ujar Hwayoung angkuh. Ia langsung duduk begitu saja.
"Hah?" Jiyeon menatap wanita itu jengkel. Niat ke kantin ingin mengisi perut sambil menenangkan hati dengan melihat Myungsoo gagal total. Justru yang ditemuinya malah wanita ular.
"Lo aja yang pindah!" Jiyeon tak peduli dan ikut duduk di sisi lain.
Kini giliran Hwayoung yang menatap sebal ke arahnya.
"Jangan bikin gue ngulang ucapan gue!" Jiyeon tetap mengabaikan Hwayoung. "Heh budek ya lo!"
"Berisik. Lo gak liat gue lagi makan?!"
Hwayoung mendengus pelan. "Cewek gak tau diri kaya lo berani-beraninya suka sama Pak Myungsoo."
Tangan Jiyeon yang hendak menyuapkan makanannya berhenti di udara. Ia menoleh pada Hwayoung. "Lo bilang apa barusan?"
"Emang budek ya lo!"
"Heh wanita ular. Jangan sok tau lo!"
"Sok tau? Well gue emang tau kalau lo suka sama pak Myungsoo. Mau lo ngelak juga percuma." Jiyeon menggertakan giginya. Ia meletakan sendoknya kembali lalu menatap Hwayoung tajam.
"Terus kenapa emang kalau gue suka sama pak Myungsoo?"
"Ya nggak apa-apa sih, lo berhak suka sama siapa aja, tapi ya gue cuma mau ngingetin lo aja. Lo gak akan bisa ngedapetin Myungsoo, karena apa? Karena dia bakal jadi milik gue dan gue gak akan ngebiarin lo ngerebut cowok gue lagi."
"Hah?" Jiyeon menahan dirinya agar tidak tertawa keras. "Lo lucu deh. Kapan coba gue pernah ngerebut cowok lo. Oh atau lo masih mikir kalau dulu gue udah ngerebut kak Minho dari lo?"
Hwayoung menatap Jiyeon penuh kebencian. "Aduh Hwayoung sayang kayanya lo salah paham deh. Gue itu gak pernah ngerebut siapapun dari lo. Dan soal kak Minho kan dia sendiri yang milih gue. Lagian sih ya cowok kaya Kak Minho mana mau sama cewek ular macan lo. Udah jahat, drama queen lagi!"
Jiyeon tersenyum puas karena berhasil mengejek Hwayoung, namun hal ini tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang sudah ia lakukan pada Jiyeon dulu.
"Kalau tadi lo bilang gak akan ngebiarin gue ngerebut cowok lo lagi ...," Jiyeon memberi kutip pada kata cowok yang diucapkannya. "Maka gue cuma mau bilang kalau gue juga bakal bikin lo kalah untuk yang kedua kalinya!" Jiyeon menyeringai lalu mengangkat nampan makanannya dan berlalu dari hadapan Hwayoung.
Jiyeon sudah bersikap seperti bukan dirinya demi menggertak Hwayoung agar tidak terus mengganggunya.
Dan sejak hari ini pula bendera perang antara Jiyeon dan Hwayoung kembali berkibar.
***
"Ji, luas banget gedungnya." IU takjub melihat degung milik Chunji yang akan menjadi tempat pernikahannya nanti. "Yakin lo gue cuma perlu bayar setengahnya aja?"
"Iya Yu santai ajalah," balas Chunji yang justru membuat IU merasa tidak enak.
"Aduh gue jadi gak enak."
"Biasa aja Yu, kaya kesiapa aja lo. Lagian kan gedung ini baru. Itung-itung promosilah."
"Beruntung banget dah gue punya temen kaya lo!" IU tersenyum lebar.
"Jadi gimana? Lo mau tetep pake gedung gue?" tanya Chunji memastikan.
"Iyalah, gila kali gue nolak diskon 50 persen di gedung sebagus ini." Chunji terkekeh pelan mendengarnya.
"Yaudah yuk kita cari makan, sekalian ngomongin dekorasi gedungnya kaya gimana." IU mengangguk setuju.
Keduanya pun berjalan beriringan keluar gedung. Mereka menuju sebuah restaurant Jepang yang tak jauh dari gedung milik Chunji.
Sambil menunggu pesanan, Chunji dan IU mengobrol santai.
"Gimana persiapan pernikahan lo yang lain?"
"Alhamdulillah lancar, besok gue mau nemuin Dasom. Mau mesen kebaya buat nyokap gue sama kak Wooyoung!"
"Kemarin photoshootnya gimana? Gue denger Hongbin yang ngurus."
"Iya, Jiyeon yang nyaranin sih. Tapi Hongbin emang udah pro banget dah. Jadi gak nyesel gue."
"Kalau ada apa-apa bilang ke gue aja yu, gue siap bantu."
"Baik banget lo sama gue ji."
"Iyalah lo kan temen gue Yu. Gue ikut seneng waktu denger lo mau nikah. Lagian di kelas kita baru lo yang nikah Yu jadi gue excited banget!" kata Chunji antusias. IU sampai terkikik geli melihatnya.
"Emang iya baru gue yang mau merit?"
"Gak tau juga sih. Kan ada tuh beberapa orang yang udah out dari grup dan gak kedenger kabar sama sekali."
Obrolan mereka terhenti saat pelayan datang membawa pesanan mereka. Pelayan itu tersenyum ramah lalu berlalu untuk melayani pelanggan lain.
"Beruntung banget Ji yang bakal jadi istri lo nanti," ujar IU tiba-tiba. Chunji memang dikenal sebagai sosok yang penuh perhatian.
"Apaan deh Yu. Jangan dulu ngomongin bini deh, pacar aja gue gak punya!"
"Oh iya ya, lo betah banget ngejomblo Ji," ucap IU setengah mengejek.
Bukannya tersinggung, Chunji justru tertawa. "Abisnya gue belum nemuin cewek yang pas."
"Belum nemuin apa belum moveon?" Kedua alis IU naik turun sambil tersenyum menggoda.
"Hah, moveon dari siapa?" Kening Chunji berkerut bingung.
"Dari temen gue!" Chunji semakin tak mengerti.
"Gue tau kok lo dulu sempet suka sama Jiyeon. Hongbin juga sama!" Chunji terkejut bukan main. Pasalnya ia tidak pernah menceritakan hal itu pada siapapun.
"Haha gak usah kaget gitu. Jiyeon emang cantik sih wajar kalau banyak yang suka. Seungho aja nyampe tergila-gika gitu." Chunji tersenyum canggung.
"Itu dulu banget Yu, sekarang gue udah gak ada rasa sama Jiyeon. Yang ada malah gue pengen dia jadian sama Seungho."
Untuk kesekian kalinya IU mengangguk setuju. "Sama gue juga. Emang gila tu si Jiyeon gak bisa buka hati buat cowok seperfect Seungho. Eh tapi untung lo udah gak ada rasa ya, kalau masih suka kan berabe. Lo kudu saingan sama Seungho ditambah sekarang si Jiyeon lagi naksir pak direktur gantengnya itu!"
Chunji tertawa pelan melihat IU bersungut-sungut membicarakan Jiyeon. "Ya mau gimana lagi? Hati kan gak bisa dipaksa!"
"Iya juga sih!" IU cengengesan.
Mereka kemudian beralih topik membicarakan dekorasi gedung untuk pesta pernikahan IU nanti.
-Ooo-
KAMU SEDANG MEMBACA
Suitcase [END]
Fanfiction[1993 Line stories] Lo adalah hero buat gue, tapi gue gak bisa jadi heroin buat lo. ©2018