#32 Heart Break

297 65 27
                                    

"Kamu beneran nggak keberatan jalan sama saya?" tanya Myungsoo untuk yang kedua kalinya.

"Iya pak santai aja, nggak akan ada yang marahin kok." Jiyeon memamerkan senyum tiga jarinya.

"Ya siapa tau nanti ada yang marah liat kamu jalan sama saya."

"Aku jomblo gini siapa yang bakal marah?" Canda Jiyeon setengah ngode juga sih.

"Lagian pak, kayanya saya deh yang harusnya nanya gitu. Pak Myungsoo yakin nih gak apa-apa jalan sama saya? Kalau ada orang dari perusahaan yang liat kita gimana?"

Kini giliran Myungsoo yang tertawa kecil. "Saya nggak peduli sama omongan orang lain. Lagian saya juga jomblo sama kaya kamu, jadi gak akan ada yang marahin saya."

Kamu jomblo aku jomblo. Gimana kalau kita jadian aja pak? Jiyeon berteriak dalam hati.

Wajahnya mendadak merah sesaat setelah ia mengatakan hal tersebut. Walau dalam hati.

"Kamu punya rekomendasi tempat yang bagus? Saya jarang hangout kalau bukan perjalanan bisnis."

Jiyeon berpikir sejenak. "Kalau ke puncak aja gimana pak? Lumayan buat ngilangin stres. Udara disana juga enak masih seger."

"Boleh." Myungsoo langsung menyetel GPS mobilnya ke arah puncak.

Beruntung jalanan tidak macet parah. Padahal hari ini adalah weekend.

Setelah menempuh perjalanan selama hampir 5 jam. Akhirnya Jiyeon dan Myungsoo sampai di tempat tujuan mereka.

Udara segar sangat terasa begitu keduanya turun dari mobil.

"Seger banget udaranya," gumam Jiyeon. Terakhir ia datang ke tempat ini bersama teman-teman sekelasnya dulu sehari setelah acara perpisahan.

"Mau makan siang dulu?" tawar Myungsoo sambil melirik arloji di tangannya.

"Boleh pak." Jiyeon nyengir lebar. Tampaknya perutnya juga sudah demo minta diisi.

Siapapun yang melihat Jiyeon dan Myungsoo saat ini pasti mengira kalau mereka adalah sepasang kekasih.

Keduanya tampak begitu serasi saat berjalan bersama. Seolah mereka memang ditakdirkan satu sama lain.

Hanya saja mereka tidak tau bahwa di suatu tempat sana mungkin ada hati yang retak.

***

Seungho memandang layar ponselnya tanpa ekspresi. Lewat snapgram milik Jiyeon ia jadi tau apa yang sedang dilakukan gadis itu dan sedang bersama siapa dia sekarang.

Cemburu? Tentu. Tapi apa daya Seungho tidak bisa melakukan apa-apa. Walau hanya lewat layar ponsel Seungho bisa tau betapa bahagianya Jiyeon saat ini.

Ia menyayangi Jiyeon. Ia tidak ingin menghalangi kebahagian Jiyeon. Meskipun dalam hati masih besar harapan bahwa suatu hari Jiyeon akan berbalik dan membalas perasaannya.

Menghela napas panjang, Seungho menutup aplikasi instagramnya dan beralih membuka notifikasi dari akun whatsappnya yang sejak tadi seolah berteriak meminta perhatian.

Saat ia membuka grup kelas tau-tau ia sudah menjadi trending topik pembahan mereka.

Berawal dari Minhyuk yang mengirim screenshot potret Jiyeon dan Myungsoo.

Ravi : sabar bro hidup emang perih 😭

Minhyuk : RIP hati Seungho

Mark : gblk

Minah : kelamaan sih jadi ditikung orang

Eunji : woy anjir gercep amat dah

Luna : pelet lu manjur @jiyeon

IU : apa kabar hati Seungho

Taemin : udah woy gk usah dibahas

Jiae : udah official kah?

Hongbin : buset dah berisik amat

Minah : AKU HARUS DUKUNG SIAPA?

Kangjoon : gue ngedenger suara kretek kretek 💔

Suga : perlu banget dibahas disini?

Hongbin : udah bubar bubar

Kihyun : kalian tuh kaya menabur luka ke hati orang

Eunji : hah

Minah : maksudnya?

Mark : temen gue kok bego semua

Luna : menabur garam ke luka orang kali -__-

Kihyun : nah itu maksudnya

Minhyuk : gk usah malu mauluin lur

Sekali lagi Seungho menunjukan wajah tanpa ekspresinya. Tanpa berniat membalas ocehan teman-temannya, ia meletakan ponselnya begitu saja kemudian kembali memfokuskan diri pada artikel ilmiah yang sedang dikerjakannya.

Setidaknya saat ini ia harus bersikap profesional. Ada deadline di depan mata. Ia tidak boleh membiarkan dirinya terlarut pada perasaannya.

-Oooo-

Suitcase [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang