Seungho hanya bisa tersenyum getir saat menyaksikan Myungsoo memasangkan sebuah cincin di jari manis Jiyeon. Setelahnya ia mengecup kening wanita itu.
Wajah Jiyeon terlihat sangat berseri. Cukup jelas untuk menggambarkan betapa bahagianya ia saat itu.
Dengan balutan gaun panjangnya Jiyeon tampak begitu cantik.
Ia tak lelah mengumbar senyum kepada semua orang yang hadir dalam acara pertunangannya.
"Selamat ya Yeon, gak nyangka lo bisa ngeduluin gue gini. Jangankan tunangan, calonnya aja gue belum ada." Minah memberikan pelukan singkat pada Jiyeon.
"Gak ada acara lempar bunga gitu Yeon? Kali aja kan gue yang dapet."
"Plis deh Hyuk ini bukan acara pernikahan, cuma tunangan doang."
"Ya kan sama aja Yu," kata Minhyuk tak mau kalah. IU hanya mengedikkan kedua bahunya tak peduli.
"Selamat ya Yeon. Salam dari Jiae, maaf katanya gak bisa dateng." Suga datang menghampiri Jiyeon dan teman-temannya.
"Iya makasih, tapi kalau gue nikah nanti harus datang bilang sama Jiae. Wajib!"
Suga mengangguk pelan.
"Wah lo kemana aja nih baru keliatan. Gue kira lo gak dateng." Mark menyambut Suga dengan cengiran di wajahnya.
"Ini kita berasa lagi reuni ya?" Eunji tersenyum sambil menatap teman-temannya satu persatu.
"Iya, tapi sayang gak pada bisa dateng semua. Hongbin lagi ada kerjaan di luar kota, Bogum malah lagi pemotretan di Jepang. Terus si Wonho udah pindah ke Malang."
"Iya ya, terus itu si Kangjoon juga katanya sekarang kerja di Kalimantan." Eunji menambahkan.
"Eh udah gak usah ngomongin yang gak ada, ini kasian pak Myungsoo nanti gak ngerti," kata IU sambil terkekeh pelan.
"Eh gak apa-apa, santai aja." Myungsoo tersenyum hingga menampakan lesung pipinya.
"Iya sih Yu gak papa, justru bagus biar pak Myungsoo tau temen-temennya Jiyeon." Eunji membela diri. Wongeun yang berada di sebelahnya hanya geleng-geleng kepala.
"Yaudah kita ngomongin lo aja Ji, kapan nyusul gue?"
Eunji kaget mendapat pertanyaan seperti itu dari Jiyeon. Sekarang ia tampak salah tingkah.
"Doain aja." Wongeun menjawab sambil tersenyum manis.
"Iri deh sama yang udah punya pacar, aku mah apa atuh." IU pura-pura sedih.
"Huhu senasib." Minah ikut-ikutan hingga kedua wanita itu akhirnya berpelukan untuk mendramatisir.
"Minhyuk, Mark masih jomblo tuh." Jiyeon menunjuk mereka berdua dengan dagunya.
"Ogah gue mah, mending jomblo aja dah."
Minah mengangguk setuju dengan ucapan IU. "Gue juga!"
"Yang satu kurang waras yang satu masih gamon dari mantan," cibir IU mengundang tawa.
"Gak usah diperjelas gitu sih Yu, kasian." Jiyeon masih terkekeh pelan.
"Kamu lanjut ngobrol aja, aku mau nyalamin tamu yang lain dulu." Myungsoo hendak beranjak dari tempatnya, tapi Jiyeon lebih dulu menahannya.
"Aku ikut!" katanya kemudian pamit pada teman-temannya.
Sementara itu Seungho memilih untuk mengasingkan diri di pojok ruangan sambil menikmati segelas minuman yang disediakan di sana.
"Gue salut sama lo, gue kira lo gak akan dateng." Luna tiba-tiba datang menghampirinya. Mengusik ketenangan lelaki itu.
"Gak mungkin gue gak dateng, Jiyeon pasti marah sama gue," jawab Seungho. Entah kenapa akhir-akhir ini ia selalu bisa bersikap terbuka pada cewek yang kini ikut duduk di sampingnya ini.
"Nanti malem jangan mewek ya lo!" kata Luna dengan nada mengejek.
"Lo juga!"
"Hah? Ngapain gue mewek."
"Tuh!" Seungho mengarahkan dagunya pada Taemin dan Sulli yang sedang asik mengobrol dengan beberapa teman mereka.
"Tolong deh ya, gue gak ada rasa sama Taemin. Kenapa lo jadi ikut-ikutan kaya yang lain sih," ujar Luna sedikit sebal.
Seungho lantas tertawa. "Iya iya gue percaya."
Luna langsung memasang wajah cemberutnya.
"Biasanya kalau lagi ngumpul gini lo nempel terus sama Taemin, tapi sekarang dia sibuk sama ceweknya makanya tadi gue ngejek lo."
"Hari ini aja ya gue maafin lo. Itung-itung buat ngehibur lo yang lagi patah hati." Luna balik mengejek.
"Sialan lo!" Keduanya kemudian tertawa.
Luna merasa lega melihat Seungho masih bisa tertawa seperti ini.
Walau ia yakin kalau itu hanya keahlian Seungho saja untuk menutupi kesedihannya.
Tapi setidaknya Seungho tidak menunjukkannya di sini.
Di tempat yang menjadi puncak kebahagiaan Jiyeon.
Wajah Luna kemudian mendadak berubah serius. "Lo yakin gak bakal ngungkapin perasaan lo?"
Seungho terdiam sambil memutar-mutar gelas yang dipegangnya. "Gak tau, masih gue pikirin ... gue gak mau ngerusak kebahagiaan Jiyeon."
"Sebenernya Jiyeon udah egois karena maksa lo datang ke acara ini, tapi itu hak dia. Dan artinya lo sangat berarti buat dia makanya dia pengen lo datang di hari pentingnya ini."
"Gue tau."
"Dan lo juga berhak buat ngungkapin perasaan lo. Biar hati lo bebas."
"Gue belum punya cukup keberanian Lun."
"Jangan jadi cowok pengecut!" kata Luna sambil meninju pelan bahu Seungho. Setelah itu ia beranjak menghampiri teman-temannya yang lain.
Meninggalkan Seungho yang masih termenung memikirkan kembali perkataan Luna.
-Ooo-
KAMU SEDANG MEMBACA
Suitcase [END]
Fanfiction[1993 Line stories] Lo adalah hero buat gue, tapi gue gak bisa jadi heroin buat lo. ©2018