"Demi apa Lun, kak Jonghyun sodaraan sama pak Myungsoo?" Jiyeon berteriak tak percaya setelah mendengar cerita Luna soal makan malamnya kemarin bersama keluarga Kim.
"Sumpah Yeon gue aja kaget. Kok bisa kebetulan gini ya?" Luna masih sama syoknya.
"Bokapnya bilang Myungsoo masih jomblo kan?" Luna mengangguk mengiyakan pertanyaan Jiae. "Bagus tuh berarti itu pertanda buat lo Yeon!"
"Bener, bener." Luna mengangguk lagi dengan labih antusias. "Jarang-jarang loh cowok secakep dan semapan Myungsoo masih jomblo diumurnya yang bisa dibilang udah cocok buat merit." Luna ikut mengompori.
"Udah Yeon pepet aja terus. Tipe cowok kaya dia mah harus kita duluan yang punya inisiatif ngedeketin."
Suga menggeleng-gelengkan kepalanya begitu mendengar ucapan Jiae yang terlihat begitu bersemangat. Rasanya saat ini ia seperti terjebak diantara ketiga wanita itu.
Harusnya tadi ia tinggalkan saja Jiae di sini bersama yang lain jadi ia bisa tidur lebih awal daripada mendengarkan curhatan mereka.
"Lun lo bisa bantu gue gak? Plis ...." Jiyeon memohon pada Luna setelah berpikir cukup lama.
"Bantuin apaan?" Perasaan Luna mulai tidak enak.
"Kenalin gue sama pak Myungsoo!"
"Hah? Lo kan udah kenal sama dia, ngapain mesti gue kenalin lagi."
"Ih bukan gitu. Maksud gue lo suruh kak Jonghyun ajakin Myungsoo jalan abis itu lo ajak gue juga. Nah nanti kak Jonghyun ngenalin gue sebagai temen kalian. Semacam double date lah."
"Maksudnya gue comblangin lo sama Myungsoo gitu?" tanya Luna setelah menarik kesimpulan dari ucapan Jiyeon yang berbelit-belit.
"Iya itu maksud gue." Jiyeon cengengesan.
"Ide bagus tuh. Jadi lo punya kesempatan buat lebih mengenal Myungsoo. Kalau di kantor kan paling lo cuma berani nyapa sama senyumin doang." Jiae ikut membantu meyakinkan Luna.
"Oke oke gue bantu, tapi gue gak janji ya? Semuanya tergantung cowok gue mau apa nggak ngebantuin lo!"
Jiyeon tersenyum lebar kemudian berhighfive dengan Jiae.
"Menurut gue sih Kak Jonghyun pasti mau. Dia kan baik hehe."
"Semangat Yeon. Pokoknya lo harus bisa naklukin si direktur ganteng!"
"Siap kapten Jiae." Ketiganya kemudian tertawa. Mereka bahkan lupa kalau Suga masih di sana.
***
"Kamu kenapa sih pake ngomong mau ikut ngebantuin Jiyeon segala," ujar Suga saat mengantar Jiae pulang.
"Loh, emangnya kenapa? Jiyeon kan temen aku." Jiae menapat kekasihnya bingung.
"Tapi aku nggak suka!"
"Nggak suka gimana?"
"Biarin aja dia usaha sendiri, palingan juga entar gagal. Gak usah sok-soan mau bantu ikut memperbesar kesempatan Jiyeon buat dapetin direkturnya itu."
Mata Jiae menyipit tak suka. "Kok kamu ngomongnya kaya gitu!"
"Aku nggak suka sama si Myungsoo Myungsoo apalah itu!" Wajah Suga masih datar dan pandangannya lurus ke depan saat mengatakan hal tersebut.
"Apaan sih kamu. Gak ada ujan gak ada angin, tiba-tiba aja bilang gak suka sama Myungsoo."
"Aku lebih suka Jiyeon sama Seungho. Kamu gak mikir apa gimana perasaan Seungho kalau Jiyeon jatuh kepelukan orang lain untuk yang kedua kalinya?" Suga menoleh sekilas pada Jiae.
"Loh, itu kan haknya Jiyeon mau suka sama siapa. Lagian kalau Seungho beneran suka sama Jiyeon ya kenapa gak nembak aja dari dulu!" Nada suara Jiae meninggi. Ia memang setuju jika Jiyeon dan Seungho bisa bersama, tapi lain lagi kalau Jiyeon menyukai pria lain. Sebagai temannya yang bisa ia lakukan adalah mendukung Jiyeon apapun keputusannya.
"Kamu nggak tau apa-apa tentang Seungho, jangan ngehakiminnya kaya gitu. Seungho pasti udah nembak Jiyeon dari dulu kalau keadaan berpihak sama dia." Ucapan Suga agak sedikit sewot. Benar-benar tidak seperti Suga yang biasanya.
"Aku gak ngerti sama omongan kamu. Emang apa susahnya nembak Jiyeon sih? Apa dia takut Jiyeon nolak? Cupu banget." Jiae melipatkan kedua tangannya sebal.
"Aku ngomong kaya gini karena aku temennya Seungho dan aku tau Seungho orangnya kaya gimana. Dia cowok baik jadi aku rasa dia lebih cocok buat Jiyeon!"
Jiae tampak sudah kehilangan kesabarannya. Kenapa sejak tadi Suga terus memojokan dirinya dan Jiyeon?
"Dan karena aku juga temennya Jiyeon, jadi aku harus ngedukung apapun keputusan dia. Kalau dia emang suka dan lebih milih Myungsoo daripada Seungho aku bakal tetep ngedukung dia. Karena sejauh ini yang aku tau Myungsoo juga bukan cowok brengsek yang gak pantes bersanding sama Jiyeon."
"Itu tuh yang bikin aku tambah gak suka. Kamu sama temen-temen kamu itu selalu ngedukung Jiyeon tanpa melihat sekitar. Koar-koar gak jelas lah bilang kalau Jiyeon harus dapetin si ini lah jadi otomatis Jiyeon juga makin terpengaruhi. Harusnya kamu ngebantuin Jiyeon sadar sama perasaan dan perhatian Seungho selama ini."
"Kok kamu jadi nyalahin aku?" Suara Jiae semakin meninggi.
Suga sadar dengan tatapan tajam yang dilayangkan Jiae padanya, tapi ia memilih untuk pura-pura tak peduli.
"Mending kamu gak usah ikut campur lagi hubungan Jiyeon sama Myungsoo, itung-itung buat ngehargain perasaan Seungho.
"Kamu juga gak usah ngelarang Jiyeon suka sama Myungsoo. Itung-itung buat ngehargain perasaan Jiyeon!"
Suga terdiam. Bukan karena ia kehabisan kata-kata, hanya saja ia baru sadar kalau ia telah menyulut pertengkaran antara dirinya dan Jiae.
-Ooo-
KAMU SEDANG MEMBACA
Suitcase [END]
Fanfic[1993 Line stories] Lo adalah hero buat gue, tapi gue gak bisa jadi heroin buat lo. ©2018