#8 Dia Benar!

377 92 9
                                    

Minhyuk : eh tuyul jadi ke rumah gue gk sih. Bilang otw dari tadi tpi gk nyampe2

Mark : sabar napa hyuk
Mark : gue abis nganterin Mina dulu

Minhyuk : widih udah ada kemajuan bro

Mark : biasa aja

Minhyuk : lo udah berani nganter2 Mina itu berarti udah ada kemajuan

Mark : apa kata lu dah

Mark tak mempedulikan chat dari Minhyuk lagi. Ia memasukan ponsel ke dalam saku jaketnya dan berjalan menuju parkiran.

Ia baru saja dari kelas Mina. Mengantarkan barang gadis itu yang tertinggal di mobilnya.

Baru saja Mark akan masuk ke dalam mobilnya saat ia mendengar namanya dipanggil.

Ia menoleh dan menemukan Wendy yang sedang tersenyum lebar kepadanya.

"Kak Mark apa kabar? Lama gak ketemu," ujar gadis itu.

Mark tersenyum kecil. "Baik Wen, lo sendiri gimana?"

"Baik seperti biasa." Wendy menjawab dengan nada riang. "Kak Mark kok bisa ada di sini?"

"Gue abis nganterin temen."

"Temen atau temen?" Wendy tersenyum menggoda. Mark dan Wendy memang pernah pacaran, tapi mereka putus secara baik-baik. Keduanya masih berteman sampai saat ini.

Hanya saja Wendy tidak tahu kalau sebenarnya Mark tidak pernah menginginkan putus darinya. Ia juga tidak tahu seberapa sakit hatinya Mark saat tahu kalau Wendy sudah kembali merajut kasih dengan laki-laki lain.

Mark selalu menutupinya. Ia bahkan sempat mengucapka selamat pada Wendy.

"Temen Wen," kata Mark mencoba meyakinkan, tapi Wendy malah semakin menggodanya. "Lo baru selesai ngampus?" Akhirnya Mark memilih untuk mengalihkan pembicaraan.

"Nggak sih harusnya masih ada matkul, tapi dosennya gak ada."

"Oh ...," Mark terdiam sejenak. "Mau langsung balik?"

Wendy mengangguk. "Iya ini mau balik." Gadis itu lantas melirik jam tangannya detik berikutnya ia memekik kaget. "Astaga gue lupa. Gue udah ditungguin kak Chanyeol daritadi."

Mark diam. Ia bingung harus merespon seperti apa.

"Gue duluan ya kak!" Wendy melambai sekilas kemudian berlari menuju sisi lain parkiran.

Sementara Mark masih berdiri di tempatnya. Ia tetap memandangi Wendy sampai gadis itu masuk ke dalam sebuah mobil yang ia yakini milik Chanyeol. Setelah mobil itu keluar dari parkiran, barulah Mark masuk ke dalam mobilnya sendiri.

Mark tidak langsung menjalankan mobilnya. Ia justru kembali mengeluarkan ponselnya. Membuka aplikasi instagram dan mencari akun Wendy.

Cukup lama Mark mengamati postingan Wendy satu persatu. Gadis itu termasuk aktif karena sering mengupload foto-foto kesehariannya. Dimulai dari fotonya sendiri, foto dia dengan teman-temannya, foto makanan atau pemandangan, sampai foto mesranya dengan Chanyeol. Tak jarang pula Wendy mengupload foto Chanyeol sendirian dengan caption yang membuat Mark iri setengah hati.

Sonwendy

♡313 LikesBahagia itu sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

313 Likes
Bahagia itu sederhana. Cukup ada kamu dan aku ♡♡
@real__pcy

Mark hanya bisa tersenyum miris sambil mengamati foto dua sejoli itu.

Sepertinya perkataan Minhyuk tempo hari terbukti kebenarannya.

Mark memang belum sepenuhnya moveon dari Wendy.

***

Jiyeon celingukan mencari tempat duduk kosong yang sekiranya bisa ia tempati.

Siang itu kantin begitu penuh. Tidak terlihat satu bangku kosong pun yang tersisa.

Sebenarnya ada sih satu meja yang baru ditempati satu orang, hanya saja yang menempati meja itu adalah Kim Myungsoo.

Melihat tidak ada seorang pun yang berani makan semeja dengannya membuat Jiyeon segan untuk meminta izin agar diperbolehkan makan di sana.

"Harusnya tadi gue ikut Bomi aja makan di luar," sesal Jiyeon kemudian.

"Kamu bisa duduk disitu!" Jiyeon yang tadinya hendak berbalik sontak mengurungkannya saat mendengar suara Myungsoo.

Jiyeon kaget. Ia lalu menatap sekitar. Takut kalau Myungsoo sedang tidak berbicara padanya.

"Saya bilang kamu boleh duduk disitu." Myungsoo mengulang ucapannya sambil menatap Jiyeon.

"Eh, anu ... terima kasih pak." Jiyeon tersenyum kikuk setelah terdiam beberapa saat. Wanita itu kemudian duduk di hadapan Myungsoo.

Tadinya ia ingin menolak, tapi setelah dipikir-pikir lagi ini adalah kesempatan yang langka.

Kapan lagi coba ia bisa makan dengan Myungsoo?

Jiyeon tersenyum kecil. Hatinya bersorak bahagia. Diam-diam Jiyeon mencuri-curi pandang ke arah Myungsoo.

"Ada apa dengan wajah saya?" ujar Myungsoo nyaris membuat Jiyeon tersedak. "Dari tadi kamu melihat ke arah saya terus."

Mati gue! batin Jiyeon. Wajahnya memerah menahan malu.

"Eh itu ... nggak ada apa-apa pak, saya hanya sedikit heran saja." Jiyeon meremas lututnya karena gugup.

Tenang Jiyeon tenang!

"Heran kenapa?" Myungsoo kembali bertanya.

"Bukan apa-apa!" Jiyeon menggeleng cepat, tapi Myungsoo masih menatapnya seolah menuntut jawaban darinya. "Jangan tersinggung ya pak, tadinya saya pikir direktur seperti bapak tidak akan mau makan di kantin kaya gini. Maksudnya barengan sama karyawan lain gitu."

Jiyeon menatap Myungsoo ragu-ragu.

Semoga gue gak salah ngomong. Jiyeon kembali membatin.

"Saya memang tidak suka makan di sini. Bukan karena ini kantin umum, tapi karena di sini terlalu ramai, tapi hari ini kebetulan saya sedang malas makan di luar," jelas Myungsoo. Suaranya masih terdengar santai. Tidak terlihat tersinggung dengan ucapan Jiyeon tadi.

Akhirnya Jiyeon bisa bernapas lega. Sikap Myungsoo ternyata tidak sedingin penampilannya.

-Ooo-

Suitcase [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang