Senin cerah L.joe dan Ravi sudah berdandan rapi untuk menghadiri acara wisuda. Setelah empat tahun setengah akhirnya mereka berdua resmi menyandang gelar sarjana.
Kedua orang tua mereka tak luput datang ke acara yang sudah mereka tunggu-tunggu itu. Begitu pun dengan teman seperjuangan mereka saat SMA.
Taemin, Jiae, Luna, IU, Hongbin, Kyungsoo dan Chunji menyempat diri untuk datang sementara yang lain tidak bisa hadir karena bentrok dengan jadwal kerja.
"Brother selamat ya akhirnya lu lulus juga!" Chunji merangkul bahu L.joe sambil menepuk-nepuk bahunya.
"Selamat ya kalian berdua akhirnya bisa lepas jadi mahasiswa bangkotan." Jiae nyengir lebar.
"Selamat doang nih? Gak ada yang mau ngasih kado gitu?" tanya Ravi membuat mereka serentak menggeleng.
"Kok kampret sih kalian."
"Hehe abis gue bingung mau ngasih apa. Kalau lo cewek udah gue kasih boneka Rav," kata IU.
"Gue teraktir lu berdua makan aja di restaurant tempat gue kerja."
"Wah serius nih Soo?" L.Joe menatap Kyungsoo antusias.
"Iya! Entar lo kontak gue aja kalau mau dateng."
"Dih curang lu Soo, masa pas gue lulus gue gak diteraktir!" protes Hongbin.
"Suruh siapa lo lulus kuliah sebelum gue kerja di sana." Kyungsoo menjawab enteng membuat teman-temannya yang lain tertawa geli.
"Btw Lun katanya kemarin lu double date ya?"
"Hehe iya Joe tau dari mana lo?"
"Tau dari si Kangjoon. Terus katanya lo juga ketemu sama si Hwayoung?"
"Eh iya bener. Lo belum nyerita sama gue Lun!" sela Jiae.
"Aduh-aduh sabar dong." Luna kerepotan sendiri ditodong pertanyaan oleh teman-temannya.
"Yaudah ceritain sekarang!" IU ikut penasaran. Mereka tak mempedulikan orang-orang yang menatap aneh ke arah mereka.
Bukannya sibuk foto-foto seperti yang lain, mereka malah asik ngegosip.
Beruntung kedua orang tua mereka sudah pulang lebih dulu karena acara inti wisuda memang sudah selesai.
"Hah si Kangjoon ketemuan sama Hwayoung? Demi apa?" tanya Jiae begitu Luna menyelesaikan ceritanya.
"Gak tau gue juga, si Kangjoon gak ngomong apa-apa lagi. Dia langsung cabut gitu aja sambil nyeret si Hwayoung."
"Jadi gini gaes!" Taemin menengahi. "Kalau kata si Kangjoon sih dia cuma disuruh Seungho buat mata-matain Jiyeon, eh maksudnya si Seungho itu udah punya firasat kalau si Hwayoung bakal datang dan berhubung dia lagi sibuk makanya dia minta bantuan si Kangjoon."
"Hah?" IU masih belum mengerti. "Emang si Seungho tau kalau Jiyeon mau double date? Terus firasatnya kok bisa kebetulan bener gitu ya?"
"Ya mana gue tau!" Taemin mengedikkan kedua bahunya.
"Bentar-bentar!" Kali ini Ravi yang berujar. "Kok gue jadi kasian sama si Seungho ya?"
Teman-temannya menatap Ravi tak mengerti.
"Dia nyampe nyuruh si Kangjoon biar mastiin kalau ngedate Jiyeon sama Myungsoo lancar. Itu berarti si Seungho ngedukung mereka dong?"
Luna dan Jiae saling bertatapan.
"Ya Allah Seungho, gentle banget sih, ujar IU yang sudah paham dengan situasinya.
"Gak kebayang itu si Seungho kaya gimana. Udah naksir Jiyeon dari dulu terus malah milih ngedukung Jiyeon sama gebetannya." L.joe meringis membayangkan kalau dirinya ada di posisi Seungho. "Sakit bro sakit!"
"Kalau lo bener-bener sayang sama orang lain lo bakal lebih milih kebahagiaan dia daripada kebahagian lo sendiri." Luna berujar santai. Ia merasa takjub dengan apa yang sudah dilakuka Seungho.
Andai Seungho tidak menyuruh Kangjoon datang kemarin mungkin acara double date itu akan gagal total karena ulah Hwayoung.
-Ooo-
KAMU SEDANG MEMBACA
Suitcase [END]
Fiksi Penggemar[1993 Line stories] Lo adalah hero buat gue, tapi gue gak bisa jadi heroin buat lo. ©2018